Sediksi.com – Arsenal dikabarkan telah mencapai kesepakatan dengan Chelsea terkait kepindahan Kai Havertz ke Emirates Stadium pada bursa tranfer ini. Dilansir dari The Athletic, harga transfer pemain timnas Jerman ini berada di kisaran 65 juta Pound, dengan rincian 62 juta + 3 juta dalam bentuk add-ons.
Potensi bergabungnya Havertz ke Arsenal sudah cukup ramai diberitakan dalam beberapa hari terakhir. Dikutip dari Fabrizio Romano, Havertz sebelumnya sudah menunjukkan minatnya untuk bergabung bersama The Gunners. Chelsea sendiri awalnya mematok harga 75 juta Pound untuk pemain berumur 24 tahun ini.
Setelah negosiasi terkait struktur kesepakatan, termasuk di dalamnya kemungkinan pembayaran secara bertahap serta rincian add-ons, harga yang disepakati akhirnya tercapai di antara dua klub London ini.
Kontrak personal pemain serta tes medis dikabarkan akan segera menyusul.
Kai Havertz sendiri memang menjadi salah satu buruan utama Arsenal pada jendela transfer ini, di mana pelatih Mikel Arteta sendiri merupakan pengagum berat pemain satu ini.
Setelah mendapatkan Havertz, The Gunners kemungkinan akan melanjutkan perburuan terhadap 2 target mereka selanjutnya, yaitu Declan Rice dan Jurrien Timber. Setelah musim 2022/23 yang cukup menyakitkan, kedalaman skuad memang menjadi salah satu PR utama klub ini.
Arsenal musim lalu harus puas ‘hanya’ finis sebagai runner-up setelah menghabiskan sebagian besar musim kompetisi di puncak klasemen.
Tak Cuma Kai Havertz, Chelsea Obral Pemain
Sementara bagi Chelsea sendiri, kepindahan Havertz ini menjadi kelanjutan dari upaya mereka untuk merampingkan skuad sebelum memulai musim selanjutnya. Setelah N’Golo Kante resmi bergabung dengan Al-Ittihad, The Blues hampir pasti akan segera melepas 3 pemain lagi, yaitu Hakim Ziyech, Edouard Mendy, dan Kalidou Koulibaly, ke liga Arab Saudi.
Selain itu, ada nama gelandang asal Kroasia Mateo Kovacic yang dikabarkan telah mencapai kesepakatan untuk bergabung dengan juara bertahan Premier League, Manchester City.
Kai Havertz sendiri didatangkan Chelsea dari Bayer Leverkusen 3 tahun lalu dengan harga cukup fantastis, 80 juta Euro. Selama berseragam The Blues, ia telah mencetak 32 gol dan 15 assis dari total 139 laga.
Kontribusi Havertz paling dikenang ialah golnya di final Liga Champions 2020/2021 ke gawang Manchester City. Gol itu mengantar Chelsea juara Liga Champions untuk kali kedua.
Banyak yang menilai bahwa performa Havertz bersama Chelsea kurang memuaskan, apalagi jika melihat besaran biaya yang dikeluarkan untuk memboyong sang pemain ke Stamford Bridge. Meskipun demikian, keputusan Arsenal yang berani membayar 65 juta Pound demi mendatangkan Havertz tentu saja bukan tanpa alasan.
Mampukah Arsenal Memaksimalkan Potensi Kai Havertz?
Kedatangan Kai Havertz ke Emirates musim depan berpotensi memberi suntikan signifikan bagi lini depan The Gunners. Meskipun pemain ini sering dianggap sebagai flop Chelsea, kemampuannya tetap tidak dapat dianggap sebelah mata.
Menurut analisis The Athletic, Havertz saat ini masih tetap merupakan pemain berteknik tinggi, dengan insting luar biasa dalam mencari ruang kosong untuk menerima umpan.
Akun Opta Joe, menyebut pemain kelahiran Aachen ini sebagai seorang invader, di mana ia mencatatkan jumlah pergerakan tanpa bola ke dalam kotak penalti lawan terbanyak kedua (334)—di bawah Erling Haaland (349)—di Premier League musim lalu.
Selain itu, kemampuan pressing yang ia miliki disebut-sebut sebagai salah satu senjata utamanya.
Saat masih membela Leverkusen, Havertz lebih dikenal sebagai pemain menyerang yang menempati posisi nomor 10, atau bermain di belakang striker. Sehingga tidak mengherankan jika performa terbaiknya, terutama saat berada di bawah asuhan Thomas Tuchel, lebih sering terlihat saat bermain di posisi andalannya tersebut.
Namun, semenjak menurunnya performa dua penyerang Chelsea saat itu, Timo Werner dan Romelu Lukaku, Havertz akhirnya lebih sering ditempatkan di posisi nomor 9.
Dari sini, performanya kemudian mengalami penurunan, di mana laporan statistik dari The Athletic memperlihatkan terjadinya penurunan signifikan dari sisi expected goals/xG Havertz (-4,6) yang ikut berdampak pada tingkat kepercayaan diri sang pemain di depan gawang lawan.
Pada musim 2022/23, Kai Havertz hanya mencatatkan 9 gol dan 1 assis dari total 47 pertandingan, di mana situs Football Critic memperlihatkan bahwa Havertz bermain sebagai penyerang utama sebanyak 38 kali dalam 50 pertandingan terakhirnya.
Alasan Havertz sangat sering ditempatkan di posisi tersebut tidak dapat dilepaskan dari krisis pemain nomor 9 yang dialami Chelsea dalam beberapa musim terakhir.
Meskipun Havertz agaknya lebih cocok bermain sebagai nomor 10, bukan berarti ia sama sekali tidak bisa dipasang sebagai penyerang utama. Pemain ini sebenarnya juga memiliki atribut seorang striker. Tuchel sendiri menyebut Kai Havertz sebagai pemain hybrid di antara nomor 9 dan 10.
Bersama Arsenal, yang memiliki sosok Gabriel Jesus di posisi nomor 9, kemampuan Kai Havertz mungkin dapat kembali dimaksimalkan.
Ia dapat bermain di posisi gelandang serang bersama Martin Odegaard dalam skema menyerang 3-2-4-1, yang sering diterapkan ‘guru’ Arteta, Pep Guardiola, di Manchester City musim lalu.
Selain itu, Arteta juga tampaknya dapat sesekali menempatkan Havertz di posisi nomor 9 sebagai false nine, jika Arsenal perlu melakukan rotasi pemain atau formasi.
Hal tidak kalah penting lainnya yang perlu diingat ialah usia Kai Havertz yang baru menginjak 24 tahun, sehingga potensi perkembangan pemain satu ini tentu saja masih terbuka lebar.