Kontroversi Kemunculan Ganjar Pranowo di Tayangan Azan Magrib TV

Kontroversi Kemunculan Ganjar Pranowo di Tayangan Azan Magrib TV

Ganjar Pranowo muncul di tayangan video azan TV swasta

DAFTAR ISI

Sediksi.com – Kemunculan bacapres Ganjar Pranowo di video azan magrib yang tayang pada TV swasta milik Hary Tanoesoedibjo baru-baru ini menuai kontroversi.

Pada video itu, Ganjar terlihat mengenakan pakaian baju koko putih lengan panjang  dengan sarung batik dan peci.

Dalam video adzan magrib yang berdurasi sekitar 3 menit tayang di RCTI itu, menampilkan Ganjar yang baru saja datang di masjid sedang menyambut dan bersalaman dengan jamaah lain.

Adapula Ganjar juga terlihat sedang berwudhu hingga melakukan sholat berjamaah.

Stasiun TV yang menayangkan Ganjar pada video azan tersebut diketahui memang milik Hary Tanoesoedibjo.

Ia sendiri pendiri dan pemilik dari perusahaan MNC Group, untuk televisi anak usahanya ada MNC Televisi Indonesia (MNC TV), Global Informasi Bermutu (GTV), MNC Televisi Network (iNews), IDX Channel, termasuk RCTI.

Dalam dunia politik, Hary juga merupakan Ketua Umum Partai Persatuan Indonesia (Perindo), parpol yang memang berkoalisi dengan PDIP

Atas kemunculan Ganjar di video azan tersebut, benarkah tidak memuat unsur politik? Sejumlah pihak pun mulai buka suara.

Kontroversi Kemunculan Ganjar di Video Azan Magrib

Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto menanggapi kemunculan Ganjar pada tayangan azan magrib itu.

Ia menampik jika video itu disebut sebagai bentuk politik identitas. Menurutnya, jikalau politik identitas itu tidak mencerdaskan kehidupan bangsa.

Sementara, baginya yang ditunjukkan Ganjar itu menampilkan sisi religiusitas.

Pernyataan dari partai politik (parpol) yang mengusung Ganjar itu, jelas berbeda dengan Politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Ade Armando yang menyebut kemunculan Ganjar merupakan bentuk kampanye terang-terangan.

Ade sebenarnya tak masalah kalau Ganjar digambarkan sebagai sosok yang religius tetapi, menurutnya dalam video azan ada aturan spesifik yang tidak memperbolehkan adanya iklan.

Kontroversi kemunculan Ganjar itu, juga disoroti oleh Direktur Democracy and Electoral Empowerment Partnership (DEEP) Indonesia Neni Nur Hayati.

Mengutip dari Kompas, Neni menilai bahwa apa yang dilakukan Ganjar merupakan sosialisasi politik primitif yang tampak dibuat-buat hanya demi mendapatkan simpati publik.

Baginya, perilaku pemilik stasiun TV yang terlibat dalam parpol seharusnya juga tidak berlebihan dalam menggunakan hak pengelolaan saluran televisi yang diberikan pemerintah hanya untuk menguntungkan golongan tertentu saja.

KPI Minta Klarifikasi, Bawaslu Sedang Mengkaji

Dalam Undang-Undang Penyiaran, ada aturan yang menyatakan bahwa setiap tayangan siaran harus dijaga penuh netralitasnya.

Pada aturan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) juga telah menyebutkan tidak boleh ada iklan termasuk iklan politik dalam siaran azan.

Lantas, bagaimana tanggapan KPI?

Komisioner bidang Pengawasan Isi Siaran KPI, Aliyah mengatakan sedang melakukan pengkajian dan meminta klarifikasi lembaga penyiaran yang menayangkan kemunculan Ganjar pada video azan tersebut.

“Kami tengah lakukan kajian terhadap hal tersebut dan kami minta segera klarifikasi Lembaga Penyiaran yang menayangkan,” ungkapnya yang melansir dari detikcom pada Senin, (11/9).

Aliyah pun belum bisa berbicara banyak mengenai kontroversi kemunculan Ganjar pada video azan tersebut mengenai bentuk pelanggarannya.

Ia menekankan bahwa potensi pelanggaran itu masih dalam bentuk kajian.

Demikian juga dengan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) yang tengah menelusuri kasus tersebut.

“Yang jelas televisi itu menggunakan frekuensi publik, dan belum saatnya berkampanye,” ujar Anggota Bawaslu RI, Puadi pada Senin, (11/9) melalui pesan singkat WhatsApp yang dibagikannya kepada KBR.

Publik sebenarnya tak salah jika menilai kemunculan Ganjar pada tayangan video azan magrib di stasiun TV itu sebagai bentuk kampanye. Mengingat posisi Ganjar yang saat ini menjadi bacapres dari PDIP.

Sementara, bawaslu sudah menetapkan kampanye pilpres dilaksanakan pada 28 November 2023 hingga 10 Februari 2024 mendatang.

Tanggapan Netral MUI

Pernyataan berbeda justru datang dari Wakil Ketua Umum Majelis Indonesia (MUI) Pusat, Anwar Abbas yang merasa kemunculan bacapres dari PDIP itu sangat bagus.

Menurutnya pribadi, tayangan azan yang menampilkan Ganjar itu bukanlah bermasalah tetapi, justru bagus karena memuat unsur dakwah yakni mengajak orang untuk sholat atau berbuat baik.

“Apalagi yang tampil itu adalah seorang tokoh yang merupakan bakal calon presiden,” kata Anwar dalam keterangannya, Minggu (10/9).

Anwar yang merasa nilai dan dampak tayangan itu akan sangat besar pada kehidupan umat islam, bahkan menyarankkan bacapres lain untuk melakukan hal yang sama seperti Ganjar.

Anwar juga tak menampik bahwa kemunculan Ganjar pada video itu akan memunculkan kegaduhan di masyarakat karena menimbulkan pro dan kontra.

Oleh karena itu, Anwar yang bersikap netral menyarankan apabila tayangan itu memang berpotensi menimbulkan kegaduhan di masyarakat untuk sebaiknya ditinggalkan saja.

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel