Sediksi.com – Pacaran seolah sudah jadi hal lumrah saat ini, dan kita sering kali terjebak dalam pertanyaan yang mungkin terdengar klise namun tetap memunculkan keraguan: dosa pacaran siapa yang menanggung?
Sebuah perbincangan serius mengenai moralitas dan etika dalam hubungan asmara seringkali membawa kita pada pertanyaan kompleks ini.
Sering kali, kita terlalu sibuk mencari jawaban yang pasti hingga melupakan esensi dari cinta itu sendiri. Mari kita telusuri bersama apakah ada jawaban pasti untuk pertanyaan ini.
Dalam artikel ini akan membahas lebih dalam tentang dosa pacaran siapa yang menanggung, untuk tau jawabannya simak ulasannya dengan lengkap di bawah ini.
Dosa Pacaran Siapa yang Menanggung?
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai dosa pacaran siapa yang menanggung ini, mari pahami lebih dahulu apa itu pacaran. Pacaran ini bisa diartikan sebagai hubungan percintaan antara kedua orang yang belum belum sampai ke tahap menikah, tapi intens menjalin hubungan.
Hubungan ini biasanya dilakukan dengan cara saling mengenal lebih dalam, pergi bersama, bekumpul secara teratur, merayakan sesuatu/kasih kado dan melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan seorang kekasih.
Nah, dari pengertian inilah kita akan menjawab pertanyaan dosa paracan siapa yang menanggung. Kita mulai dari perspektif agama dulu tentang hubungan yang satu ini.
Tentu setiap agama memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang pacaran ini. Di sini kita akan lebih fokus membahas dari perpestif atau pandangan tentang pacaran dari kacamata Islam.
Tentu saja seperti yang kita ketahui bersama, dalam Islam, hubungan pacaran dianggap sebagai Tindakan yang diharamkan karena adanya faktor yang memicu untuk tindakan zina.
Tentang zina ini, dilihat dari perspektif lain juga, etika atau moral, pacaran yang berujung pada kehamilan di luar nikah akan menimbulkan cap tidak mengenakkan dari kiri atau kanan orang sekitarnya.
Selain itu pula, bahayanya jika dilihat dari segi kesehatan adalah pacaran ini dengan hubungan yang aktif berhubungan intim bisa menyebabkan penyebaran penyakit menular seksual dan bisa merusak kesehatan mental maupun fisik.
Itu sebenarnya yang dilihat dari Islam kenapa melarang atau mengharamkan hubungan macam ini, karena akibatnya lah yang harus dihindari.
Jika merujuk dalam Alquran sendiri, surah Al Isra ayat 32, Allah SWT telah mengingatkan manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya, yang berbunyi “Dan janganlah kamu mendekati Zina, sesungguhnya zina adalah suatu perbuatan keji. Dan suatu jalan yang buruk.”
Oke, sudah jelas dari situ kan? Mari Kembali ke pertanyaan dosa pacaran siapa yang menanggung? Apakah orang tuanya, atau dia yang menjalaninya sendiri?
Untuk menjawabnya, mari kita simak jawabannya dari orang yang lebih faham tentang agama Islam, Buya Yahya. Dalam sebuah video di kanal Youtube Al Bahja TV, dengan tajuk “Dosa pacaran Orang Tua yang Menanggungnya, benarkah?” ia menjawab pertanyaan ini dilihat dari berbagai sisi.
Buya Yahya mengatakan, barang siapa saja yang dengan sadar memperbolehkan anaknya untuk berpacaran, apalagi sampai melakukan hubungan badan tanpa adanya ikatan pernikahan, maka orang tuanya akan dimintai tanggung jawab soal didikan kepada anaknya semasa ia hidup.
Namun, apabila orang tua tersebut sudah mengajarkan anaknya untuk tidak berbuat maksiat seperti apa yang telah dijelaskan di atas tadi, dan anaknya yang sudah dididik itu mengabaikannya, maka anak itulah yang akan menanggung dosanya sendiri.
“seorang anak jika bermaksiat, tidak akan dosanya kepada sang bapak kecuali karena bapak tidak mendidik. Kalau bapaknya tidak mendidik, baru dapat bagian karena anak protes, bapak saya tidak mendidi saya” Ujarnya kepada jamaah.
Lanjutnya “Tinggal pacarannya itu hasil didikan sang bapak atau tidak. Kalau hasil dari didikan sang bapak, maka dapat bagian itu bapak”
Sebagai kesimpulan dalam menghadapi pertanyaan kompleks tentang dosa pacaran siapa yang menanggung, penting untuk memahami dari setiap perspektif khususnya dalam pandangan agama.
Memang bahwa kedua belah pihak, pria dan wanita, memiliki peran dan tanggung jawab masing-masing dalam membentuk dinamika hubungan mereka.
Dijelaskan di atas bahwa jika hubungan pacaran itu adalah hasil dari didikan bapak, atau orang tuanya membiarkan sedangkan dalam agama dilarang, maka sang bapak akan mendapat bagian dosanya.
Namun jika sang bapak telah mendidik dan melarang pacaran sesuai ajaran agama yang telah dijelaskan di atas tadi, maka dosa akan ditanggung yang berbuat.
Sekian artikel yang menjawab pertanyaan dosa pacaran siapa yang menanggung ini, semoga dapat menjawab pertanyaanmu, dan menambah wawasanmu, terimakasih.