Sediksi.com – Rapat ketiga kelompok kerja untuk bidang pariwisata G20 di Kashmir, India mengundang banyak kritik.
Agenda yang direncanakan berlangsung selama tiga hari tersebut bahkan mendapat ancaman boikot dari Tiongkok dan beberapa negara lainnya.
Meski mendapat kritik dan ancaman boikot, agenda terakhir rapat yang berlangsung pada Rabu, 24 Maret 2023 ini akhirnya terlaksana sampai selesai.
Sudah mendapat kritik dan ancaman sejak rapat kedua
Forum kelompok kerja untuk membahas bidang pariwisata dihadiri 60 delegasi dan diadakan sebanyak empat kali sepanjang rangkaian acara Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Kashmir India, yang berlangsung sejak awal tahun hingga September 2023 nanti.
Agenda pertama dilaksanakan Februari lalu di negara bagian Gujarat. Kemudian agenda kedua dilaksanakan bulan April di kota Siliguri dan Darjeeling, negara bagian Bengal Barat. Kedua agenda tersebut berjalan dengan lancar.
Agenda ketiga dilaksanakan di Srinagar, kota terbesar di Kashmir, wilayah di sebelah utara India yang sudah tujuh dekade menjadi daerah konflik antara India, Pakistan, dan Tiongkok.
Usai agenda kedua pada bulan April, beberapa negara mulai mengkritisi India yang menempatkan agenda ketiga di daerah konflik tersebut.
Kritik datang dari Tiongkok, sebagai pihak yang berkonflik langsung dengan India terkait Kashmir. Meski bukan anggota atau undangan G20, Pakistan juga ikut mengkritisi sebagai pihak yang berkepentingan dalam konflik tersebut.
Semakin mendekati hari pelaksanaan acara, India tetap memutuskan untuk tidak mengganti tempat diselenggarakannya agenda pembahasan bidang pariwisata tersebut. Akhirnya, Tiongkok tidak hanya mengancam untuk memboikot, tapi juga tidak menghadiri agenda tersebut.
Hal ini diikuti oleh beberapa negara lainnya seperti Arab Saudi, Turki, dan Mesir yang juga memutuskan untuk tidak menghadiri forum tersebut.
Kritik Tiongkok: forum internasional di daerah konflik itu ceroboh
Tiongkok bertahan dengan penolakannya terhadap agenda kelompok kerja G20 untuk membahas bidang pariwisata yang diselenggarakan di Srinagar, Kashmir. Kritik Tiongkok berkaitan dengan pemilihan Kashmir sebagai kota tuan rumah.
Bagi Tiongkok, menyelenggarakan forum internasional di daerah konflik itu ceroboh. Bagaimanapun, serangan bisa terjadi kapan saja pada saat para pemimpin dunia berkumpul.
Kritik Tiongkok yang tidak dipenuhi oleh India itu akhirnya membuat Tiongkok memutuskan untuk menolak menghadiri agenda tersebut sebagai bentuk sikap penolakan.
Kashmir adalah salah satu daerah konflik yang paling aktif, meskipun sudah puluhan tahun sekalipun. Serangan bisa terjadi kapan saja. Baik dari India, Pakistan, Tiongkok, bahkan daerah-daerah di Kashmir itu sendiri.
Oleh karena konflik bisa pecah di Kashmir kapan saja, menempatkan acara level internasional di Kashmir sama dengan sengaja membahayakan pihak-pihak yang menghadiri agenda tersebut. Sebab bukan hanya perwakilan atau pimpinan negara saja yang menghadiri agenda tersebut, tapi juga banyak organisasi internasional.
Mehbooba Mufti, mantan kepala menteri Jammu dan Kashmir mengkritik bahwa dengan keputusan ini, India seperti mengubah wilayah tersebut menjadi penjara Guantánamo, sebuah penjara seumur hidup milik militer Amerika Serikat di Teluk Guantánamo, Kuba bagian tenggara.
Menurutnya, keputusan yang berisiko ini dilakukan hanya untuk membahas pariwisata. Sangat tidak sepadan dengan potensi bahaya yang muncul di wilayah konflik tersebut.
Kemudian, Pakistan yang juga mengkritik penyelenggaraan forum di Kashmir menilai forum ini sangat tidak bertanggung jawab.
Baca Juga: Ketegangan Global Sebabkan Perdagangan Senjata di Inggris Meningkat, Termasuk Donor ke Ukraina
Pembelaan India: untuk menunjukkan potensi pariwisata
Meskipun tidak merespon kritik Tiongkok secara langsung, India membela diri melalui beberapa pernyataan.
Arvind Singh, sekretaris pariwisata India menyampaikan agenda pembahasan pariwisata di Kashmir bukan hanya untuk menunjukkan potensi pariwisata Kashmir, tapi juga “memberi pertanda secara global bahwa stabilitas kawasan bisa pulih dan situasi bisa kembali normal.”
Harsh Vardhan Shringla, kepala koordinator G20 India menyampaikan bahwa agenda ini penting dan memiliki urgensi yang besar.
“Agenda kita kali ini didatangi oleh perwakilan tertinggi delegasi-delegasi luar negeri untuk rapat bidang pariwisata, dibandingkan dengan rapat bidang pariwisata yang sebelum-sebelumnya (pertama dan kedua),” ucapnya.
Kemudian ia melanjutkan bahwa selain untuk mempromosikan pariwisata, pemilihan Kashmir juga dapat menjamin perdamaian dunia, sebuah tujuan mulia seperti yang diharapkan oleh pendiri KTT G20 itu sendiri.
Memilih Kashmir dapat mendatangkan perwakilan tertinggi dari delegasi-delegasi yang hadir dalam forum tersebut. Sehingga jika diharuskan melaksanakan kelompok kerja untuk membahas pariwisata di India, sudah seharusnya dilakukan di Srinagar. Tidak ada pilihan lain.