Saya sempat meyakini bahwa semester tua di jurusan pendidikan itu pasti melelahkan, tidak kalah melelahkannya dengan mencari kerja. Tapi, setelah hampir menamatkan semester enam, ternyata doktrin di kepala saya itu salah besar.
Jadi jelas, antara sarjana dan SMA pada perdebatan tersebut sama-sama hanya sekadar mengejar tujuan pragmatis bernama “citra sosial”, bukan jangka panjang.
Menjadi mahasiswa sosiologi bukan hanya menanggung ‘beban malu’ karena jurusan ini dianggap yang paling disesali oleh lulusannya sendiri, tapi juga harus menanggung beban moral karena harus menghadapi tren pasar kerja yang lebih menganakemaskan lulusan teknik dan MIPA.