5 Perbedaan E-Commerce dan Social Commerce, Usai TikTok Shop Ditutup

5 Perbedaan E-Commerce dan Social Commerce, Usai TikTok Shop Ditutup

Perbedaan E-Commerce dan Social Commerce

DAFTAR ISI

Sediksi.com – Pemerintah resmi menutup TikTok Shop sebagai platform e-commerce dan social commerce secara bersamaan. Artinya, TikTok tidak bisa lagi melakukan transaksi e-commerce.

Penutupan transaksi e-commerce di dalam TikTok Shop itu terjadi pada Rabu (4/10) kemarin pukul 17.00 WIB.

Mungkin, ada yang bertanya-tanya apa sih perbedaan e-commerce dan social commerce itu?

Kalau kamu belum mengetahui perbedaannya, artikel ini akan membantumu untuk mengulik lebih dalam mengenai perbedaan e-commerce dan social commerce berikut ini.

Perbedaan e-commerce dan social commerce

Proses transaksi

5 Perbedaan E-Commerce dan Social Commerce, Usai TikTok Shop Ditutup - Big phone with cart
freepik

Perbedaan pertama e-commerce dan social commerce ini terlihat dari proses transaksinya.

Kalau e-commerce menawarkan proses transaksi yang lebih efisien dan praktis bila dibandingkan dengan social commerce.

Pelanggan dapat menyelesaikan seluruh transaksi dalam platform e-commerce tanpa memerlukan aplikasi atau website tambahan lagi, apalagi jika platform tersebut terintegrasi dengan layanan e-wallet.

Namun, pada social commerce pembeli mungkin perlu menyelesaikan transaksi melalui platform lain, khususnya untuk pembayaran.

Biasanya pembeli akan diarahkan untuk melakukan pembayaran lewat QRIS atau kode tertentu. Di mana aplikasi pembayaran itu harus dibuka terlebih dahulu.

Meskipun media sosial berfungsi sebagai platform tampilan produk yang strategis, media sosial mungkin memerlukan peningkatan lebih lanjut untuk kelancaran proses pembayaran dan transaksi.

Interaksi pembeli dan penjual

Pada platform e-commerce, interaksi antara pembeli dan penjual terjadi melalui pesan pribadi, diskusi, dan ulasan. Interaksi biasanya terfokus pada produk dan transaksi.

Di sisi lain, social commerce menawarkan fitur interaksi yang lebih beragam, seperti obrolan pribadi dan komentar. Setiap penjual pada social commerce memiliki kebijakannya sendiri saat berinteraksi dengan pelanggan.

Interaksi antara pembeli dan penjual dalam sosial commerce seringkali lebih bermakna dan juga dapat membantu calon pembeli.

Ulasan manajemen

Perbedaan e-commerce dan social commerce berikutnya mengenai ulasan manajemen. Perbedaan e-commerce dan social commerce dalam ulasan maanjemen ini cukup signifikan.

Dalam e-commerce, ulasan memainkan peran penting dalam menentukan reputasi penjual. Ulasan positif dari pelanggan sebelumnya dapat mendorong lebih banyak calon pembeli untuk mereka menyelesaikan transaksi.

Sementara, dalam sosial commerce, ulasan bersifat opsional, sehingga ulasan yang tersedia lebih sedikit. Akibatnya, ulasan pelanggan berdampak lebih kecil pada sosial commerce dibandingkan dengan e-commerce

Tampilan platform antarmuka

5 Perbedaan E-Commerce dan Social Commerce, Usai TikTok Shop Ditutup - 3340375
freepik

Platform e-commerce dan sosial commerce ini memiliki desain antarmuka yang berbeda.

Pada platform e-commerce biasanya memiliki tampilan yang konsisten untuk semua toko, dengan spanduk menjadi satu-satunya elemen yang dapat disesuaikan.

Sebaliknya, social commerce memungkinkan penjual lebih kreatif dalam mempresentasikan produknya. Mereka dapat memanfaatkan foto, video, dan konten audio visual yang disesuaikan dengan preferensi pelanggannya.

Fitur media sosial

Perbedaan e-commerce dan social commerce terakhir yakni fitur medianya.

Pada e-commerce dan sosial commerce berbeda dalam hal fitur media sosial yang tersedia. Tidak semua penjual e-commerce memiliki akun media sosial atau memanfaatkan media sosial untuk pemasaran produk.

Penjual e-commerce biasanya fokus pada periklanan dalam platform e-commerce tersebut.

Sebaliknya, sosial commerce akan lebih memanfaatkan media sosial sebagai pondasinya untuk menyediakan fitur media sosial yang lebih luas dalam menjangkau target pasar, seperti reel Instagram, filter TikTok, dan fitur promosi lainnya.

Hingga saat ini, platform e-commerce masih menjadi pilihan belanja utama bagi kebanyakan orang.

Sosial commerce masih memerlukan inovasi lebih lanjut untuk mengejar ketertinggalan dari platform e-commerce.

Namun, dengan kehadiran TikTok Shop sebagai social commerce sekaligus e-commerce inilah yang membuat platform tersebut digandrungi banyak pembeli.

Alhasil saking populernya TikTok Shop tersebut, dianggap banyak pihak terutama toko-toko offline merasa dirugikan.

Seperti kejadian di Pasar Tanah Abang yang semakin sepi pembeli.

Itulah, perbedaan e-commerce dan social commerce. Semoga, kebijakan pemerintah menutup TikTok Shop sebagai e-commerce ini menjadi langkah terbaik.

Serta, penjual online semoga masih bisa terus berinovasi bersama dengan para penjual offline.

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel