Sediksi – Apakah kamu kerap menunda pekerjaan dan mengalami kesulitan dalam mengelola waktu? Jika iya, kemungkinan besar kebiasaan tersebut masuk dalam kategori perilaku self sabotage yang dapat berdampak negatif pada kehidupan.
Meskipun seringkali individu tidak menyadari perilaku self sabotage yang mereka lakukan, hal ini dapat disebabkan oleh beragam faktor, termasuk pola pengasuhan pada masa kecil.
Selain itu, pertanyaan mendasar mengenai apa itu self sabotaging juga perlu dijelaskan lebih lanjut. Mari kita eksplorasi lebih dalam mengenai perilaku self sabotage dan strategi yang tepat untuk mengatasi hal tersebut di artikel ini!
Pengertian Self Sabotage
Self sabotage atau perilaku self sabotaging adalah pola pikir atau tindakan yang dapat menghambat seseorang dari mencapai tujuannya yang diinginkan. Identifikasi self-sabotage bisa sulit, terutama karena dampaknya mungkin tidak langsung terasa pada saat itu juga. Gracia Ivonika, M.Psi., seorang Psikolog, menjelaskan bahwa tanda-tanda self-sabotage dapat tampak dengan jelas atau tidak.
Menurut Psikolog Gracia, self sabotage dapat diidentifikasi dari sikap dan perilaku yang secara sadar atau tidak sadar dipilih dan dilakukan, namun justru menghalangi atau membatasi hal yang positif bagi diri sendiri. Dampaknya seringkali berupa tekanan, kesedihan, dan perasaan negatif lainnya.
Contoh Perilaku Self Sabotage
Beberapa contoh perilaku self-sabotage yang umum terjadi dalam kehidupan sehari-hari meliputi:
- menunda pekerjaan yang seharusnya diselesaikan,
- menyalahkan orang lain saat menghadapi kesulitan,
- memilih untuk menghindar ketika segala sesuatu tidak berjalan lancar,
- kesulitan mengatur waktu,
- terlibat dalam konflik interpersonal,
- memiliki hubungan dengan individu yang berpengaruh buruk,
- kesulitan memenuhi kebutuhan,
- dan merendahkan diri sendiri.
Penyebab Self Sabotage
Self-sabotage, seperti yang dijelaskan sebelumnya, tidak selalu disengaja, dan terkadang dipengaruhi oleh faktor-faktor kompleks dalam diri dan kehidupan seseorang. Beberapa penyebab umum self-sabotage meliputi:
Pola Pembelajaran dari Masa Kecil
Pola self sabotage dapat berasal dari pembelajaran pada masa kecil yang diulang-ulang. Misalnya, jika seseorang tumbuh dalam lingkungan di mana perhatian hanya diberikan ketika ada kemarahan, maka cara ini mungkin menjadi strategi untuk mendapatkan keinginan.
Dinamika Hubungan Masa Lalu
Pengalaman kurang dukungan dalam hubungan sebelumnya dapat memengaruhi kemampuan seseorang untuk berkomunikasi secara efektif dalam hubungan selanjutnya. Dalam konflik, mereka mungkin cenderung memilih untuk diam dan menyimpan pikiran dan perasaan.
Takut Gagal
Ketakutan akan kegagalan dalam berbagai aspek kehidupan seperti pekerjaan, hubungan, atau sebagai orang tua dapat mendorong seseorang untuk secara tidak sadar menyabotase diri sendiri demi menghindari kegagalan tersebut. Pikiran bawah sadar dapat membenarkan tindakan ini sebagai cara untuk menghindari risiko kegagalan.
Kebutuhan untuk Memegang Kendali
Rasa perlu untuk mengendalikan segala sesuatu dapat memotivasi seseorang untuk menunda pekerjaan atau tugas. Meskipun tugas tersebut mungkin tidak diselesaikan dengan baik, individu tersebut merasa telah mempertahankan kendali atas situasi dengan menentukan kapan tugas tersebut diselesaikan.
Dampak Self Sabotage
Membiarkan perilaku self-sabotage berlangsung dapat memiliki dampak serius terhadap kualitas hidup. Beberapa contoh dampak negatifnya mencakup
- penurunan kinerja pekerjaan dan risiko kehilangan pekerjaan akibat kebiasaan menunda-nunda,
- stagnasi dalam perkembangan karir karena ketakutan akan kegagalan,
- kerusakan dalam hubungan pribadi karena seringnya konflik atau penghindaran,
- peningkatan tingkat stres dan masalah tidur karena tekanan yang terus-menerus,
- dan penurunan kesehatan fisik dan mental karena melemahnya sistem kekebalan tubuh dan dampak emosional yang berkelanjutan.
Jika perilaku self sabotage tidak ditangani, dampaknya dapat merugikan individu dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pekerjaan, hubungan personal, dan kesejahteraan umum. Oleh karena itu, menangani self-sabotage menjadi langkah penting untuk meningkatkan kualitas hidup secara menyeluruh.
Cara Keluar dari Perilaku Self Sabotage
Menyadari Perilaku Self Sabotage
Penting untuk menyadari bahwa perilaku sabotase diri dapat merugikan. Identifikasi kebiasaan yang mungkin tidak sejalan dengan tujuan jangka panjangmu. Pahami kapan kamu cenderung melakukan self sabotage dan identifikasi faktor pemicunya, seperti pola asuh atau trauma masa lalu. Setelah mengetahui akar masalah, upayakan reaksi produktif untuk menggantikan perilaku sabotase
Belajar Berdamai dengan Kegagalan
Mengatasi ketakutan akan kegagalan, penolakan, dan rasa sakit adalah langkah penting. Berani menerima kegagalan sebagai bagian dari proses pembelajaran. Mulailah dengan meramalkan kemungkinan kegagalan yang mungkin terjadi dan pertimbangkan dampaknya. Memahami kemungkinan terburuk dari setiap tujuan dapat membantu kamu lebih siap menghadapi kegagalan dan mengambil langkah-langkah selanjutnya.
Cari Tahu Apa yang Sebenarnya Kamu Inginkan
Sels sabotage sering muncul ketika kamu tidak merasa nyaman dengan aktivitas yang dilakukan. Jika merasa terbebani dengan tugas di luar job description, tanyakan pada dirimu sendiri apa yang sebenarnya kamu inginkan. Eksplorasi lebih dalam untuk mengenal diri dengan baik dan mengetahui apa yang membuatmu bahagia. Penting untuk tidak hanya mengetahui apa yang diinginkan, tetapi juga berkomitmen sungguh-sungguh untuk mencapainya
Perilaku self sabotage memang butuh waktu untuk mengubahnya, tapi bukan berarti kamu nggak bisa “melawan” dirimu sendiri, ya!