Tren Mahasiswa Pergi Memancing yang Bikin Pusing

Tren Mahasiswa Pergi Memancing yang Bikin Pusing

Tren Mahasiswa Akhir Pergi Memancing
Ilustrasi oleh Vivian Yoga Veronica Putri

Paling bikin saya kesal adalah para mahasiswa itu tidak tahu caranya memancing. Yaa tau sih mungkin pengalaman pertama, tapi setidaknya ngerti dikit-dikit lah tentang dunia permancingan. 

Pernah lewat di FYP-mu nggak, konten-konten mahasiswa akhir yang pergi memancing? Konten videonya tergambar lagi di tempat pemancingan, sungai, pantai, bahkan laut. Pakai sound Mancing Mania. Terus caption-nya, “Wes angel semester 7, mumet skripsi, mending mancing,” atau semacamnya. 

Akhir-akhir ini, dunia pemancingan memang sedang diserbu oleh sosok-sosok pemacing baru. Pemancing baru tersebut adalah segrombolan mahasiswa semester akhir, yang memasuki fase stres akibat skripsi.

Entah siapa yang pertama kali bikin ide dan tren para mahasiswa akhir, untuk pergi memancing kala stres.

Sebenarnya, saya tidak keberatan dengan mahasiswa yang ramai-ramai ikut meramaikan dunia pemancingan. Biar nggak didominasi kalangan tertentu kayak bapak-bapak dan bocil-bocil gitu.

Karena kemudian menjadi tren yang ramai di media sosial Tiktok, lambat laun banyak mahasiswa yang rasanya kok cuma ikut-ikutan ajaa. Mana bikin ulah juga.

Paling bikin saya kesal adalah para mahasiswa itu tidak tahu caranya memancing. Yaa tau sih mungkin pengalaman pertama, tapi setidaknya ngerti dikit-dikit lah tentang dunia permancingan. 

Mancing Boleh tapi Minimal Jangan Ngerepotin 

Daripada strike (umpan yang disambar oleh ikan) yang didapatkan, mahasiswa newbie dan ikut tren mancing doang itu kebanyakan hanya asik mengobrol, apalagi ngobrol dan ketawanya keras. Kemudian berfoto ria dan bermain. 

Hal tersebut sah-sah saja sebenarnya dilakukan, jika hanya mereka saja yang ada di tempat itu. Tapi akan menjadi masalah jika dilakukan di tempat yang terdapat banyak orang di sekitar mereka. Sangat menganggu kan. Keresahan seperti itu bahkan pernah dipublikasikan oleh beberapa orang di Facebook.

Belum lagi masalah seperti saat strike, kemudian para mahasiswa tersebut tidak dapat melepaskan kail dari mulut ikan. Sehingga, mereka meminta pertolongan kepada para ahli di sekitar, untuk membantu melepaskan ikan tersebut dari kailnya.

Selain itu, saat memancing, para mahasiswa newbie ini datang tanpa persiapan. Mereka hanya membawa sedikit umpan dan sedikit peralatan. Dan begitu  umpan habis, mereka biasanya tak segan meminta umpan ke orang lain, yang sepuh di dunia memancing. Ini sungguh merepotkan!

Walaupun kebanyakan dari sepuh-sepuh memang berbaik hati, memberikan umpan dengan cuma-cuma, tapi ayolah wir, umpan tersebut didapat juga melalui sebuah usaha.

Ditambah, masalah-masalah yang datangnya tak terduga seperti; senar pancing yang ruwetlah, alas kaki yang terbawa airlah, sampai smartphone yang jatuh akibat berfoto, pokoknya ada sajalah masalahnya.

Ibaratnya nih, orang-orang yang memiliki tier mytic di dunia memancing, terganggu dengan ulah dari para newbieyang masih di tier epic ini.

Kalau Mau Lari Jangan Setengah-setengah

Dalam artikel “Six reasons why fishing is great for your mental health” disebutkan bahwa memancing memang dapat mengurangi stress. Dengan menyerahkan diri kita pada alam, mendengarkan suara aliran air yang memberi efek menenangkan pada otak, serta berkonsentrasi untuk mendapatkan ikan dalam waktu yang lama.

Jika mahasiswa akhir yang stres dengan skripsi, kemudian “melarikan diri” dengan memancing, tentu sudah merupakan pilihan yang tepat. Apalagi memancing termasuk hobi yang murah, pas lah yaa buat budget mahasiswa.

Tapi, kalau memang mau “lari” dari skripsi ke mincing itu mbok ya jangan nanggung. Sekalian pahami teorinya dan didalami gitu loh. Lumayan kan dapat ilmu baru.

Dan, jika memancing dianggap sebuah solusi atau hiburan sementara untuk menghilangkan stress saat sedang mengerjakan skripsi, maka pastikan juga bahwa solusi dan hiburan yang kita lakukan tidak mengganggu. Atau bahkan sampai membuat stress orang lain yang sedang melakukan kesenangannya, yang juga untuk memperoleh ketenangan.

Ya bayangkan saja, bapak-bapak yang mancing dengan alasan yang sama, yakni untuk meredam stress karena tuntutan pekerjaan, dan solusi terbaik baginya adalah mencari ketenangan dengan memancing, ndilalah malah tambah stres karena kelakuan para newbie. Haduh haduh.

Ohhh ini juga penting. Jangan berpikiran untuk mengerjakan skripsi sambil memancing. Daripada untuk membuatnya terlihat seimbang, sepertinya hal itu akan membuat masalah baru yang lebih kacau. 

Maksudnya, memancing sekaligus membawa laptop untuk mengerjakan skripsi itu akan membuat risiko kekacauan naik menjadi dua kali lipat. Ada waktunya saat mancing, ada juga waktunya fokus ngerjain skripsi.

Solusi terbaik dari saya adalah ketika kegiatan mancingmu ini jadi hobi, maka sekalian saja buat topik penelitian skripsimu berkaitan dengan hobi memancingmu. 

Sepertinya itu akan lebih bermanfaat, jadi sembari memancing mahasiswa juga dapat memperhatikan dan meneliti kegiatan yang sedang dilakukan. Itu bisa dibilang arti dari solusi sebenarnya.

Memang memancing ikan jauh lebih gampang daripada memancing pikiran untuk membuat latar belakang. Bagi mahasiswa yang mengambil skripsi untuk syarat kelulusan, ingat bahwa skripsi itu tetap sebuah kewajiban. Sedangkan memancing hanya sebuah selingan. 

Editor: Mita Berliana
Penulis

Nova Rio Redondo

Penguasa 7 bola naga, pemegang 9 bij, dan penguasa 4 elemen. Saat Dunia membutukanku, oku menghilang.
Topik

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-opini-retargeting-pixel