Sediksi.com – Sebuah bukti arkeologi baru menegaskan catatan si sejarawan Yunani Herodotus, bagaimana cara brutal Prajurit Skithia menggunakan bagian tubuh musuh mereka yang sudah mati untuk perlengkapan perang.
Prajurit Skithia, sebuah Bangsa Skhithia atau skith jika merujuk pada tradisi Yahudi merupakan bangsa penghuni wilayah Ukraina Timur, Rusia Selatan, Georgia, Azerbaijan, Armenia dan Asia Tengah, yang merupakan pastoralis nomeden penunggang kuda.
Mereka mendominasi stepa Pontos-Kaspia, yang sekarang menjadi bagian dari daerah yang telah disebutkan di atas tadi, dari abad ke-8 SM hingga abad ke-2 M. Mereka memiliki reputasi sebagai pembunuh raksasa, karena mereka mampu melawan kekaisaran Asyur, Media, dan Persia yang memiliki wilayah lebih luas.
Mereka juga memiliki kebiasaan yang sangat mengejutkan dan menakutkan, yaitu menggunakan kulit manusia sebagai bahan untuk membuat peralatan (aksesori) perang mereka.
Inilah cara brutal Prajurit Skithia, selengkapnya akan dibahas dalam ulasan di bawah ini, simak sampai selesai.
Cara Brutal Prajurit Skithia dan Mengapa Mereka Menggunakan Kulit Manusia?

Bangsa Skithia ini, yang telah disinggung sedikit di atas tadi adalah berasal dari wilayah yang sekarang menjadi bagian dari Iran dan bergerak ke arah barat Asia Tengah ke wilayah Rusia selatan dan Ukraina pada abad ke 8-SM dan ke-7 SM.
Bang saini ditakuti dan dikagumi karena kehebatan dari mereka dalam perang dan keahlian berkudanya. Dalam catatan, mereka merupakan salah satu bangsa yang paling awal dalam menguasai seni berkuda, dan mobilitas mereka membuat bangsa sekitarnya tercengang.
Nah, selain hebat, ada cara brutal Prajurit Skithia yang melekat pada mereka, yakni menggunakan bagian tubuh musuh mereka yang sudah mati dalam perang, yakni kulit, untuk peralatan atau aksesori perang.
Dari catatan Herodorus, selama berabad-abad, para sejarawan berasumsi bahwa catatan tersebut terlalu berlebihan, hiperbolik.
“Seorang Skithian meminum darah orang pertama yang ia bunuh” tulis dari Herodotus. Selain itu pasukan mereka akan membawa kepala semua orang yang ia bunuh dalam pertempuran ke hadapan rajanya, karena saat ia membawa kepala tersebut, yang membawanya akan menerima bagian dari harta rampasan yang diambil.
Bukan hanya kepala, namun dari mereka juga banyak yang mengambil kulit, kuku, dan semuanya, dari tangan kanan musuh yang sudah mati, dan menjadikannya sebagai penutup panah mereka.
Itulah yang dianggap hiperbolik oleh para sejarawan, namun dari bukti arkeologi baru, menunjukkan bahwa setidaknya dalam hal ini Herodotus akurat.
Mengutip dari All that interesting, sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal PLOS ONE, yang meneliti 45 sampel kulit yang yang digali di 14 situs Skit yang berbeda di daerah Ukraina Selatan.
Dari situlah, untuk pertama kalinya, para peneliti menemukan bukti bahwa bangsa Skithia memang membuat aksesori kulit dari kulit manusia, seperti yang telah dikatakan Herodotus.
Tim peneliti, yang dipimpin Ørsted Brandt dari University of Copenhagen, Denmark, menemukan bahwa, walaupun sebagian besar sampel kulit yang mereka temukan berasal dari hewan peliharaan, setidaknya ada dua sampel yang berasal dari manusia.
Jadi kulit yang ditemukan dari penggalian di lokasi pemakaman tersebut berasal dari sapi, kuda, kambing dan domba, meskipun ada pula kulit yang terbuat dari hewan karnivora, yang diyakini oleh tim peneliti mungkin saja harimau, singa, musang, serigala, berang-berang atau hyena.
Salah satu sampel kulit manusia telah dicampur dengan kulit kambing, kuda dan kulit sapi yang tidak terindetifikasi.
Kesimpulan yang didapat adalah tampaknya tidak ada pola yang jelas ketika bangsa Skithia membuat busur panah mereka, jadi mereka hanya menggunakan kulit apa pun yang mereka miliki, baik itu kulit manusia maupun bukan.
Maka klaim Heodotus soal cara brutal Prajurit Skithia itu semakin terbukti dari adanya penemuan tadi, dan kemungkinan sifat haus darah bangsa Skithia adalah seperti itu.
Itulah dia ulasan mengenai cara brutal Prajurit Skithia dalam membuat perlengkapan perang mereka terutama busur panah, yang mana beberapa menggunakan kulit manusia dari musuhnya yang mati di medan perang.
Mereka adalah adalah bangsa kuno nomaden yang dikenal sebagai bangsa yang mahir berperang di atas kuda.
Alasan logis yang disimpulkan oleh para peneliti yang menemukannya adalah mereka menggunakan kulit manusia karena kemungkinan besar hanya karena memang itu bahan yang ada, dari kulit yang mereka miliki.