Sediksi.com – Pada debat terakhir calon presiden (capres) yang berlangsung Minggu, (4/1) kemarin di Jakarta Convention Center (JCC), paslon nomor urut 03 Ganjar Pranowo sempat menyinggung istilah KMI. Apa Itu KMI?
KMI adalah Kredit Mahasiswa Indonesia yang sudah pernah diterapkan di perguruan tinggi Indonesia pada masa orde baru. Program itu disebut sebagai fasilitas student loan untuk membantu mahasiswa dalam memberikan pinjaman pendidikan di perguruan tinggi secara lebih terjangkau. Mahasiswa juga bisa melunasi pinjamannya setelah lulus dan bekerja.
Untuk lebih detail mengenal apa itu KMI dan bagaimana sejarahnya program tersebut pernah ada di Indonesia, Sediksi akan mengulasnya secara lengkap.
Apa Itu KMI?
“Saya ingin mengangkat kembali sebenarnya. Dulu era senior-senior saya, senior-senior kita saya kira, termasuk kakak saya sendiri. Dia punya KMI, kredit mahasiswa Indonesia. Dan kalau tidak salah kakak saya sampai hari ini ijazahnya tidak pernah diambil juga. Karena itu dia lulus menggunakan kredit yang sangat murah diberikan scheme oleh pemerintah,” ucap Ganjar.
Ganjar juga menjelaskan bahwa mahasiswa bisa melunasi bantuan biaya pendidikan ini sesudah lulus dan bekerja.
“Modanya seperti yarnen, bayarnya setelah panen. Panennya apa? Ketika dia sudah lulus. Maka liberalisasi yang mesti dihentikan ini menurut saya mesti juga diimbengkan dengan proporsionalitas kepada mana yang mampu dan mana yang kurang mampu. Yang kurang mampu mesti mendapatkan intervensi dari pemerintah,” lanjutnya menjelaskan sistem tersebut.
KMI diperkenalkan pada masa pemerintahan Soeharto tepatnya sejak awal tahun 1982. Skema bantuan ini dilakukan oleh Bank Indonesia sebagai bank sntral negara dengan bentuk kredit likuiditas bersubsidi ke Bank Negara Indonesia (BNI) 1946. Lalu, BNI punya peran dalam menyediakan pinjaman pendidikan ke mahasiswa.
Sejarah KMI di Indonesia
Latar belakang KMI muncul diinisiasi oleh pemerintah berangkat dari mahasiswa yang kala itu lulus 8-9 tahun lebih lama, padahal mereka seharusnya lulus 4-5 tahun saja. Molornya mahasiswa lulus ini karena sebelum menyelesaikan skripsi mereka biasanya mencari kerja lebih dahulu.
Para mahasiswa ini bekerja untuk membayar kuliah sembari tetap menyandang status mahasiswa mereka.
Berangkat dari fenomena tersebut, pemerintah mengeluarkan kebijakan berupa pinjaman mahasiswa bersubsidi, yang dananya diambil dari laba tak terduga karena harga minyak pada orde baru yang tinggi.
Bantuan itu digelontorkan kepada mahasiswa yang membutuhkan, agar mereka berhenti bekerja dan fokus untuk menyelesaikan tugas akhir sehingga bisa lulus tepat waktu atau setidaknya lulusnya tidak molor. KMI ini memang diperuntukan bagi mahasiswa yang berada ditahap akhir kuliah.
Barulah setelah tahun 1985, bantuan KMI juga diperuntukan bagi mahasiwa yang telah menyelesaikan 110-120 satuan kredit semester (SKS) dari total 140 hingga 160 SKS yang harus diselesaikan mahasiswa. Atau mahasiswa yang sudah menginjak tahun ke-4 perkuliahan bisa mengambil KMI ini.
Meski memang cukup membantu para mahasiswa yang kesulitan ekonomi, nyatanya KMI ditiadakan karena sejumlah alasan. Sejak program tersebut dilaksanakan, adanya perubahan kebijakan ekonomi dan pasar kerja.
KMI sendiri kala itu ternyata tidak cukup relevan bagi banyak mahasiswa. Selain itu, ternyata jumlah lulusan SMA yang sedikit dan pemerintah yang sedang berkembang membuat pemerintah menjadi perekrut utama lulusan pendidikan tinggi.
Di sektor kebutuhan tenaga kerja swasta terus meningkat, yang dicari adalah lulusan dengan spesialisasi di suatu bidang. Meski begitu, tingkat pengangguran lulusan SMA dan pendidikan tinggi justru semakin meningkat. KMI sendiri tidak mengantisipasi peningkatan pengangguran dengan baik.