Kisah Mao Zedong, Pemimpin Cina yang Konon Dekat dengan Soekarno

Kisah Mao Zedong, Pemimpin Cina yang Konon Dekat dengan Soekarno

Mao Zedong

DAFTAR ISI

Mao Zedong adalah tokoh yang paling populer dalam sejarah Cina modern, yang saat ini menjadi negara adidaya dunia. Sebagai pendiri Republik Rakyat Tiongkok (1949), ia juga dikenal dekat dengan Joseph Stalin. Uni Soviet kala itu bahkan memberikan dukungan total pada pasukan komunis yang dipimpin Mao.

Selain dengan Stalin, Mao Zedong dan Soekarno rupanya juga memiliki hubungan baik. Saat berkunjung ke Cina pada tanggal 14 Oktober 1956, di bandara dengan diiringi lagu Indonesia Raya, Mao menyambut langsung kedatangan presiden pertama Indonesia. Sambutan tersebut membuat Soekarno terharu karena merasa Indonesia yang baru saja merdeka telah diakui oleh negara-negara dunia.

Di mata dunia, Mao menuai pro kontra. Ia dianggap tokoh komunis yang telah membawa perubahan besar bagi Cina menjadi negara modern namun juga dianggap sebagai seorang diktator yang menjalankan kekuasaannya dengan kekerasan. Untuk mengenal lebih lanjut sosok ini, berikut sederet fakta tentang Mao Zedong.

Biografi Mao Zedong

Pada tanggal 26 Desember 1983, Mao Zedong lahir dari keluarga berkecukupan. Di tanah kelahirannya, Provinsi Hunan, ayahnya merupakan tuan tanah dan petani makmur. Ayah Mao mendapatkan kekayaan tersebut dengan kerja keras karena sebelumnya dia lahir di keluarga miskin. Hal ini membuat budaya keluarga Mao terbilang sederhana.

Di usia remaja, Mao sering berpindah-pindah sekolah. Dia sempat sekolah di kepolisian, hokum dan swasta. Namun, pendidikan-pendidikan tersebut tidak ia tuntaskan. Selanjutnya, hidupnya lebih lama lagi dijalani sebagai pengurus perpustakaan Li Dazhao, Universitas Peking.

Di perpustakaan ini kemudian bertemu dengan Dazhao yang pernah mendapu dirinya sebagai komunis pertama di Cina. Dazhao adalah pintu gerbang Mao membuka jaringan politik hingga menjadikannya sebagai tokoh sentral Partai Komunis Cina dengan panggilan akrab “Pak Ketua”.

Berpegang pada Marxisme

Mao kemudian mendirikan beberapa organisasi yang menyatukan para siswa dengan kelas pekerja. Akhirnya, pada tahun 1921, Mao menghadirkan Marxisme sebagai filosofi sentral Revolusi Tiongkok.

Kendati demikian, Mao lebih terkenal karena menggabungan Marxisme dengan Leninisme yang kemudian juga disebut Maoisme. Ajarannya telah melahirkan komunis gaya baru yang memiliki perbedaan pada subjek penggerak revolusi. Jika Marx yakin revolusi lahir dari kaum proletariat, Mao percaya bahwa sejatinya penggerak revolusi adalah kaum tani.

Topi Mao Zedong

Yang mencolok dari penampilan Mao adalah topi dengan lambing bintang merah. Topi Mao Zedong begitu populer. Sebuah klub basket di Cina pernah dijatuhi denda sebesar 1 juta yuan karena lima pemainnya kedapatan menggunakan topi serupa.

Di Indonesia, Dahlan Iskan semasa menjabat sebagai Dirut PLN pernah ketahuan mengenakan topi tersebut. Meski begitu, saat ditanyain wartawan perihal alasannya mengenakan topi Mao, dia hanya menjawab kalau topi tersebut souvenir biasa.

Seorang Feminis

Meski tidak banyak orang yang tahu tentang fakta Mao Zedong ini, ia sangat antusias dalam mendukung kesetaraan gender dan hak-hak perempuan. Hal ini lebih lanjut didukung oleh kutipan dari ketua Mao Zedong yang berbunyi, ‘Wanita memegang separuh langit!’.

Dia bekerja pada beberapa reformasi konstitusi yang akan lebih akomodatif bagi perempuan. Ini termasuk hak yang sama seperti hak untuk bersekolah, kesempatan kerja yang sama, dan harta warisan.

Hingga saat ini masih terdapat suku di Cina yang menganut matriarki. Suku Mosuo tinggal di Danau Lugu, kaki bukit Himalaya. Penduduk di sana sangat menghormati perempuan dan hampir di setiap rumah terdapat foto Mao Zedong sebagai bentuk penghormatan kepada pemimpin feminis tersebut.

Lompatan Jauh ke Depan

Dari tahun 1958 hingga 1962, Mao memimpin kampanye ‘Lompatan Jauh ke Depan’ dengan tujuan mengubah negara dari ekonomi berbasis pertanian ke lingkungan sosialis melalui industrialisasi yang cepat.

Perubahan termasuk pengenalan kolektivisasi pertanian, larangan pertanian swasta, pertumbuhan sesi perjuangan publik, dll. Sayangnya, rencana ini dianggap telah menyebabkan Kelaparan Besar Cina dan mengakibatkan kematian puluhan juta orang. Rencana tersebut juga mengalami kemunduran ekonomi, dan sejarawan menganggapnya sebagai ‘bencana yang mahal’.

Kematian Mao Zedong

Mao mempertahankan kekuasaannya sampai hari-hari terakhirnya, termasuk ketika dia lemah secara fisik. Dia akhirnya meninggal pada 9 September 1976. Peneyebab kematian Mao Zedong adalah serangan jantung.

Seumur hidup merokok berat dan rumor Penyakit Parkinson juga dianggap telah mempengaruhi kesehatannya. Ritual pemakamannya membawa hingga satu juta orang yang berbondong-bondong ke Lapangan Tiananmen untuk memberikan penghormatan. Tubuh Ketua Mao yang dibalsem secara terbuka ditampilkan di mausoleumnya bahkan sampai hari ini.

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel