Sediksi.com – Beberapa pihak menilai bahwa sepak bola harus diajuhkan dari segala hal yang berbau politik. Tapi, tidak sedikit juga yang menolak pendapat ini. Salah satunya yang terkenal ialah kelompok Green Brigade.
Salah satu kelompok ultras Celtic FC ini dikenal karena dukungan mereka yang penuh semangat terhadap klub serta suara lantang mereka terhadap berbagai isu sosial dan politik.
Yang terakhir ini tak jarang menimbulkan kontroversi, membuat Green Brigade sering terlibat konflik dengan otoritas klub serta otoritas tertinggi badan sepak bola Eropa.
Artikel berikut akan mengulas terkait pembentukan, aktivitas, dan dampak yang dibawa oleh kelompok suporter cum aktivis ini.
Pembentukan Green Brigade
Green Brigade dibentuk pada tahun 2006 oleh sekelompok penggemar muda Celtic yang ingin menciptakan suasana yang lebih hidup dan bersemangat di Celtic Park, markas dari klub asal Glasgow ini. Mereka terinspirasi dari budaya ultras yang berasal dari Italia dan menyebar ke seluruh Eropa dan benua lainnya.
Ultras sendiri adalah kelompok pendukung fanatik terorganisir yang menggunakan berbagai cara, seperti nyanyian, spanduk, bendera, suar, dan kembang api, untuk mengekspresikan pengabdian serta identitas mereka sebagai penggemar.
Green Brigade memilih untuk menempati bagian tribun utara Celtic Park, di mana mereka dapat menampilkan tifos (pertunjukan koreografi berskala besar) dan menyanyikan lagu-lagu mereka.
Nama mereka sendiri dipilih untuk mencerminkan warisan Irlandia dan identitas Celtic, yang didirikan pada tahun 1887 oleh imigran Irlandia di Glasgow.
‘Green’ merupakan lambang asosiasi klub dengan agama Katolik, berbeda dengan Protestantisme musuh bebuyutan mereka, Rangers FC. Sementara ‘brigade’ menyiratkan rasa militansi dan perlawanan, yang mencerminkan sikap politik kelompok tersebut.
Aksi-Aksi Green Brigade
Green Brigade bukan sekadar kumpulan suporter sepak bola yang hanya datang ke stadion untuk mendukung timnya.
Mereka juga merupakan sekelompok aktivis yang menggunakan sepak bola sebagai wadah untuk menyuarakan pendapat dan tujuan mereka terhadap berbagai isu politik dan sosial.
Kelompok garis keras satu ini dikenal karena pendirian politiknya yang kuat, yang tercermin dari dukungan mereka terhadap isu-isu seperti republikanisme Irlandia, solidaritas Palestina, dan anti-fasisme. Berikut beberapa aksi terkenal yang pernah dilakukan oleh Green Brigade:
Solidaritas Palestina
Green Brigade memiliki sejarah panjang dalam mendukung rakyat Palestina dan perjuangan mereka melawan pendudukan dan penindasan Israel. Mereka sudah beberapa kali mengibarkan bendera dan spanduk Palestina di pertandingan. Salah satu yang ikonik ialah saat melawan klub Israel atau klub yang disponsori oleh perusahaan Israel.
Di luar stadion, mereka melakukan aksi penggalangan dana untuk organisasi independen yang bekerja di wilayah Palestina. Green Brigade juga sempat mengunjungi Tepi Barat dalam beberapa kesempatan dan membantu pembentukan akademi sepak bola yang berbasis di kamp pengungsi Palestina, Aida Celtic.
Kelompok ini menilai bahwa dukungan mereka terhadap Palestina sebagai bagian dari etos Celtic dalam membantu kaum yang tertindas dan teraniaya.
Anti-Fasisme
Kelompok ultras satu ini sangat menentang segala bentuk fasisme, rasisme, atau diskriminasi, baik dalam sepak bola ataupun masyarakat secara umum. Mereka pernah terlibat bentrok dengan kelompok sayap kanan dan pendukung neo-Nazi dari klub lain, seperti ultras Lazio dan Zenit St Petersburg.
Mereka juga mengecam kebangkitan populisme sayap kanan dan ultra-nasionalisme di Eropa dan negara-negara lain. Kelompok ini percaya bahwa sepak bola harus menjadi kekuatan pemersatu dan keberagaman, bukan sebagai sumber perpecahan dan kebencian.
Baca Juga: Profil Jenderal Franco: Diktator Spanyol yang Jadi Bahan Saling Sindir Barcelona dan Real Madrid
Pro-IRA
Kelompok ini pernah menunjukkan dukungannya terhadap gerakan perjuangan kemerdekaan Irlandia, The Irish Republican Army (IRA).
Mereka mendukung IRA karena percaya bahwa dukungan ini mengikuti sejarah dan nilai-nilai Celtic sebagai sebuah klub yang didirikan oleh imigran Irlandia yang menghadapi penindasan dan kelaparan. Mereka juga melihat IRA sebagai simbol perlawanan terhadap imperialisme dan kolonialisme Inggris.
Anti-Monarki
Green Brigade dikenal karena sikap anti-monarkinya. Setelah kematian Ratu Elizabeth II tahun lalu, terpampang sebuah spanduk di bagian tribun Green Brigade yang bertuliskan: “Fuck the crown.”
Selain itu, mereka juga pernah melakukan protes terhadap keputusan Celtic menggunakan lambang bunga poppy di jersey mereka. Hal ini sendiri dilakukan sebagai bentuk penghargaan kepada tentara Inggris yang gugur di Perang Dunia I.
Akan tetapi, bagi kelompok ultras ini, bunga poppy merupakan simbol pertumpahan darah yang disebabkan oleh Angkatan Bersenjata Inggris di tempat-tempat seperti Irlandia, Irak, dan Afghanistan.
Fans Melawan Kriminalisasi
Kelompok ini pernah melakukan serangkaian aksi protes terhadap Undang-Undang Perilaku Ofensif di Sepak Bola dan Komunikasi yang Mengancam (Skotlandia) tahun 2012.
Secara garis besar, UU tersebut mengkriminalisasi perilaku ofensif dan sektarian yang terkait dengan sepak bola, seperti chants, nyanyian, atau pembentangan spanduk.
Dampak dari Aktivisme Mereka
Aktivisme yang dilakukan Green Brigade sedikit banyak telah membantu meningkatkan kesadaran terkait berbagai isu sosial dan politik yang terjadi. Aksi-aksi langsung seperti penggalangan dana untuk tujuan kemanusiaan dan lain-lain juga memberi dampak positif.
Meskipun demikian, apa yang mereka lakukan ini tak jarang membawa efek yang tidak diinginkan. Mereka dituduh terlalu politis, provokatif, dan mengganggu oleh dewan klub Celtic, Asosiasi Sepak Bola Skotlandia (Scottish FA), UEFA, dan bahkan beberapa penggemar Celtic sendiri.
Pendukung garis keras Celtic ini telah mendapat denda, ban, serta skorsing menghadiri pertandingan atau menampilkan materi-materi kampanye mereka di beberapa kesempatan.
UEFA sendiri sudah berulang kali menjatuhkan denda uang kepada Celtic akibat kampanye-kampanye bermuatan politis yang ditampilkan Green Brigade.
Sementara pihak klub sendiri telah mengeluarkan penyataan yang mengecam hadirnya pesan-pesan atau spanduk-spanduk yang membawa pesan politik pada setiap laga The Bhoys.
Akan tetapi, kecaman serta intimidasi yang diarahkan kepada kelompok ini nyatanya tidak menghentikan langkah dan semangat mereka untuk terus bersuara. Contohnya bisa dilihat pada laga Liga Champions di hari Kamis (26/10/2023) antara Celtic menghadapi Atletico Madrid.
Meskipun pihak klub telah mewanti-wanti para fans agar tidak membawa bendera atau atribut apapun yang berbau konflik Palestina-Israel ke dalam stadion, Green Brigade sama sekali tidak bergeming dan masih menunjukkan solidaritas mereka terhadapa Palestina pada laga yang berkesudahan dengan skor imbang 2-2 tersebut.