Cancel culture di Indonesia tidak hanya soal "menghukum" individu yang melanggar norma, tetapi juga soal budaya lokal, hierarki sosial, dan dinamika digital yang sering kali berujung pada debat tanpa solusi.
Dilema antara pengucapan /f/, /v/, dan /p/ ini pada akhirnya lebih dari sekadar masalah linguistik. Hal ini juga berkaitan erat dengan identitas budaya dan perasaan inferioritas (insecurity) bahasa daerah di hadapan bahasa nasional atau bahasa internasional.
Skincare dan makeup seharusnya menjadi sumber kesenangan, bukan kebutuhan yang menciptakan tekanan psikologis dan membebani keadaan finansial. Keduanya bertujuan membuat penggunanya memiliki kulit sehat dan merasa senang.
Romantisme menua di desa seperti yang diidam-idamkan banyak orang, menurut saya, perlu sedikit dibenahi, atau lebih tepatnya dispesifikkan. Bukan lagi “menua di desa adalah hal yang menyenangkan” tetapi “menua di desa adalah hal yang menyenangkan, jika Anda kaya.”
Ketika Anda mengalami kejadian yang aneh maupun menjengkelkan di Bekasi atau menyaksikan petir menggelegar saat cuaca terik dengan suhu udara terasa lebih panas, ingatlah kata-kata Pramoedya dalam novelnya, ‘Bekasi….. berbekas di hati…... kota yang membekasi….’
Bagaimanapun, sistem defensif Cattenacio memiliki kelebihan yang tidak dimiliki sistem lain. Dan itulah indahnya sepak bola, selalu menuntut dialektika di dalamnya.
Belajar lewat sastra artinya belajar berdialektika. Sastra akan kaku bila ia dipahami sebatas wujud dan permukaan isi. Namun, isi sastra akan begitu membangun saat ditempatkan sebagai proses berfikir. Kesadaran kritis akan tumbuh dengan sendirinya.