Sediksi.com – Timothy Treadwell adalah seorang penggemar beruang, pencinta lingkungan, pembuat film dokumenter, dan pendiri organisasi perlindungan beruang, Grizzly People.
Dia dikenal sebagai “Manusia Grizzly” karena hasrat dan pengabdiannya pada beruang. Dia menghabiskan 13 musim panas tinggal di antara beruang grizzly di Taman Nasional Katmai di Alaska, membuat film dan mengamati kehidupan mereka di habitat aslinya. Namun dari situlah kisah tragis Timothy Treadwell dan kekasihnya bermula.
Oiya, sebagai peringatan ulasan ini mengandung topik SENSITIF, penuh dengan KEKERASAN dan TRAGEDI BERDARAH, jadi bagi Anda yang sensitif terhadap topik seperti ini, maka jangan lanjutkan membaca.
Balik lagi, Timothy memperlakukan beruang-beruang itu seolah-olah mereka adalah teman-temannya, dan sering menyentuh dan bermain dengan mereka dan anak-anaknya.
Klaimnya adalah bahwa dirinya memiliki ikatan khusus dan rasa hormat dengan beruang-beruang itu, dan mereka tidak akan pernah menyakitinya.
Namun, cintanya pada beruang pada akhirnya akan mengorbankan nyawa dia dan kekasihnya, Amie Huguenard, dalam sebuah serangan beruang yang mengerikan yang terekam dalam sebuah audio.
Inilah ulasan kisah tragis Timothy Treadwell dan kekasihnya, sekali lagi, jangan lanjut baca jika Anda sensitif dengan topik seperti ini.
Baca Juga: Kisah Timothy Lancaster: Pilot yang Tersedut Keluar dari Pesawat di Ketinggian 5 Ribu Meter
Kisah Tragis Timothy Treadwell dan Kekasihnya
Timothy sebenarnya adalah seorang pecinta binatang sejak kecil, ia memutuskan untuk melakukan perjalanan ke Alaska menonton beruang setelah teman dekat membujuknya untuk melakukannya.
Dalam bukunya ia menulis bahwa setelah pertemuan pertamanya dengan beruang liar, dia tau bahwa ia telah menemukan panggilan hidupnya dan setelahnya takdirnya terjalin dengan nasib beruang.
Maka dari itu ia memutuskan untuk mendedikasikan hidupnya untuk melindungi dan mempelajari beruang, dan mendirikan organisasi Grizzly People bersama temannya, Jewel Palovak.
Setiap musim panas, dari tahun 1990 hingga 2003, Treadwell terbang ke Alaska dan berkemah di Taman Nasional Katmai, di mana ia bertemu dengan puluhan beruang grizzly.
Dia memberi mereka nama, seperti Tuan Cokelat, Bibi Melissa, dan Rowdy, dan menganggap mereka sebagai keluarganya. Ia juga merekam interaksinya dengan beruang-beruang tersebut, dan berencana untuk membuat film dokumenter tentang mereka.
Keinginannya adalah untuk meningkatkan kesadaran dan mendidik masyarakat tentang pentingnya melestarikan habitat beruang dan mencegah perburuan.
Dia juga menulis sebuah buku berjudul Among Grizzlies: Hidup Bersama Beruang Liar di Alaska, yang diterbitkan pada tahun 1997.
Namun, tidak semua orang setuju dengan pendekatan dan metode Treadwell. Dia dikritik oleh penjaga taman, ahli satwa liar, dan penduduk setempat karena melanggar aturan dan peraturan taman, seperti berkemah terlalu dekat dengan beruang, menyimpan makanan dengan tidak semestinya, dan “melecehkan” satwa liar.
Dia berulang kali diperingatkan oleh Dinas Taman Nasional bahwa kontak dekatnya dengan beruang akan membahayakan dirinya sendiri dan beruang, tetapi dia mengabaikan peringatan tersebut.
Dia menolak membawa semprotan beruang atau pagar listrik, dan mengatakan bahwa dia mempercayai beruang-beruang itu dan mereka tidak akan pernah melukainya.
Pada bulan Oktober 2003, Treadwell dan kekasihnya, Amie Huguenard, melakukan perjalanan berkemah terakhir mereka ke Taman Nasional Katmai. Inilah awal kisah tragis Timothy Treadwell dan kekasihnya bermula.
Bulan Oktober adalah bulan ketika beruang-beruang bersiap untuk hibernasi dan lebih agresif dan lapar. Treadwell mengetahui hal ini, tetapi dia memutuskan untuk tinggal lebih lama dari biasanya.
Sebenarnya Timothy dan Amie akan meninggalkan taman pada waktu biasanya sepanjang tahun, dan akan kembali ke Kodiak pada 26 September untuk menyimpan peralatan mereka untuk musim ini dan mengejar penerbangan lanjutan kembali ke rumah mereka di California.
Setelah berdebat dengan penjual tiket pesawat mengenai harga mengubah tiket pulangnya, akhirnya mereka membuat keputusan untuk kembali ke perkemahan pada 29 September untuk satu minggu tambahan.
Pada tanggal 6 Oktober, sekitar pukul 14.00, pilot taksi udara Willy Fulton tiba di kamp untuk menjemput pasangan tersebut.
Namun, saat ia tiba, ia menemukan pemandangan yang mengerikan. Tidak ada tanda-tanda Treadwell atau Huguenard, hanya seekor beruang jantan besar yang berdiri di atas tumpukan jasad manusia.
Tenda sudah roboh dan robek, dan makanan tak tersentuh. Pilot menghubungi penjaga taman nasional, yang tiba di tempat kejadian dan menembak serta membunuh beruang tersebut.
Di dalam perut beruang, mereka menemukan sisa-sisa jasad Treadwell dan Huguenard, bersama dengan pakaian dan barang-barang mereka.
Mereka juga menemukan sebuah kamera video yang telah merekam suara serangan tersebut, namun tidak merekam gambarnya, karena tutup lensa kamera masih terpasang.
Rekaman audio tersebut mengungkapkan saat-saat terakhir yang mengerikan dari pasangan tersebut, saat mereka berteriak dan berjuang untuk hidup melawan beruang tersebut.
Itulah dia kisah tragis Timothy Treadwell dan kekasihnya, ini adalah kisah tragis, yang menimbulkan banyak pertanyaan dan isu tentang hubungan antara manusia dan alam, serta peran dan tanggung jawab para pelestari satwa liar.
Apakah dia seorang pahlawan atau orang bodoh, teman atau musuh, pencinta atau penyusup, tidak diragukan lagi, dia adalah orang yang mencintai beruang, dan mati karena beruang.