Sediksi.com – Selain warisan genetik, karakter, dan tingkah laku anak dipengaruhi oleh cara orang tua mendidik. Beberapa orang tua memilih pendekatan pengasuhan yang ketat, seperti tiger parenting, sementara yang lain lebih cenderung santai dan mendukung.
Pendekatan pengasuhan seperti tiger parenting sering menjadi bahan perdebatan karena bersifat otoriter. Metode ini umumnya diterapkan di beberapa negara di Asia, terutama di China.
Sebagai orang tua, kita harus paham harus menerapkan parenting yang mana untuk anak. Nah, artikel kali ini akan mengulas tentang tiger parenting dari segi definisi, ciri-ciri, hingga dampaknya.
Definisi Tiger Parenting
Tiger parenting adalah gaya pengasuhan orang tua yang menggambarkan pendekatan yang ketat dan otoriter dengan tujuan menghasilkan anak-anak yang sukses. Terkadang, pendekatan ini melibatkan larangan terhadap anak-anak untuk menginap, berpesta, atau terlibat dalam kegiatan santai lainnya, semuanya dengan harapan agar anak lebih fokus pada kegiatan belajar.
Ciri-Ciri Tiger Parenting
Istilah “tiger parenting” dikenalkan melalui karya buku Amy Chua berjudul “Battle Hymn of the Tiger Mother”. Dalam bukunya, Chua menggambarkan masa kecilnya yang diasuh oleh orang tua dengan pendekatan yang ketat, serta menceritakan upayanya menerapkan strategi pengasuhan ini pada kedua anak perempuannya.
Gaya pengasuhan ini menetapkan banyak peraturan dan memberikan kendali penuh kepada orang tua, menciptakan ketidakseimbangan kekuasaan yang menghambat terbentuknya komunikasi terbuka dan jujur antara orang tua dan anak. Rasa hormat dalam pola asuh ini bersifat satu arah, di mana tidak terdapat apresiasi untuk perilaku positif, melainkan selalu diiringi dengan hukuman untuk perilaku yang dianggap negatif.
Ketaatan yang Berlebihan
Orang tua cenderung fokus pada kerja keras dan mengorbankan keseimbangan kehidupan demi mencapai kesuksesan jangka panjang. Anak mungkin dilarang untuk menghadiri pesta ulang tahun, menginap di rumah teman, atau terlibat dalam acara menyenangkan lainnya yang dianggap dapat mengalihkan perhatian dari pencapaian akademis.
Harapan yang Tinggi
Orang tua dengan pola asuh tiger parenting memiliki harapan yang tinggi terhadap prestasi anak-anak mereka. Jika seorang anak gagal, mereka dapat mendapatkan teguran karena dianggap membawa malu bagi keluarga. Untuk memenuhi harapan tersebut, anak-anak menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan pekerjaan sekolah, belajar, berlatih, dan berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler untuk meningkatkan peluang mereka diterima di universitas bergengsi.
Pendekatan Berbasis Ketakutan
Orang tua yang menerapkan tiger parenting memegang posisi otoritas mutlak. Anak diharapkan untuk patuh dan menghormati mereka, tanpa membolehkan adanya tanggapan, penolakan, atau perbedaan pendapat. Jika anak tidak sejalan, mereka mungkin mendapat disiplin dalam bentuk ancaman emosional atau bahkan hukuman fisik, seperti membuang mainan favorit atau menahan makanan.
Keterbatasan Ruang untuk Anak
Orang tua memiliki kendali penuh terhadap kehidupan anak dan anak diasuh dengan keputusan yang diambil berdasarkan persetujuan orang tua. Tidak ada penekanan pada pengembangan diri atau pemikiran mandiri.
Orang tua yang menerapkan pola asuh ini cenderung kurang berkeinginan untuk memahami individualitas anak, termasuk kepribadian, pemikiran, perasaan, dan pandangan mereka sebagai individu yang unik. Orang tua mengharapkan bahwa impian mereka juga menjadi impian anak.
12 Dampak Tiger Parenting untuk Anak
Anak-anak yang dibesarkan dengan pendekatan tiger parenting mungkin tidak mengalami lingkungan pengasuhan yang penuh kasih dan tanpa syarat. Gaya pengasuhan ini dapat menimbulkan dampak berikut:
- Meningkatnya risiko gangguan kecemasan, rendahnya harga diri, dan gejala depresi.
- Kesulitan atau keterbatasan dalam beradaptasi dengan lingkungan sekitar.
- Kendala dalam mengambil keputusan secara mandiri.
- Kesulitan membentuk hubungan dekat dengan orang lain dan mengungkapkan diri.
- Ketakutan yang signifikan terkait dengan kekhawatiran mengecewakan orang tua.
- Peningkatan risiko perilaku melukai diri sendiri dan bahkan tindakan bunuh diri.
- Kesulitan mengelola diri karena kurangnya pembelajaran untuk menetapkan batasan pribadi.
- Beban tinggi dari harapan orang tua dapat menyebabkan anak merasa terbebani.
- Kekhawatiran akan konsekuensi hukuman membuat anak enggan melakukan kesalahan.
- Ketergantungan pada bimbingan orang tua menyebabkan anak cenderung bergantung pada orang lain.
- Dampak negatif pada perkembangan kognitif dan emosional anak dapat terjadi.
- Kreativitas dan pertumbuhan anak dapat terhambat karena mereka diarahkan untuk mematuhi aturan yang sangat ketat.
Itu tadi ulasan mengenai pola asuh tiger parenting dan konsekuensinya terhadap perkembangan anak, menunjukkan bahwa pendekatan semacam ini berpotensi memberikan dampak negatif pada anak.