Orang Korea Selatan Tak Lagi Rayakan Halloween, Masih Trauma!

Orang Korea Selatan Tak Lagi Rayakan Halloween, Masih Trauma!

Halloween Itaewon

DAFTAR ISI

Sediksi.com – Dampak peristiwa Halloween yang terjadi di Itaewon tahun 2022 lalu, kini masyarakat Korea Selatan enggan merayakannya kembali. Biasanya menjelang Halloween, toko-toko di Costco yang menjual pernak-pernik Halloween ramai dikunjungi oleh pembeli.

Namun, kini toko itu sepi dan masyarakat enggan membeli pernak-pernik seputar Halloween kembali. Melainkan toko itu, kini lebih menjual pernak-pernik Natal.  

Berbagai produk bertema Natal ditumpuk di ruangan seluas sekitar 50 meter persegi. Ruang-ruang ini adalah tempat berlangsungnya pameran khusus Natal, dan barang-barang terkait Halloween menumpuk setiap tahun pada waktu ini.

Pedagang Tidak Menjual Pernak-Pernik Halloween Lagi

Orang Korea Selatan Tak Lagi Rayakan Halloween, Masih Trauma! - pexels kristina paukshtite 3095465
Pexels/ Kristina Paukshtite

Para pedagang mengganti pernak-pernik Halloween dengan pernak-pernik Natal. Ia mengatakan memang tidak menyetok barang-barang seperti itu lagi.

“Tidak ada (produk) yang datang tahun ini. Satu-satunya hal yang berhubungan dengan Halloween adalah sejenis jeli,” jawabnya. Costco telah mempromosikan dan mengimpor barang-barang terkait dalam jumlah besar setiap tahun menjelang Halloween, hari libur representatif di Amerika Serikat.

Fakta bahwa Costco tidak menjual barang-barang yang berhubungan dengan Halloween tampaknya disebabkan oleh peringatan pertama bencana Itaewon yang terjadi pada 29 Oktober tahun lalu.

Tidak Ada Event Halloween Kembali

Orang Korea Selatan Tak Lagi Rayakan Halloween, Masih Trauma! - pexels toni cuenca 619418
Pexels/  Toni Cuenca

Tak hanya pernak-pernik Halloween saja yang jarang, melainkan event dengan tema tersebut juga ditiadakan. Sulit untuk menemukan acara yang berhubungan dengan Halloween di department store lain dan toko diskon besar lainnya.

Hal yang sama berlaku untuk taman hiburan yang mengadakan festival bertema Halloween berskala besar setiap tahunnya. Everland merayakan Thanksgiving, Seoul Land merayakan festival bir perwakilan Jerman, Oktoberfest, dan Lotte World merayakan festival musim gugur dengan Fantasy. Starbucks juga menghilangkan peluncuran produk khusus terkait Halloween.

Gerakan ‘mengadakan Halloween yang tenang’ dirasakan oleh masyarakat di luar sektor industri. Di komunitas online orang tua, postingan seperti “Mereka bilang mereka tidak akan mengadakan pesta Halloween (di taman kanak-kanak) tahun ini” dan “Atas saran orang tua, temanya diubah menjadi pesta Thanksgiving.”

Seorang guru di sekolah dasar pun juga mengatakan hal demikian.

“Sejak sekitar empat tahun lalu, saya mendekorasi kelas saya dengan suasana Halloween di bulan Oktober, namun karena tragedi Itaewon, tahun ini saya mendekorasi kelas saya dengan gaya ‘klasik. ‘ seperti orang-orangan sawah dan capung,” ujarnya.

Adapun ‘Festival Halloween Daegu’, untuk sementara ditangguhkan.

Masyarakat Bersikap Hati-Hati Terhadap Halloween

Orang Korea Selatan Tak Lagi Rayakan Halloween, Masih Trauma! - pexels pixabay 236277
Pexels/ Pixabay

Meskipun beberapa orang menanggapi secara online dengan mengatakan, “Bahkan jika Anda ingin menikmati Halloween, Anda harus berhati-hati,” banyak warga yang ditemui Kyunghyang Shinmun mengatakan bahwa suasana menahan diri untuk tidak merayakan festival tersebut.

“Bencana Itaewon kini sudah setahun berlalu, dan dalam situasi seperti ini, tentu saja kita harus melanjutkan dengan tenang,” ujar pengunjung toko.

“Saya bebas menikmati festival ini, namun secara pribadi, saya akan menghabiskannya dengan tenang karena ini adalah hari terjadinya bencana yang menewaskan lebih dari 150 orang,” ujar pengunjung lainnya.

Menanggapi kontroversi seputar festival Halloween, beberapa orang menyatakan pendapat bahwa lebih penting menciptakan festival yang aman.

“Sedih (pada peringatan pertama bencana) adalah hal yang baik, tetapi karena kawasan komersial perlu pulih, itu juga menjadi pertimbangan. Untuk menikmati festival sambil memperhatikan keselamatan,” ujar pelayan di kafe Hongdae.

Asosiasi Keluarga Bencana Itaewon juga mengadakan konferensi pers di depan pembakar dupa warga di depan Balai Kota Seoul di Jung-gu, Seoul sehari sebelumnya dan mengatakan, “Halloween bukanlah penyebab atau inti dari bencana tersebut. “Orang-orang yang menghadiri festival tersebut tidak bersalah,” katanya, “Kami tidak akan menoleransi mereka yang mengabaikan keselamatan, dan kami akan bersuara untuk bergerak menuju masyarakat di mana orang dapat menikmati festival dengan aman.”

Sebelumnya, tragedi Itaewon ini akan diangkat menjadi film dokumenter. Kisah kengerian di Itaweon pada malam Halloween tahun lalu akan diangkat menjadi doku-series yang tayang di platform Paramount+. Dirilis pada 17 Oktober mendatang, fokus utama dokumenter berjudul “Crush” ini akan menggambarkan kejadian yang seharusnya merupakan perayaan Halloween secara terbuka pertama sejak pandemi Covid-19 melanda, yang berujung pada tewasnya ratusan anak muda di lokasi.

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel