Sediksi.com – Siapa yang suka hujan? Hujan dipercayai sebagai rahmat yang diturunkan oleh sang maha kuasa. Bahkan bagi sebagian orang menjadi hal yang paling dinantikan terlebih setelah musim kemarau panjang. Itu alasan mengapa ada sejumlah tradisi menyambut musim hujan di Indonesia.
Sebagai negara yang kaya akan keberagaman budaya, Indonesia memiliki beragam tradisi unik dan menarik untuk dikulik. Selain doa minta hujan maupun tradisi memanggil hujan, ternyata sejumlah daerah di Indonesia juga mempunyai keunikan tersendiri dalam hal tradisi menyambut musim hujan.
Menjadi cara untuk ungkapan rasa bahagia dan syukur. Berikut ini beberapa tradisi unik yang masih dilestarikan dalam menyambut hujan turun.
Kira-kira apa aja ya tradisinya? yuk lanjut baca di bawah ini.
Tradisi menyambut musim hujan dari berbagai daerah
Ruwat Jagat Mapag Hujan
Berasal dari Kabupaten Subang, Jawa Barat. Tradisi menyambut hujan ini merupakan tradisi lokal tahunan yang dilakukan oleh masyarakat setempat.
Bermula dari acara kenduri atau gotong royong dalam menyambut musim hujan. Sampai saat ini Ruwat Jagat Mapag Hujan masih tetap eksis sebagai bentuk mengingatkan diri pada mengharmoniskan diri dengan alam.
Selain sebagai ungkapan rasa syukur, tradisi ini juga bertujuan mempersiapkan sarana dan prasarana selama musim hujan tiba agar terhindar dari bencana.
Dalam pelaksanaannya, biasanya masyarakat setempat akan membawa bendera putih dan berpakaian pangsi tradisi masyarakat Sunda. Kemudian, dalam penyelenggaraanya akan dipimpin oleh seorang tokoh masyarakat.
Baca Juga: 16 Kegiatan Saat Hujan, Jangan Mager Mulu!
Tradisi Campur Baur
Masyarakat Samin atau dikenal juga dengan sebutan ‘Sedulur Sikep’, menjadi salah satu yang masih memegang teguh adat tradisi di tengah modernitas kehidupan. Salah satu tradisinya adalah menyambut hujan bernama Campur Baur.
Pergelaran ini biasa dilaksanakan setahun sekali saat hujan pertama kali turun, dan diadakan di pertigaan atau perempatan jalan desa. Dalam perayaannya, masyarakat juga akan menyediakan beragam jajanan pasar seperti kue apem, telur rebus dan berbagai ubarampe lainnya.
Namun, tradisi ini hanya di diadakan oleh masyarakat yang tinggal di lingkungan desanya dilewati aliran sungai, terutama di daerah lereng Pegunungan Kendeng. Hal ini karena, berdasarkan cerita, tradisi ini muncul untuk menyambut ular besar yang turun dari hutan melalui aliran sungai yang melewati desa.
Festival Serut Podomoro
Bagi masyarakat Dusun Serut di Kabupaten Karanganyar, turunya hujan adalah hal yang patut disyukuri dan disambut dengan suka cita. Salah satu cara yang mereka lakukan adalah dengan Festival Serut Podomoro.
Festival yang rutin dilaksanakan ini merupakan sebuah ritual bersih dusun dengan mengarak gunungan sayuran. Sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil bumi dan juga pengingat pentingnya harmonisasi manusia dan alam dalam menyediakan bahan pangan bagi keberlangsungan hidup.
Dalam pergelarannya, festival biasa dibuka dengan iring-iringan gong dan tarian lakon podomoro. Kemudian, para sesepuh dusun akan membacakan doa kejawen di area persawahan diikuti sepasang pemuda menari mengiringi doa tersebut.
Tasyakuran Serabian
Siapa yang suka makan serabi? Memakan kudapan manis ini ternyata menjadi bagian tradisi menyambut hujan bagi masyarakat Tuban.
Sebagai ungkapan rasa syukur hujan turun, tradisi ini biasa dilaksanakan pada malam Jumat Pahing saat awal musim hujan tiba. Selain itu, tradisi ini juga menjadi sebagai ajang silaturahmi dan kebersamaan, karena pembuatannya dilakukan secara bergotong-royong.
Serabi yang sudah matang akan dikumpulkan di langgar atau mushola terdekat. Lalu setelah sholat subuh, tasyakuran akan dimulai dengan mendoakan serabi dan dilanjutkan dengan makan bersama.
Tradisi ini memang mirip dengan tradisi Kupatan, bedanya makanan yang didoakan adalah serabi yang disiram oleh kuah santan dan gula merah atau dikenal dengan sebutan juroh.
Tari Sintren
Ini dia tradisi unik dan cukup bikin merinding dalam menyambut musim hujan adalah Tarian Sintren. Tarian ini merupakan tarian magis yang dibawakan untuk menyambut dan memanggil hujan oleh masyarakat Cirebon.
Biasanya ritual ini akan diselenggarakan selama 40 malam berturut-turut dengan dipimpin oleh seorang pawang sintren, dengan berlatar cerita cinta Sulasih dan Sulandono. Khusus untuk para penari ini diwajibkan masih suci alias perawan dan perjaka.
Uniknya tarian ini ditarikan oleh sang penari dalam keadaan tidak sadarkan diri alias kesurupan.
Itulah beberapa tradisi menyambut musim hujan dari beberapa daerah di Indonesia.
Kalau di daerahmu, ada tradisi menyambut hujan juga?