Sediksi.com – Everton secara resmi telah mengajukan banding terhadap sanksi pengurangan 10 poin yang dijatuhkan kepada mereka bulan lalu.
Everton telah dianggap bersalah melanggar aturan Financial Fair Play (FFP) Premier League yang terkait dengan aturan profitabilitas dan keberlanjutan (PSR).
Sanksi yang dijatuhkan oleh komisi independen ini membuat The Toffees yang sebelumnya cukup aman duduk di papan tengah klasemen harus terlempar ke urutan 19 atau zona degradasi.
Everton sendiri sebelumnya dianggap telah mengalami total kerugian yang melewati ambang batas yang ditentukan liga. Klub ini sudah masuk dalam investigasi komisi independen pada Maret lalu.
Mereka kemudian dinyatakan bersalah atas kerugian sebesar 124,5 juta Pounds yang mereka alami selama periode pelaporan keuangan 3 tahun, yang mana berakhir pada musim 2021/22. Aturan PSR Premier League sendiri hanya memperbolehkan total kerugian maksimal sebesar 105 juta Pounds.
Meskipun angka tersebut menunjukkan bahwa Everton telah melebihi ambang batas sebesar 19,5 juta Pounds, namun jumlah ambang batas yang diakui pihak klub sendiri hanya sebesar 7,9 juta Pounds.
Klub berargumen bahwa terdapat faktor-faktor yang bersifat meringankan seperti, kerugian akibat pandemi COVID-19, besarnya biaya pembangunan stadion baru, serta perang Rusia-Ukraina yang berdampak pada hilangnya sponsorship menguntungkan dari perusahaan USM milik pengusaha Rusian, Alisher Usmanov.
Namun, komisi independen tidak sepakat dan menolak klaim-klaim meringankan yang diajukan oleh Everton tersebut.
Baca Juga: Everton Dihukum Pengurangan 10 Poin akibat Langgar Aturan FFP Premier League, Berikut 5 Faktanya!
Everton Merasa Sanksi Tidak Adil
Terkait pengajuan banding ini, pihak Everton mengatakan pada Jumat (1/12/2023):
“Everton Football Club hari ini telah mengajukan banding kepada Ketua Panel Yudisial Premier League atas keputusan Komisi Premier League yang mengenakan pengurangan 10 poin pada klub. Dewan Banding sekarang akan ditunjuk untuk mendengarkan kasus ini.”
Langkah ini memang sebelumnya sudah disampaikan akan diambil oleh klub asal kota Liverpool tersebut. Hal ini dapat dilihat dari respons klub saat sanksi pengurangan 10 poin dijatuhkan, di mana mereka menyebutnya sebagai “sama sekali tidak proporsional serta tidak adil.”
Klub memang mengakui bahwa mereka telah melanggar aturan FFP, namun sanksi pengurangan poin yang disebut-sebut sebagai yang terbesar di sepanjang sejarah Premier League tersebut dirasa tidak adil oleh Everton.
Para pemain, pelatih, dan fans klub pun juga merasa demikian. “Kami beserta sebagian besar orang-orang di dunia sepak bola terkejut atas kejamnya sanksi ini, dan merasa bahwa hal tersebut tidak proporsional,” ungkap pelatih Everton, Sean Dyche, dilansir dari The Athletic.
Pada laga melawan Manchester United di Goodison Park, Minggu (26/11/2023) kemarin, ribuan fans Everton terlihat membentangkan brosur dengan logo Premier League yang disertai tulisan ‘corrupt’ di bawahnya.
Sementara sebuah pesawat yang membawa spanduk dengan pesan yang sama juga sebelumnya terlihat terbentang di atas stadion Etihad, markas Manchester City, pada laga menghadapi Liverpool, Sabtu (25/11/2023).
Apa Pembelaan yang Kira-Kira dapat Diajukan Everton?
Analisis dari The Athletic menyebutkan bahwa banding yang dilakukan Everton nampaknya akan lebih berfokus pada faktor-faktor yang dapat meringankan pelanggaran serta isu disproporsionalitas.
Pasalnya, klub telah mengakui bahwa mereka telah melanggar aturan FFP terkait ambang batas kerugian, terlepas dari perbedaan jumlah yang diakui oleh masing-masing pihak. Sehingga, faktor ini akan sangat menyulitkan The Toffees untuk dibebaskan sepenuhnya dari sanksi.
Everton juga bisa membandingkan kasusnya dengan contoh sanksi yang menimpa klub-klub lainnya sebagai bahan pembelaan. Akan tetapi, kasus pelanggaran aturan PSR Premier League inia merupakan yang pertama, sehingga tidak preseden langsung dari hal ini.
Kasus pengurangan 9 poin yang dialami Portsmouth pada 2010 akibat pailit (enter administration) bisa dijadikan bahan pembelaan.
Selain itu, kasus yang dialami tetangga mereka, Liverpool, pada 2013 juga layak untuk dipertimbangkan. The Reds saat itu menjadi subjek investigasi UEFA terkait potensi pelanggaran aturan FFP.
Liverpool ditemukan mengalami kerugiaan yang melebih batas maksimum UEFA, sebesar 35,4 juta Pounds, di antara 2011-2013. Namun, klub saat itu berhasil menghapuskan sebagian besar laporan kerugian mereka sebagai bagian dari biaya pengeluaran untuk stadion yang diperbolehkan secara aturan.
Suporter Perlu Lebih Dilibatkan
Dikutip dari The Guardian, Dewan Penasihat Penggemar Everton (FAB) telah menulis surat kepada chair Premier League, Alison Brittain, yang meminta agar pandangan para suporter juga ikut dipertimbangkan dalam proses banding.
FAB juga lantas mengkritik liga karena kurang mempertimbangkan dampak sanksi pengurangan poin terhadap suporter dan menuduh Premier League telah melanggar komitmen yang mereka buat saat meluncurkan “standar keterlibatan penggemar” pada Maret.
Pihak Premier League diketahui telah menerima surat tersebut tapi belum memberi tanggapan.
“Premier League menyatakan bahwa ‘sangat penting untuk memastikan bahwa suara suporter tidak hanya didengar di tribun, namun juga ketika berbicara mengenai masalah-masalah penting yang berkaitan dengan klub mereka.’
“Dalam konteks inilah kami ingin menyampaikan keprihatinan kami. Bahwa selama proses yang akhirnya mengarah pada sanksi tidak proporsional yang dikenakan pada Everton Football Club atau, dalam mempertimbangkan dan membuat rekomendasi mengenai potensi sanksi yang harus diterapkan terhadap pelanggaran tersebut, Premier League sama sekali belum mempertimbangkan (setidaknya menurut kami) pandangan para pendukung,” ucap chair FAB, Dave Kelly, dikutip dari The Guardian.