Sediksi – Di tengah harga beras yang mahal dan disalurkannya beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dari pemerintah, santer dikabarkan beredar beras sintetis di masyarakat.
Desi, seorang warga di Bukittinggi, Sumatera Barat mengaku sakit setelah mengonsumsi nasi yang diduga berasal dari beras sintetis.
Ia mengaku membeli beras tersebut di pasar dengan harga Rp 5.000 per kilogram.
“Berasnya aneh, berbeda dengan biasanya. Terlalu putih, cepat mengeras dan basi, juga berderai,” ujar Desi dikutip dari Antara, Senin, 9 Oktober 2023.
Berdasarkan laporan tersebut, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, Pemerintah Kota Bukittinggi, dan pihak Kepolisian setempat langsung melakukan penyelidikan.
“Kami sudah melihat secara fisik, tapi belum bisa memastikan itu beras sintetis atau bukan,” ujar Kepala Dinas Pangan Provinsi Sumatera Barat Syahrul Bahri.
Syahrul mengatakan sampel beras yang sudah diperoleh dari warga akan diuji laboratorium untuk mengetahui apakah beras tersebut adalah beras sintetis yang mengandung plastik atau bukan.
Beredar video beras Bulog telah dicampur plastik
Sementara itu, di media sosial muncul video yang mengatakan jika beras SPHP yang diproduksi Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) telah dicampur plastik.
Dalam rekaman video seorang warga mengepalkan nasi yang menurutnya berasal dari beras sintetis.
Warga itu kemudian melemparkan kepalan nasi tersebut ke lantai dan menunjukkan jika nasi tersebut memantul seperti bola.
Sedangkan kepalan nasi yang lainnya setelah dilempar justru menempel ke lantai, layaknya nasi pada umumnya.
Menurut warga dalam rekaman video, nasi yang diduga berasal dari beras sintetis tersebut merupakan beras SPHP.
Respon Bulog tentang adanya beras plastik
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menyebut beras SPHP yang dicampur plastik adalah hoaks.
Ia memastikan beras SPHP bukanlah beras sintetis ataupun beras plastik seperti kabar yang disebarkan pihak-pihak tertentu di media sosial.
“Kami juga bekerjasama dengan Satgas Pangan dari Kepolisian untuk meminta pengawasan dan penindakan terhadap pihak-pihak yang terbukti menyebarkan berita bohong mengenai beras sintetis ini, agar pelaku segera ditangkap sehingga tidak membuat gaduh situasi saat ini,” ujar Budi Waseso yang akrab dipanggil Buwas pada Jumat, 13 Oktober 2023.
Untuk memberikan efek jera kepada oknum yang menyebarkan hoaks, Buwas meminta tindakan tegas dari Satgas Pangan dengan menangkap oknum yang menyebarkan informasi palsu lalu memproses secara hukum, bukan sekedar meminta maaf ke publik.
Selain itu, Buwas meminta masyarakat agar tidak mudah percaya serta tidak terprovokasi dengan kabar yang menyebutkan beras SPHP merupakan beras sintetis.
“Beras yang ada di gudang-gudang Bulog sudah dipastikan sangat aman,” tegas Buwas.
Buwas menyampaikan jika isu beras plastik sungguh tidak logis sebab harga plastik jauh lebih mahal dibandingkan beras.
“Beras dengan plastik itu lebih mahal plastik. Jadi nggak masuk akal. Bodoh aja orang kalau menyusupi beras dengan plastik. Jadi pemikiran yang salah kalau plastik dibikin beras nilainya akan tinggi,” kata Buwas.
Menurut pengalamannya saat masih di Kepolisian, beras sintetis yang diributkan masyarakat bukanlah beras yang terbuat dari plastik, melainkan beras yang terbuat dari singkong.
“Ada dulu isu beras plastik saat saya menjadi Kabareskim. Dari hasil pemeriksaan, penyelidikan kita, ternyata itu bukan beras plastik. Itu beras yang dibuat dari singkong. Diproses dulu menjadi mie, baru diproses jadi beras. Makanya mengilap. Tapi bukan dari beras asli,” papar Buwas.
Tanggapan Badan Karantina Indonesia (BKI)
Terkait ramainya isu beras sintetis, Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati BKI M. Adnan menyampaikan bahwa beras SPHP Bulog telah melalui prosedur pemeriksaan yang bertahap.
“Semua kapal impor yang tiba, termasuk impor beras harus diperiksa dulu oleh BKI. Setelah dinyatakan aman baru bisa dibongkar,” kata Adnan.
Untuk menjaga standar mutu pangan, beras SPHP dari Bulog sudah melalui pemeriksaan administrasi, pemeriksaan kesehatan, dan pemeriksaan keamanan pangan.
Sejauh ini diketahui jika beras SPHP dari Bulog merupakan beras hasil impor dari beberapa negara dan juga sebagian hasil panen dalam negeri yang kemudian menjadi cadangan beras nasional.
Tanggapan Badan Pangan Nasional (Bapanas)
Bapanas ikut mengawal perkembangan investigasi beras sintetis di Sumatera Barat.
“Jadi kasus ini tidak bisa digeneralisir. Jika memang penyebabnya dari beras yang diduga sintetis tersebut tentunya ini akan ada lebih banyak orang yang terkena dampaknya. Saat ini kita fokus ke kasus keracunan tersebut,” ujar Deputi Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Bapanas Andriko Noto Susanto pada Rabu, 11 Oktober 2023 dikutip dari CNBC.
Menurut Andriko, pemerintah telah melakukan pengawasan keamanan mutu pangan sebelum masuk ke pasar maupun setelah masuk ke pasar, termasuk dalam kasus beras SPHP. Uji keamanan pangan tersebut meliputi uji aman dari residu pestisida, logam berat, mikotoksin, dan cemaran mikrobiologi.