Perusahaan ByteDance: Dalang di Balik Project S TikTok

Perusahaan ByteDance: Dalang di Balik Project S TikTok

Perusahaan ByteDance

DAFTAR ISI

Sediksi – Kamu mungkin sudah tidak asing lagi dengan TikTok, media sosial berbasis video pendek yang sedang populer di kalangan anak muda.

Tak hanya menawarkan soal berbagi video pendek saja, ada program baru yang dinamakan Project S dari aplikasi ini yang kabarnya mengancam UMKM di Indonesia.

Namun, tahukah siapa perusahaan di balik Project S TikTok yang belakangan ini menjadi sorotan pemerintah dan pelaku UMKM Indonesia? Simak ulasan berikut ini untuk mengetahui jawabannya.

Tentang Perusahaan ByteDance

ByteDance adalah perusahaan teknologi internet asal Tiongkok yang bermarkas besar di Beijing. Perusahaan ini didirikan oleh Zhang Yiming pada tahun 2012.

Zhang Yiming sendiri merupakan lulusan dari software engineering yakni di Nankai Univercity. Selain lihai di bidang software engineering, Zhang juga menyukai bidang bisnis, tak mengejutkan jika ia memutuskan untuk terjun ke dunia bisnis.

Awalnya, perusahaan ByteDance meluncurkan produk aplikasi Neihan Duanzi. Aplikasi ini mengizinkan penggunanya berbagi meme, video lucu, dan mengedarkan lelucon ke sesama penggunanya, namun ditutup pada tahun 2018 karena bermasalah dengan pemerintah China.

Pada tahun 2016, Perusahaan ByteDance meluncurkan Douyin, versi Tiongkok dari TikTok. Douyin menjadi sangat populer di Tiongkok dan mencapai 100 juta pengguna dalam waktu satu tahun.

Pada tahun 2017, ByteDance meluncurkan TikTok untuk pasar internasional. TikTok kemudian menjadi salah satu media sosial terbesar di dunia, dengan lebih dari 1 miliar pengguna aktif bulanan.

Selain TikTok, Perusahaan ByteDance juga memiliki produk-produk lain, seperti Toutiao (platform agregator berita), Xigua Video (platform video pendek), Helo (platform media sosial untuk India), Lark (platform kolaborasi kerja), dan Resso (platform streaming musik).

Perusahaan ByteDance juga terlibat dalam bidang kecerdasan buatan, pendidikan online, game online, dan e-commerce. ByteDance dikenal sebagai perusahaan yang inovatif, kreatif, dan agresif dalam mengembangkan produk-produknya.

Perusahaan ini juga memiliki nilai pasar yang sangat tinggi. Dilansir dari Hurun Global Unicorn Index, ditaksir Perusahaan ByteDance menjadi perusahaan startup paling berharga di dunia pada tahun 2022, dengan valuasi mencapai 300 miliar dolar AS.

Project S yang Dikembangkan ByteDance

Salah satu proyek terbaru yang sedang dikembangkan oleh Perusahaan ByteDance adalah Project S. Project S adalah layanan jualan yang memungkinkan pengguna TikTok untuk membeli barang-barang yang ditampilkan di video-video TikTok dengan mudah dan cepat.

Barang-barang tersebut dijual oleh ByteDance sendiri, yang bekerja sama dengan pemasok-pemasok dari Tiongkok. Barang-barang tersebut kemudian dikirim langsung dari Tiongkok ke pembeli di Indonesia.

Project S diklaim sebagai upaya ByteDance untuk memperkuat posisi TikTok Shop sebagai social commerce. Social commerce adalah model bisnis yang menggabungkan media sosial dengan e-commerce, sehingga pengguna dapat berinteraksi, mendapatkan rekomendasi, dan melakukan transaksi secara online.

Project S juga merupakan bagian dari strategi ByteDance untuk menghadapi persaingan dengan perusahaan-perusahaan teknologi lain, seperti Facebook, Google, Alibaba, dan Tencent.

Dengan Project S, Perusahaan ByteDance berharap dapat meningkatkan pendapatannya dari iklan dan komisi penjualan.

Apakah Siap Menghadapi Project S?

Project S mendapat protes dari pemerintah dan pelaku UMKM Indonesia karena dianggap mengancam keberlangsungan UMKM Indonesia.

UMKM adalah usaha ekonomi produktif yang berperan penting dalam perekonomian Indonesia. UMKM juga menjadi kunci pemulihan ekonomi nasional di tengah pandemi Covid-19.

Menurut data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KemenkopUKM), jumlah UMKM di Indonesia mencapai 64,19 juta unit pada tahun 2020, yang menyumbang 61,07 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan 97 persen terhadap tenaga kerja nasional.

Salah satu tantangan yang dihadapi UMKM Indonesia adalah persaingan dengan produk-produk impor, terutama dari Tiongkok.

Produk-produk impor seringkali menawarkan harga yang lebih murah, kualitas yang bersaing, dan variasi yang lebih banyak dibandingkan produk-produk lokal. Hal ini membuat konsumen Indonesia lebih tertarik untuk membeli produk-produk impor.

Project S dapat memperparah kondisi ini, karena memudahkan konsumen Indonesia untuk membeli produk-produk impor dari Tiongkok melalui TikTok.

Proyek ini menimbulkan kekhawatiran bagi para pelaku UMKM di Indonesia, yang merasa terancam oleh persaingan yang tidak sehat dari platform e-commerce asing.

Project S memiliki potensi untuk mematikan UMKM lokal, karena mereka tidak memiliki akses ke teknologi dan sumber daya yang dimiliki oleh Perusahaan ByteDance.

Oleh karena itu, pemerintah dan pelaku UMKM Indonesia harus siap menghadapi Project S. Pemerintah harus melakukan pengawasan dan penegakan hukum terhadap Project S agar tidak merugikan UMKM Indonesia.

Pemerintah juga harus memberikan perlindungan dan fasilitasi kepada UMKM Indonesia agar dapat bersaing dengan produk-produk impor.

notix-artikel-retargeting-pixel