Mengenal Post Holiday Blues, Sindrom Gak Bisa Move On dari Liburan

Mengenal Post Holiday Blues, Sindrom Gak Bisa Move On dari Liburan

post holiday blues

DAFTAR ISI

Sediksi.com – Setelah menikmati waktu liburan dan menjauh dari rutinitas harian, seharusnya seseorang merasa lebih bersemangat untuk kembali bekerja. Namun, apa yang terjadi jika sebaliknya? Hati-hati, ini bisa menjadi tanda bahwa seseorang mengalami post holiday blues atau sindrom liburan.

Menurut laporan dari Healthline, umumnya sindrom ini dialami oleh pekerja di Amerika Serikat setelah liburan musim dingin. Di Indonesia, gejala ini lebih mungkin terjadi setelah libur panjang seperti Lebaran dan Tahun Baru.

Saat mengalami sindrom ini, seseorang cenderung kehilangan semangat dan produktivitas dalam pekerjaan yang dapat mengakibatkan pekerjaan terbengkalai. Terlihat sedikit mirip dengan monday blues, ya?

Lalu, apa saja gejala yang perlu diwaspadai jika seseorang mengalami sindrom ini? Bagaimana cara mengatasi dampaknya? Artikel ini bisa menjawab beberapa pertanyaanmu soal post holiday blues!

Apa Itu Post Holiday Blues?

Sindrom pasca liburan yang juga dikenal sebagai post holiday blues atau vacation blue, merujuk pada kumpulan perasaan negatif yang timbul setelah selesai berlibur.

post holiday blues
Pexels: Asad Photo Maldives

Gejala sindrom ini tidak jauh berbeda dengan gangguan kecemasan atau gangguan emosi. Beberapa gejala yang mungkin muncul meliputi:

  • Insomnia: Kesulitan tidur atau gangguan tidur.
  • Mudah lelah: Rasa kelelahan yang berlebihan dan sulit untuk mendapatkan energi.
  • Kesulitan berkonsentrasi: Sulit fokus atau berkonsentrasi pada tugas-tugas sehari-hari.
  • Kecemasan: Perasaan cemas yang muncul setelah liburan berakhir.
  • Perasaan sedih yang berkelanjutan: Munculnya perasaan sedih yang berlangsung lebih lama setelah liburan selesai.

Perlu dicatat bahwa gejala ini muncul khususnya setelah liburan berakhir yang disebabkan oleh perasaan bahwa momen liburan telah berakhir dan kembali ke rutinitas sehari-hari. Seseorang tidak lagi merasakan kegembiraan atau semangat yang sama seperti saat berlibur dan hal ini dapat menyebabkan kurangnya motivasi untuk kembali menjalani rutinitas yang pada akhirnya dapat berdampak negatif pada pekerjaan atau aktivitas sehari-hari.

Baca Juga: Tren Slowcation: Konsep Traveling Tahun 2024 ala Gen-Z

Sebab Terjadinya Post Holiday Blues

Mendekati akhir tahun dan masa-masa liburan, seseorang rawan mengalami post-holiday blues, sebuah kondisi umum yang sering muncul pada musim liburan seperti saat ini.

Menurut Better Up, beberapa penyebab dari post-holiday blues yang perlu diantisipasi meliputi:

Stres Finansial

Aktivitas liburan seperti menginap di vila, pembelian kado Natal, dan kegiatan liburan lainnya dapat menyebabkan stres finansial. Beberapa orang mungkin mengalami gangguan kecemasan atau rasa kelelahan setelah menghadapi beban keuangan yang meningkat.

Perasaan Kehilangan

post holiday blues
Pixabay

Saat liburan, seseorang sering merasa dikelilingi oleh orang-orang yang dicintai, baik teman maupun keluarga. Ketika liburan berakhir, perasaan kehilangan bisa muncul dan mengakibatkan suasana hati yang kurang baik.

Seasonal Affective Disorder (SAD)

Perubahan suasana dan pola harian selama musim liburan dapat memicu holiday stress, terutama pada orang-orang yang rentan terhadap Seasonal Affective Disorder (SAD). Hal ini dapat memengaruhi kesejahteraan mental seseorang.

Kesehatan Mental

Bagi mereka yang sudah memiliki masalah kesehatan mental, post holiday blues dapat berdampak lebih besar. Kondisi mental yang mungkin memburuk selama liburan dapat berlanjut setelahnya. Jika ini terjadi, segera berkonsultasi dengan profesional kesehatan mental merupakan langkah yang bijak.

Tips Mengatasi Post Holiday Blues

Mengatasi post-holiday blues agar tidak berlarut-larut dan mengganggu pekerjaan dapat dilakukan dengan mengikuti beberapa tips yang dirangkum dari Psychology Today:

Berbicara secara Verbal dengan Teman

Berbicara dengan teman dekat secara langsung atau melalui telepon dapat membantu mengalihkan pikiran dari kenangan liburan. Bertanya tentang pengalaman liburan teman juga dapat menambah variasi percakapan.

Lakukan Aktivitas di Luar Rumah

Menghindari rutinitas harian yang monoton dengan melakukan aktivitas di luar rumah dapat meningkatkan energi dan mengurangi kebosanan. Mulai dari makan di luar hingga berjalan-jalan di sekitar rumah dapat membantu mengubah suasana.

Berolahraga

Gerakkan tubuh dengan berolahraga karena endorfin yang dihasilkan dapat meningkatkan perasaan senang. Berolahraga ringan beberapa kali dalam seminggu dapat membantu mengatasi post-holiday blues.

Memasak

post holiday blues
Pexels: Andrea Piacquadio

Memasak resep baru atau menyiapkan bekal untuk kantor dapat merangsang kreativitas dan memberikan pengalaman positif. Aktivitas memasak dapat menjadi hobi yang menyenangkan.

Buat Rencana Kegiatan yang akan Dinikmati

Arahkan fokus pada kegiatan dan kepentingan sehari-hari yang memberikan kesenangan. Rencanakan kegiatan bersama teman, keluarga, atau pasangan untuk mengalihkan perhatian.

Hindari Hal-Hal yang Berkaitan dengan Liburan

Untuk sementara waktu, hindari menonton acara televisi atau melakukan hal-hal yang berkaitan dengan liburan. Menghindari aktivitas yang memicu kenangan liburan dapat membantu mengurangi perasaan sedih.

Minta Bantuan Profesional

post holiday blues
Pexels: cottonbro studio

Jika gejala post holiday blues terus berlanjut, konsultasikan dengan seorang profesional seperti psikolog. Bantuan dari profesional dapat memberikan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah yang mungkin muncul.

Gimana, sudah tercerahkan tentang post holiday blues? Menurutmu, ada tips lain nggak tentang gimana cara mengatasi post holiday blues yang ampuh selain cara di atas?

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel