Sediksi – Perubahan iklim adalah salah satu tantangan terbesar yang dihadapi umat manusia saat ini. Salah satu penyebab utama perubahan iklim adalah emisi gas rumah kaca (GRK) yang berasal dari berbagai aktivitas manusia, termasuk pertanian.
Pertanian konvensional seringkali menyebabkan pengurangan karbon organik tanah (KOT), yang merupakan sumber penting bagi kesuburan tanah dan keseimbangan iklim.
Apakah ada cara untuk mengubah pertanian menjadi bagian dari solusi menghadapi perubahan iklim yang kini sedang jadi krisis dunia ini?
Jawabannya ada, yakni dengan sistem pertanian carbon farming. Carbon farming adalah sebutan untuk berbagai metode pertanian yang bertujuan untuk menyerap karbon atmosfer ke dalam tanah dan akar, batang, dan daun tanaman.
Tujuan carbon farming adalah meningkatkan laju penyerapan karbon ke dalam bahan tanaman dan tanah dengan harapan menciptakan kehilangan bersih karbon dari atmosfer.
Dengan demikian, carbon farming dapat membantu mengurangi konsentrasi GRK di udara dan memperlambat pemanasan global.
Konsep Carbon Farming
Sistem pertanian carbon farming didasarkan pada pemahaman bahwa karbon adalah unsur penting bagi kehidupan di bumi. Karbon adalah pembawa energi matahari yang masuk ke dalam sistem pertanian melalui fotosintesis tanaman.
Karbon kemudian beredar di dalam sistem melalui rantai makanan dan siklus karbon. Sistem pertanian carbon farming berusaha untuk meningkatkan kapasitas sistem pertanian untuk menerima, menyimpan, dan melepaskan energi karbon melalui manajemen lahan yang baik.
Carbon farming berhasil jika kenaikan karbon akibat praktik konservasi dan perbaikan lahan melebihi kerugian karbon akibat emisi dan erosi.
Praktik pertanian ini juga akan memberikan manfaat lain bagi petani, seperti meningkatkan produktivitas tanaman, menghemat penggunaan pupuk dan pestisida, meningkatkan retensi air tanah, dan meningkatkan keanekaragaman hayati.
Manfaat Sistem Pertanian Carbon Farming
Dalam praktiknya carbon farming memiliki banyak manfaat, baik bagi petani maupun bagi lingkungan. Berikut adalah beberapa manfaat carbon farming:
Meningkatkan kesuburan tanah
Degradasi tanah yang terjadi beberapa dekade ini akibat praktik pertanian konvensional yang memakai pupuk kimia dan budidaya tanaman secara monokultur terus menerus menyebabkan kesuburan tanah menurun secara drastis.
Jadi mafaat pertama yang jelas dirasakan dari sistem pertanian carbon farming adalah dapat meningkatkan kandungan KOT, yang merupakan sumber nutrisi, mikroorganisme, dan struktur tanah. Dalam arti dapat menjadikan tanah subur lagi dengan bahan organik.
Tanah yang kaya KOT dapat menunjang pertumbuhan tanaman yang lebih baik, mengurangi kebutuhan pupuk, dan meningkatkan daya tahan terhadap hama dan penyakit.
Menyimpan air
Carbon farming dapat meningkatkan kapasitas tanah untuk menyerap dan menyimpan air. Hal ini dapat mengurangi kekeringan, banjir, dan pencemaran air permukaan. Tanah yang lembab juga dapat menurunkan suhu permukaan tanah dan mengurangi penguapan air.
Mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK)
Carbon farming dapat mengurangi emisi GRK dari pertanian dengan cara mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, pupuk sintetis, dan pembakaran biomassa.
Selain itu, carbon farming juga dapat menyerap CO2 dari atmosfer dan menyimpannya di dalam tanah dan biomassa.
Meningkatkan pendapatan petani
Secara sosial juga memiliki dampak kepada petani juga, bukan hanya kea lam. Dengan menerapkan sistem pertanian carbon farming, maka dapat meningkatkan pendapatan petani dengan cara meningkatkan hasil panen, menghemat biaya produksi, dan menciptakan nilai tambah.
Keperluan atau ketergantungan akan pupuk kimia yang semakin mahal juga akan berkurang atau bahkan tidak perlu sama sekali menggunakan pupuk kimia.
Contoh Pertanian Carbon Farming
Ada banyak praktik pertanian yang dapat dikategorikan sebagai carbon farming. Berikut adalah beberapa contoh praktik carbon farming:
Pengelolaan padang rumput
Pengelolaan padang rumput melibatkan rotasi hewan ternak, pengendalian gulma, penambahan pohon atau semak, dan peningkatan kualitas hijauan. Praktik ini dapat meningkatkan produktivitas padang rumput, mengurangi erosi tanah, dan menambah KOT.
Agroforestri
Lalu yang kedua bisa menerapkan sistem pertanian agroforestry. Sistem pertanian ini singkatnya adalah bertani dalam hutan, yakni menggabungkan tanaman pertanian dengan pohon ataupun semak.
Praktik ini dapat meningkatkan keanekaragaman hayati, mengurangi tekanan terhadap hutan, dan menambah KOT dan biomassa.
Pengolahan tanah konservasi
Pengolahan tanah konservasi melibatkan pengurangan atau penghapusan pengolahan tanah, penutupan tanah dengan sisa-sisa tanaman, dan rotasi tanaman.
Dengan praktik ini dapat mengurangi gangguan terhadap tanah, mengurangi emisi CO2 dari tanah, dan menambah KOT.
Kompos
Cara paling mudah yang bisa kamu terapkan dalam lahanmu adalah dengan penggunaan kompos. Kompos merupakan bahan organik yang telah mengalami proses dekomposisi aerobik.
Kompos dapat ditambahkan ke tanah untuk meningkatkan kandungan KOT, nutrisi, dan mikroorganisme. Kompos juga dapat mengurangi emisi metana dan dinitrogen oksida dari sampah organik.
Biochar
Terkahir yang bisa kamu lakukan untuk melakukan praktik carbon farming adalah dengan menggunakan biochar.
Biochar adalah arang yang dihasilkan dari pirolisis biomassa. Biochar dapat ditambahkan ke tanah untuk meningkatkan kandungan KOT, stabilitas, dan porositas.
Itulah dia ulasan mengenai sistem pertanian carbon farming. Carbon farming adalah cara efektif untuk mengatasi perubahan iklim dengan pertanian. Carbon farming dapat membantu mengurangi konsentrasi GRK di atmosfer dengan menyerap karbon ke dalam tanah dan biomassa.
Dengan menerapkan sistem pertanian carbon farming juga dapat memberikan manfaat lain bagi petani, seperti meningkatkan kesuburan tanah, menyimpan air, mengurangi emisi GRK, dan meningkatkan pendapatan petani.
Sistem pertanian ini adalah sistem pertanian masa depan yang berkelanjutan dan regeneratif. Artinya, ini bisa jadi solusi krisis iklim yang kian mendesak.