Punya gelar sarjana, siapa sih yang enggak bangga? Mau itu gelar sarjana akuntansi, gelar sarjana psikologi, atau yang lain, pasti bangga karena meraihnya bukan perkara mudah.
Kamu yang sedang atau pernah menjadi mahasiswa, pasti tahu bahwa ada perjuangan dan proses panjang di balik gelar sarjana. Nugas sampai pagi, cari buku ke sana ke mari, revisi berkali-kali dan masih banyak lagi… Bagaimanapun, jangan lupa bahwa sarjana bukan hanya hasil usahamu, belajarmu, tetapi juga hasil didikan para dosen dan doa orang-orang tercinta di sekitar kita.
Nantinya pengalaman selama menjadi mahasiswa dan berproses meraih gelar sarjana, bakal bikin kamu ketawa, atau malah nangis sendiri saat mengingatnya. Sarjana memang bukan gelar biasa. Jika dijalani dengan sungguh-sungguh, perjuangan di baliknya akan melatihmu berpikir dengan bijaksana dan bersikap lebih dewasa.
Setelah mendapatkan gelar sarjana, apa selanjutnya?
Hidup akan membawamu pada hal-hal yang lebih rumit dari skripsi! Yup, untuk bisa “naik kelas” kamu harus menghadapi pilihan-pilihan berikut ini.
1. Pulang kampung dan mengabdi VS Berangkat ke luar kota menjemput rejeki.
Buat kamu yang kuliah di perantauan, biasanya pilihan ini jadi dilema tersendiri. Ada yang didukung oleh keluarganya untuk tetap tinggal di luar kota dan melanjutkan mengejar impian, ada juga yang tertarik untuk kembali ke kampung halaman dan melakukan sesuatu sesuai kemampuan.
Gelar sarjana yang kamu dapat mau dibawa ke mana? Apakah pulang ke rumah sebagai wujud pengabdian anak daerah, atau merantau ke kota besar untuk berkontribusi pada kemajuan industri?
Kalau pilih pulang kampung, apa rencanamu? Apa yang ingin kamu lakukan untuk mendorong kemajuan daerahmu? Kalau mau merantau, apakah kamu sudah mantap dengan keputusan ini? Peluang seperti apa sih yang sebenernya kamu cari? Apakah hati kecilmu tidak ingin pulang dan mengabdi di daerah sendiri
2. Lanjut kuliah VS Cari kerja
Hmm… gimana ya… langsung S2 atau kerja dulu aja? Umumnya, sarjana akan terbagi menjadi dua golongan utama yaitu mereka yang memutuskan untuk mencari kerja dan mereka yang memilih untuk kuliah lagi ke jenjang Master. Keduanya tentu punya keunggulan masing-masing.
Jika kamu memilih lanjut S2 dengan program studi yang berbeda dari sebelumnya, itu akan membantumu memperluas pengetahuan. Kalau kamu memilih untuk lanjut S2 di bidang yang sesuai dengan program studi S1 mu, kamu bisa memperdalam pengetahuan.
Di beberapa bidang keilmuan, jenjang master juga bisa menambah keterampilan dan wewenang untuk melakukan suatu tindakan. Misalnya saja di bidang kedokteran, ada yang namanya Pendidikan Dokter Spesialis. Dengan lanjut kuliah di program tersebut, seorang dokter bisa memperdalam pengetahuan dan memfokuskan diri pada suatu bidang spesifik.
Contoh lainnya, di bidang psikologi ada program S2 yang disebut dengan Magister Profesi Psikologi. Dengan menempuh pendidikan itu, seorang sarjana psikologi akan mendapat gelar master sekaligus kewenangan untuk berpraktik sebagai psikolog.
Nah, buat kamu yang lebih memilih untuk langsung terjun bekerja, sebenarnya kamu juga bisa lanjut belajar kok. Belajar dari pengalaman di lapangan dan belajar langsung dari ahlinya (dari atasanmu di tempat kerja). Dengan bekerja segera setelah menjadi sarjana, kamu juga bisa segera meniti tangga karir, memperluas koneksi dan menabung dari gaji.
3. Cari kerja VS Wirausaha
Kehidupan setelah menjadi sarjana memang penuh dengan pilihan. Setelah menimbang pilihan antara bekerja dan melanjutkan pendidikan, jangan lupa bahwa kamu masih punya kemungkinan lain untuk dipertimbangkan. Menciptakan lapangan pekerjaan alias berwirausaha!
Yakin nih kamu tidak ingin mencoba? Yup, pengusaha adalah salah satu profesi keren yang kekinian banget. Beberapa tahun terakhir, banyak usaha baru yang dikerjakan oleh anak muda dan sukses menarik perhatian Indonesia bahkan dunia.
Buat kamu yang ngaku kreatif dan suka tantangan, ini pilihan yang perlu kamu pertimbangkan. Dengan berwirausaha, kamu bisa menciptakan pekerjaan sendiri dan berpotensi membuka lapangan kerja buat orang lain.
4. Bagaimana kalau magang atau ikut pelatihan?
Tidak semua sarjana memiliki jalan mulus untuk bisa bekerja. Tingginya jumlah sarjana tidak sebanding dengan lapangan kerja yang tersedia. Kadang, kualitas sarjana juga menjadi kendala bagi mereka untuk diterima bekerja. Beberapa perusahaan mengeluhkan ketidaksesuaian antara apa yang mereka butuhkan dengan kemampuan yang bisa sarjana berikan.
Untuk memperkecil ruang ketimpangan antara kebutuhan perusahaan dan kurangnya kemampuan, seorang sarjana bisa mempertimbangkan untuk mengikuti pelatihan atau mengikuti program magang. Keduanya bisa digunakan sebagai batu loncatan untuk memperkuat profil dan nilai diri kita supaya bisa memenangkan persaingan
5. Menikah VS Melajang dulu
Lulus kuliah sebagai sarjana, rata-rata terjadi di usia 22 atau 23 tahun. Usia tersebut menurut Undang-Undang, sudah cukup umur untuk melangsungkan pernikahan. Terutama kamu yang sudah punya pasangan, apakah juga memikirkan ini sebagai pilihan?
Tentu sebelum mengambil keputusan, kamu perlu bertanya kepada diri sendiri tentang kesiapanmu untuk mengemban tanggung jawab yang lebih tinggi lagi. Pernikahan bukan cuma tentang menyatukan dua cinta, tetapi juga bagaimana kesanggupanmu mempertahankan seterusnya.
Itulah beberapa hal yang biasa bikin galau para sarjana. Pastinya, setiap pilihan ada baik dan buruknya, ada manfaat dan ada konsekuensinya. Bagaimana denganmu? Sudahkah kamu membuat pertimbangan yang matang sebelum menentukan pilihan?
Baca Juga: Merayakan Hal-hal yang Tak Mudah