Sediksi.com – Pemilihan Umum (Pemilu) di Pakistan yang telah diselenggarakan pada 8 Februari 2024 berujung ricuh dengan puncaknya yang terjadi pada Minggu, terjadi aksi demonstrasi di Karachi yang menolak hasil pemilu tersebut (11/2).
Demo ini dilakukan oleh ratusan pendukung partai yang dipimpin mantan Perdana Menteri (PM) Pakistan, Imran Khan, yang saat ini masih dipenjara dan terancam hukuman selama 10 tahun atas kasus dugaan korupsi.
Kandidat yang diusung pendukung Imran Khan menang, tapi tidak bisa diangkat
Kandidat independen yang didukung oleh partai Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI) yang dipimpin Imran Khan meraih sebagian besar kursi dalam pemilu hari Kamis. Masalahnya, pertanyaan berikutnya yang muncul adalah apakah mereka dapat membentuk sebuah partai atau bergabung dengan partai atau koalisi yang sudah ada.
Untuk menjadi PM, seorang kandidat harus menunjukkan bahwa mereka mendapatkan suara mayoritas sederhana yaitu 169 kursi dari 336 anggota Majelis Nasional ketika Majelis Nasional dipanggil untuk bersidang dalam beberapa minggu ke depan.
Meskipun kandidat ini memenangkan kursi terbanyak, mereka mungkin tetap tidak bisa membentuk pemerintahan.
Hal ini dikarenakan mereka tidak mendapatkan suara mayoritas sederhana tersebut.
Para pendukung Khan tidak percaya dengan hasil tersebut dan menuduh pihak berwenang telah memengaruhi hasil pemilu dengan melakukan manipulasi. Sehingga mereka demo pada hari Minggu meskipun tidak dalam jumlah besar karena aksi tersebut terhalang oleh kehadiran polisi yang jumlahnya lebih banyak dari mereka.
Pihak berwenang mematikan jaringan telepon seluler pada hari pemilihan dan penghitungan suara berlangsung selama lebih dari dua hari atau sekitar 60 jam setelah jam terakhir pemilihan berlalu.
Baca Juga: Deretan Artis Bollywood Pendukung Palestina
PM sementara pastikan tidak ada kecurangan dalam pemilu
Di tengah tuduhan telah terjadi kecurangan dalam penyelenggaraan pemilu, PM sementara Anwar ul-Haq Kakar yang dekat dengan pihak militer mengatakan pemerintah “tidak memiliki mekanisme kelembagaan baik karena takut atau berpihak pada suatu entitas, kelompok politik atau individu”.
Sehingga tidak perlu mengkhawatirkan adanya kecurangan dalam pemilu kali ini.
“Namun saya setuju bahwa parlemen ke depannya harus lebih fokus pada proses pemilu, sistem pemungutan suara, dan isu-isu lain yang terkait dengannya. Saya pribadi merasa kita harus memiliki komisi pemilu yang lebih kuat dan mandiri secara finansial,” katanya.
Apa yang akan terjadi selanjutnya?
Beberapa analis mengatakan bahwa kemungkinan besar, pihak militer akan mengambil alih. Sebagaimana yang selama ini telah mereka lakukan, termasuk terhadap Imran Khan. Dia ditembak, dipenjara, partai politiknya dilarang secara efektif, dan namanya dihapus dari media arus utama.
Di sisi lain, skenario lain yang paling mungkin terjadi adalah partai Sharif yang akan menjadi perantara kesepakatan dengan PPP pimpinan Bhutto Zardari. Kedua partai kemudian dapat menarik partai lain ke dalam koalisi dan bahkan beberapa kandidat yang didukung Khan. Sharif, atau saudaranya, Shehbaz, mungkin akan kembali menjadi perdana menteri.
Sekalipun kedua klan besar di Pakistan tersebut berselisih dengan satu sama lain, mereka lah yang membentuk pemerintahan bersama setelah Khan disingkirkan pada April 2022.
Meskipun kecil kemungkinannya, bukan berarti mustahil. Bhutto Zardari, putra mantan PM Benazir Bhutto yang dibunuh, dapat bernegosiasi untuk memimpin koalisi mana pun.
Dia memiliki pengaruh yang cukup besar, dan pada usianya yang ke-35, berpotensi besar mewakili wajah baru di negara yang lebih dari 60% penduduknya berusia di bawah 30 tahun tersebut.
Sekecil apapun kemungkinan tersebut, jauh lebih kecil kemungkinan partai Khan ini diberi kesempatan seperti partai-partai lain. Mengingat penolakan pihak militer terhadap mereka.
Sehingga pilihan yang dimiliki oleh partai ini hanya berkoalisi dengan partai lain, dan keputusan ini hanya akan terjadi jika mereka memang bersedia.
Karena jika partai Khan ini kembali memberontak, militer sudah pernah melakukan tindakan keras terhadap PTI pada bulan Mei lalu ketika para pendukungnya menyerang gedung-gedung pemerintah dan militer setelah Khan ditahan.
Sehingga lagi-lagi partai Khan atau PTI ini sebaiknya menghindari keputusan yang menyebabkan pertikaian. Di sisi lain, para pengamat juga mengatakan pendukung Khan ini tidak berminat melakukan konfrontasi lagi, terutama setelah pengalaman-pengalaman sebelumnya.