Kisah Dokter Inkubator: Sang Penyelamat Ribuan Bayi Prematur Berawal dari Pameran

Kisah Dokter Inkubator: Sang Penyelamat Ribuan Bayi Prematur Berawal dari Pameran

Dokter Inkubator Martin Couney

DAFTAR ISI

Sediksi.com – Bayi-bayi kecil yang berbaris di dalam kotak kaca, berjuang untuk bertahan hidup dengan bantuan teknologi canggih. Ini bukanlah adegan dari rumah sakit modern, melainkan dari pameran sisi di Coney Island, New York, pada awal abad ke-20.

Di sana, ada seorang yang dijuluki dokter inkubator, bernama Martin A. Couney menampilkan bayi-bayi prematur yang diselamatkannya dengan menggunakan inkubator, sebuah alat yang dapat mengatur suhu dan kelembapan untuk menciptakan lingkungan yang ideal bagi bayi-bayi yang belum berkembang dengan sempurna.

Siapa sebenarnya dokter inkubator ini, dan bagaimana ia bisa menyelamatkan ribuan bayi prematur dengan cara yang tidak biasa? Simak ulasannya berikut ini.

Sosok Dokter Inkubator Martin A. Couney

Kisah Dokter Inkubator: Sang Penyelamat Ribuan Bayi Prematur Berawal dari Pameran - Martin Courney
Image from WBUR

Mengenai sosok dokter inkubator ini, Martin A. Couney lahir dengan nama Michael Cohn di Krotoszyn, Polandia, pada tahun 1869. Di luar itu, sangat sedikit hal yang diketahui tentang hidupnya sebelum Ia bermigrasi ke Amerika pada tahun 1888, dan mengubah namanya menjadi Martin Couney.

Ia mengklaim bahwa ia memiliki lisensi medis Eropa setelah belajar kedokteran di Leipzig dan Berlin, dan bahwa ia pernah menjadi murid dari Dr. Pierre-Constant Budin, seorang ahli obstetri yang dianggap sebagai pendiri neonatologi modern.

Tentang Budin, penelitiannya mengenai konsep-konsep seperti darah tali pusat, manfaat menyusui, dan perawatan perinatal, semuanya dikreditkan dengan sangat meningkatkan kualitas hidup dan umur bayi dan ibu di awal abad ke-20 di Prancis.

Namun, klaim-klaim Couney ini tidak dapat dibuktikan, dan banyak sejarawan sepakat dalam keyakinan bahwa Couney, pada kenyataannya, bukan seorang dokter dengan pelatihan. Mengingat, ia masih terlalu muda untuk kuliah sebelum dia beremigrasi dari Eropa pada usia 19 tahun.

Couney selain mengatakan bahwa ia adalah muridnya Budin, juga mengklaim pernah menjadi perantara Budin di Pameran Industri Besar Berlin 1896, di mana keduanya memamerkan “child hatchery” atau tempat penetasan anak milik Budin.

Kemungkinan besar, Couney merupakan seorang teknisi peralatan medis di pameran tersebut bersama Budin, apabila memang kedua orang tersebut saling mengenal.

Namun, sekali lagi, tidak ada bukti yang mendukung klaim Couney tentang hubungan mereka, apalagi Couney sedang berada di Amerika pada saat itu.

Apapun itu, yang pasti “tempat penetasan” Budin telah digunakan dengan sukses besar. Alat ini telah digunakan untuk ayam di peternakan, akan tetapi belum pernah digunakan untuk manusia, namun orang banyak menyukainya.

Budin memamerkannya pada tahun 1897 di Perayaan Diamond Jubulee Ratu Victoria, lalu pada tahun 1898 di Pameran Trans-Mississippi di Omaha, Nebraska dan setelahnya pada tahub 1901 juga dipamerkan di Pameran Pan-Amerika Buffalo, New York.

Awal Couney Mengunakan Inkubator

Kisah Dokter Inkubator: Sang Penyelamat Ribuan Bayi Prematur Berawal dari Pameran - Inkubator Coney
Image from Pinterest

Ketertarikannya akan menyelamatkan bayi-bayi prematur hingga dijuluki dokter inkubator ini berawal dari sebuah kejadian; waktu itu pada tahun 1903, Couney menikah dengan seorang perawat bernama Annebelle Maye.

Lalu 4 tahun setelah pernikahannya tersebut, Annabelle mengandung anak dari Couney tersebut, akan tetapi ia melahirkan seorang anak perempuan, enam minggu lebih awal, akhirnya anaknya itu lahir hanya dengan berat badan 1,3 kilogram.

Anaknya diberi nama Hildegarde, jika seandainya Martin Couney tidak berkecimpung dalam bisnis inkubator, ia mungkin akan kehilangan anaknya.

Karena bayi prematur pada tahun 1900-an awal adalah hal yang umum, namun hanya ada sedikit perawatan yang tersedia untuk mereka, yang berakibat waktu itu sebanyak tiga dari empat bayi  prematur tidak akan bertahan hidup

Couney kemudian membuat pameran inkubator sendiri, yang ia sebut sebagai “Infantorium”, dan memamerkannya di berbagai tempat, seperti World’s Fair, Atlantic City, dan Coney Island.

Di sana, ia menampung bayi-bayi prematur, dan merawat mereka dengan gratis dengan menggunakan inkubator, suster, dan perawat.

Ia juga mengenakan biaya 25 sen kepada pengunjung yang ingin melihat bayi-bayi tersebut, dan menggunakan uang tersebut untuk membiayai operasinya.

Couney tidak hanya memberikan perawatan medis kepada bayi-bayi prematur, tetapi juga memberikan harapan dan kasih sayang kepada mereka.

Ia juga mengajarkan orang tua dan masyarakat tentang pentingnya inkubator dan perawatan neonatal, yang pada saat itu masih dianggap sebagai hal yang baru dan aneh.

Itulah kisah sang dokter inkubator, Martin A. Couney yang meninggal pada tahun 1950, pada usia 80 tahun. Ia diperkirakan telah menyelamatkan lebih dari 6.500 bayi prematur selama kariernya, dan banyak di antaranya yang tumbuh menjadi orang-orang sukses dan berpengaruh.

Namun, ia tidak pernah mendapatkan pengakuan resmi dari dunia medis, dan pameran inkubatornya dianggap sebagai hal yang kontroversial dan tidak etis.

Baru pada tahun-tahun belakangan ini, sosok dokter inkubator ini mulai mendapatkan perhatian dan apresiasi yang layak, sebagai salah satu pionir dan advokat dari neonatologi dan perawatan bayi prematur.

Ia adalah seorang “dokter” yang berani, kreatif, dan berjiwa sosial, yang menggunakan pameran sisi sebagai sarana untuk menyelamatkan nyawa.

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel