Sediksi.com – Jumlah warga Palestina di Gaza yang dibunuh dengan serangan udara Israel sudah mencapai lebih dari 9.000 orang di minggu keempat.
Menjadikannya tujuh kali lebih banyak dari warga Israel yang dibunuh kelompok Hamas dalam serangan roket dan penembakan pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan 1.400 orang.
Eskalasi konflik Israel-Palestina masih terus meningkat dan belum ada tanda-tanda gencatan senjata, apalagi perdamaian.
Selagi Dewan Keamanan PBB terus mengalami kegagalan untuk mencapai konsensus yang mendukung gencatan senjata dari minggu ke minggu, pihak militer Israel tidak berhenti menyerang wilayah Gaza hingga menghancurkan lebih banyak infrastruktur.
Timeline minggu keempat konflik Israel-Palestina
28 Oktober: Netanyahu umumkan perang melawan Hamas memasuki “tahap kedua”
Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri (PM) Israel juga menyampaikan bahwa tahap kedua ini akan berlangsung lebih lama.
Dalam tahapan ini, ia menyebutkan akan memperluas operasi darat di Jalur Gaza yang beberapa waktu belakangan sering disebutkan.
Netanyahu lalu menjelaskan bahwa operasi ini dilakukan untuk “menghancurkan Hamas dan membebaskan warga Israel yang disandera oleh Hamas.”
Ketika ia menyampaikan hal tersebut, pertempuran Israel-Lebanon di perbatasan negara terus berlangsung.
Tidak ketinggalan, operasi darat dengan melempar bom ke pemukiman padat penduduk Gaza juga berlanjut sejak Jumat.
Israel melakukan operasi darat tersebut di sepanjang Jalur Gaza dari wilayah utara hingga selatan, wilayah penduduk Gaza mengungsi sesuai suruhan Israel pada 13 Oktober.
29 Oktober: demo pro Palestina di berbagai negara
Melihat konflik yang terus memanas dan terlebih lagi, besarnya jumlah warga Palestina yang terbunuh akibat serangan Israel dari hari ke hari, banyak pihak dari berbagai negara yang menunjukkan sikap pro Palestina.
Ratusan ribu demonstran berunjuk rasa di berbagai kota di Eropa, Timur Tengah, Amerika Serikat (AS), dan Asia pada hari Sabtu sebagai bentuk dukungan terhadap Palestina.
Banyak demo tersebut juga dilakukan untuk mendesak keputusan gencatan senjata.
Seperti yang dilakukan oleh para demonstran Inggris, salah satu demo terbesar yang berkumpul di pusat ibu kota Inggris, London, untuk menuntut Rishi Sunak, PM Inggris untuk ikut menyerukan gencatan senjata.
30 Oktober: Netanyahu menolak gencatan senjata
Artinya Israel akan terus melancarkan serangan udara dan operasi darat di Jalur Gaza selama persediaan senjata mereka masih ada. Jika habis, AS dan beberapa negara Eropa selalu siap dan dengan senang hati mengirimkan pasokan baru.
Ketika Netanyahu menyampaikan Israel menolak gencatan senjata, dia juga menjustifikasi tindakan ini dengan mengutip Alkitab, “‘ada waktu untuk perdamaian dan ada waktu untuk perang’, inilah waktunya untuk perang. Perang demi masa depan kita bersama.”
Pernyataan ini disampaikan dalam bahasa Inggris pada konferensi pers yang diselenggarakan untuk media asing.
Di hari yang bersamaan dengan pernyataan Netanyahu, serangan udara Israel merusak Rumah Sakit Persahabatan Turki-Palestina yang kemudian menyebabkan kecaman keras dari Ankara.
Gudang milik organisasi kemanusiaan Palestine Red Crescent juga mengalami kerusakan akibat hal yang sama.
31 Oktober: Israel menyerang kamp pengungsi Jabalia di Gaza dan membunuh 50 orang
Atas tindakan pengeboman ini, Israel dikecam oleh seluruh negara Arab dan organisasi kemanusiaan.
Israel kemudian mengakui bahwa mereka lah di balik serangan ini yang bermaksud untuk menargetkannya ke komandan tinggi Hamas.
Di antara yang terbunuh dalam serangan Israel ini adalah warganya sendiri yang masih disandera oleh Hamas, dengan total sebanyak tujuh orang.
Setelah membunuh sedikitnya 50 penduduk Gaza dan melukai lebih banyak lagi, pihak militer Israel kembali melanjutkan operasi darat demi “membinasakan” setiap anggota Hamas dan memburu komandan tertinggi mereka.
Sebanyak 66 truk pembawa bantuan untuk penduduk Gaza berhasil melewati perbatasan Rafah melalui koridor Mesir.
Meski begitu, untuk sumber bahan bakar masih dihambat oleh Israel.
Perang lintas batas berlangsung antara Israel dengan kelompok Hizbullah Lebanon. Sedangkan untuk kelompok Houthi yang berbasis di Yaman mengatakan sudah melakukan tiga serangan terhadap Israel sejak perang dimulai.
1 November: Israel bom kamp pengungsi Jabalia lagi
Dalam serangan kedua ini, pihak berwajib Palestina mengatakan “puluhan orang terbunuh dan terluka.”
Usai menyerang, pihak militer Israel mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa jet tempurnya telah menyerang kompleks komando dan kendali Hamas di Jabalia “berdasarkan intelijen yang tepat.”
Dan menewaskan kepala unit rudal anti-tank kelompok tersebut, Muhammad A’sar.
Meski belum bisa diverifikasi kebenaran pernyataan Israel.
Tetapi, serangan ini membunuh 19 anggota keluarga sekaligus dari Mohamed Abu Al-Qumsan, teknisi penyiaran di biro Al Jazeera di Gaza.
2 November: bantuan untuk wilayah Gaza utara terputus
Setelah diserang dua hari berturut-turut, bantuan untuk kamp pengungsi Jabalia yang terletak di utara Gaza terputus. Yang kemudian memperbesar ancaman hidup bagi para penduduk Gaza di wilayah tersebut.
Seorang pejabat militer Israel mengatakan bahwa bahan bakar mungkin saja diperbolehkan masuk ke Kota Gaza lagi.
Pernyataan ini segera direspon oleh kantor PM Israel bahwa hal itu tidak benar, tidak ada pembahasan untuk rencana tersebut.
3 November: serangan terhadap tim medis membunuh 15 orang, 4 WNI berhasil dievakuasi
Kendati selalu menyebut serangan udara dan operasi darat Israel ditargetkan pada anggota Hamas, Israel lebih terlihat menargetkan serangan ke pemukiman dan warga sipil tidak bersenjata.
Termasuk dalam serangan terhadap tim medis yang sedang berkumpul di dekat Rumah Sakit Al Shifa hingga menewaskan 15 orang.
Tidak hanya menembakkan satu, tapi tiga serangan di hari dan lokasi yang sama.
Menurut klarifikasi pihak Israel, yang mereka targetkan adalah mobil ambulans yang digunakan oleh pasukan Hamas di dekat rumah sakit tersebut.
Di hari yang sama, Israel juga menargetkan serangan pada sekelompok warga sipil yang sedang mengungsi melalui al-Rashid dan membunuh sedikitnya 14 orang.
Kemudian 20 orang dibunuh dalam serangan Israel di sekolah yang menampung pengungsi di area Saftawi.
Di sisi lain, akhirnya Hassan Nasrallah, pimpinan Hizbullah muncul untuk pertama kali sejak perang mulai. Hizbullah ini adalah kelompok teroris bagi Israel dan AS.
Dalam kemunculannya tersebut, dia menyampaikan bahwa jika ingin mencegah eskalasi konflik di kawasan tersebut, maka perang di Jalur Gaza harus berhenti.
Adapun jalur evakuasi yang aman masih tetap di perbatasan Rafah sebagaimana yang telah disepakati oleh Israel dan Mesir.
Sehingga sampai dengan 3 November ini, lebih banyak orang berhasil meninggalkan Gaza melalui koridor Mesir tersebut.
Termasuk empat Warga Negara Indonesia (WNI) yang sejak konflik ini pecah kembali tidak bisa mengevakuasi diri karena ketiadaan akses.
Mereka adalah Abdillah Onim beserta ketiga anaknya. Selain mereka, istri Abdillah yang berkebangsaan Palestina juga dievakuasi bersama mereka.
Aksi evakuasi heroik ini akhirnya berhasil dilaksanakan pada 3 November setelah mengalami kegagalan sebanyak tiga kali.
Evakuasi dilakukan melalui jalur perbatasan Rafah dan menempuh perjalanan sejauh 367 kilometer untuk mencapai lokasi yang aman, yaitu Kairo.