6 Perbedaan Stunting dan Gizi Buruk, dari Pengertian hingga Penyebab

6 Perbedaan Stunting dan Gizi Buruk, dari Pengertian hingga Penyebab

Perbedaan Stunting dan Gizi Buruk

DAFTAR ISI

Sediksi.com – Stunting dan gizi buruk merupakan dua masalah gizi yang sering terjadi pada anak-anak di Indonesia. Kedua kondisi ini memiliki dampak negatif bagi kesehatan dan perkembangan anak.

Namun, apakah kamu sudah tahu perbedaan stunting dan gizi buruk ini? Stunting sendiri menjadi istilah yang sering disebut-sebut oleh calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) baik saat mereka sedang debat ataupun kampanye. Istilah stunting paling sering digaungkan oleh paslon nomor urut 2 Prabowo-Gibran.

Kali ini, Sediksi akan membeberkan dan menjelaskan 6 perbedaan stunting dan gizi buruk yang perlu diketahui para ibu, orang tua, dan masyarakat Indonesia.

Perbedaan Stunting dan Gizi Buruk

Pengertian stunting dan gizi buruk

6 Perbedaan Stunting dan Gizi Buruk, dari Pengertian hingga Penyebab - Ibu hamil
d3sign/Getty Images

Ditinjau dari pengertian, perbedaan stunting dan gizi buruk sudah bisa dikenali. Bila stunting adalah kondisi di mana tinggi badan anak lebih pendek dari standar usianya. Maka, gizi buruk adalah kondisi berupa berat badan anak lebih rendah dari standar tinggi badannya atau lingkar lengan atasnya.

Pada stunting ini menunjukkan kekurangan gizi kronis yang terjadi sejak dalam kandungan sampai usia dua tahun. Stunting dapat mempengaruhi perkembangan fisik dan kognitif anak.

Sementara, gizi buruk umumnya menunjukkan kekurangan gizi akut yang terjadi karena asupan makanan tidak memadai atau sering sakit. Gizi buruk bisa menyebabkan kelemahan otot, masalah pencernaan, hingga kerusakan organ.

Ciri-Ciri stunting dan gizi Buruk

Perbedaan stunting dan gizi buruk lainnya dapat dikenali melalui ciri-ciri yang terjadi pada anak. Anak yang mengalami stunting biasanya memiliki ciri-ciri berupa badan lebih pendek untuk usianya, proporsi tubuh cenderung normal tetapi tampak lebih muda atau kecil untuk usianya, dan pertumbuhan tulang tertunda.

Sedangkan, pada anak-anak penderita gizi buruk punya ciri-ciri seperti badannya sangat kurus untuk tinggi badannya, punya otot-otot lemah dan tidak berdaya, perut buncit dan kaki bengkak, rambut kering dan rontok, hingga kulit kusam dan bersisik.

Penyebab stunting dan gizi buruk

6 Perbedaan Stunting dan Gizi Buruk, dari Pengertian hingga Penyebab - penyebab stunting dan gizi buruk
Fly View Productions/Getty Images

Apabila seorang anak menderita stunting maupun gizi buruk ini dapat terjadi karena beberapa faktor. Bila pada stunting terjadi sejak dalam kandungan ibu hamil. Penyebabnya bisa karena kurangnya asupan gizi ibu hamil dan menyusui, kurangnya asupan gizi anak selama 1.000 hari pertama kehidupan, tidak adanya cukup protein dalam proporsi total asupan kalori, hingga sering menderita infeksi di awal kehidupan anak.

Pada gizi buruk, beberapa faktor penyebabnya mulai dari kurangnya asupan makanan yang bergizi dan bervariasi, kurangnya akses terhadap air bersih dan sanitasi, kurangnya pengetahuan tentang gizi dan kesehatan, kurangnya perawatan kesehatan yang baik.

Dampak stunting dan gizi buruk

Baik stunting dan gizi buruk, punya dampak negatif jangka panjang bagi perkembangan dan pertumbuhan anak. Stunting bisa memberikan dampak berupa gangguan perkembangan otak dan kognitif, terjadinya penurunan kemampuan belajar dan prestasi akademik. Selain itu risiko terkena penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, dan obesitas. Paling parah berisiko terjadinya kematian yang lebih tinggi.

Adapun pada gizi buruk bisa berdampak jangka pendek dan jangka panjang bagi anak. Di antaranya terjadinya gangguan sistem kekebalan tubuh dan rentan terhadap infeksi, gangguan metabolisme dan fungsi organ, penurunan pertumbuhan dan perkembangan. Jangka panjangnya bisa menyebabkan kematian akibat kegagalan organ atau infeksi berat.

Cara mencegah stunting dan gizi buruk

Cara mencegah dan gizi buruk hampir mirip. Stunting bisa dicegah dengan memberikan asupan gizi yang cukup dan seimbang bagi ibu hamil dan menyusui. Selain itu, perlunya memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama dan meneruskan menyusui hingga 2 tahun pada anak.

Penitng juga untuk memberikan makanan pendamping ASI yang bergizi dan bervariasi sejak usia 6 bulan, memberikan suplemen gizi mikro seperti zat besi, vitamin A, dan yodium. Hal penting lainnya berupa memberikan imunisasi dan pencegahan penyakit infeksi.

Sementara, gizi buruk pada anak bisa dicegah dengan memberikan asupan makanan yang cukup, bergizi, dan bervariasi bagi anak. Anak juga penting untuk diberikan akses terhadap air bersih dan sanitasi yang memadai.

Selain itu, penting juga memberikan edukasi tentang gizi dan kesehatan bagi keluarga dan masyarakat serta, memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau kepada masyarakat.

Cara mengatasi stunting dan gizi buruk

6 Perbedaan Stunting dan Gizi Buruk, dari Pengertian hingga Penyebab - Perbedaan Stunting dan Gizi Buruk
Martin Harvey/Getty Images

Apabila stunting dan gizi buruk sudah terjadi, orang tua ataupun keluarga harus segera mengambil tindakan cepat. Pada stunting ada beberapa cara yang bisa diatasi seperti memberikan stimulasi dan intervensi dini bagi anak yang mengalami stunting.

Pemerintah berkewajiban memberikan bantuan sosial dan ekonomi bagi keluarga yang rentan stunting, juga termasuk emberikan program pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian.

Upaya lainnya bisa dengan memberikan advokasi dan kebijakan yang mendukung upaya penanggulangan stunting.

Pada gizi buruk pun juga harus segera diatasi, beberapa caranya mulai dari memberikan pengobatan dan perawatan intensif bagi anak yang mengalami gizi buruk, termasuk juga memberikan terapi gizi yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan anak tersebut.

Pemerintah atau instansi terkait juga perlu melakukan pemantauan dan evaluasi berkala terhadap status gizi dan kesehatan anak. Pun turut memberikan konseling dan dukungan psikososial bagi anak dan keluarganya.

Itulah, 6 perbedaan stunting dan gizi buruk yang nyatanya sama-sama berbahaya bagi anak. Keduanya membutuhkan perhatian dan tindakan yang serius dari semua pihak, baik pemerintah, masyarakat, maupun keluarga.

Baca Juga
Topik

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel