Hildegard Trutz: Kisah Wanita yang Melahirkan Anak untuk Hitler

Hildegard Trutz: Kisah Wanita yang Melahirkan Anak untuk Hitler

Kisah Wanita yang Melahirkan Anak untuk Hitler

DAFTAR ISI

Sediksi.com – Kira-kira jika kamu ditawari kesempatan untuk menghasilkan anak dan memberikannya kepada pemimpin negara, apa yang akan kamu lakukan? Apakah justru akan merasa terhormat, bingung, atau menolak?

Inilah kisah wanita yang melahirkan anak untuk Hitler. Bagi sebagian wanita di Jerman Nazi, pilihan tersebut bukanlah hal yang aneh. Mereka adalah bagian dari program Lebensborn, yang bertujuan untuk meningkatkan jumlah kelahiran anak-anak ras Arya dengan rambut pirang dan mata biru.

Salah satu wanita yang terlibat dalam program ini adalah Hildegard Trutz, seorang pendukung setia rezim Nazi sejak Hitler berkuasa. Dia rela mengandung dan melahirkan anak dari seorang perwira SS yang tidak pernah dia kenal, hanya untuk melayani kepentingan Hitler.

Bagaimana kisahnya? Baca ulasannya di bawah ini untuk mengetahui secara lengkap tentang Hildegard Trutz, kisah wanita yang melahirkan anak untuk Hitler.

Kisah Wanita yang Melahirkan Anak untuk Hitler

Hildegard Trutz: Kisah Wanita yang Melahirkan Anak untuk Hitler - Lebensborn
Image from History Collection

Mari kita mulai kisah wanita yang melahirkan anak untuk Hitler ini. Hildegard Trutz lahir pada tahun 1917 di Jerman. Dia memiliki rambut pirang dan mata biru, yang dianggap sebagai ciri-ciri ideal ras Arya oleh Nazi.

Dia bergabung dengan Bund Deutscher Madel (BDM), organisasi perempuan muda Nazi, pada tahun 1933 dan sangat menyukai pertemuan mingguannya. Trutz menjadi tokoh terkemuka di organisasi lokalnya, sebagian besar karena penampilannya yang menarik.

Popularitas inilah yang menuntunnya, begitu ia dewasa, untuk menjadi kelinci percobaan bagi salah satu organisasi Nazi yang kurang dikenal tetapi masih sangat meresahkan, yang disebut Lebensborn tadi, atau jika diterjemahkan artinya “ Air Mancur Kehidupan.”

Baca Juga: Terry Fox: Kisah Penderita Kanker yang Lari Maraton 5 Ribu Km

Pada usia delapan belas tahun, setelah menyelesaikan sekolah, mengutip dari laman History of Yesterday dari tulisan berjudul Hildegard Trutz: The Woman Who Gave Birth for Hitler, salah satu pemimpin BDM menyarankan sesuatu kepada Trutz yang akan mengubah hidupnya.

Orang itu berkata kepada Trutz “Jika kamu tidak tahu mau melakukan apa, mengapa tidak memberikan anak kepada Führer? Jerman sangat membutuhkan keturunan dari ras yang berharga.”

Trutz tidak tahu bahwa saat itu sedang dikembangkan sebuah program yang disponsori negara untuk meningkatkan jumlah kelahiran anak-anak ras Arya dengan rambut pirang dan mata biru. Di bawah program Lebensborn, wanita-wanita yang dianggap “murni” secara ras dipilih untuk memiliki hubungan intim dengan perwira SS agar hamil.

Pada saat itu, angka kelahiran di Nazi Jerman menurun. Ada permintaan untuk lebih banyak anak Arya. Nazi menginginkan bayi berambut pirang, bermata biru, dan mereka memiliki kesempatan yang jauh lebih baik untuk mendapatkannya dari ibu berambut pirang bermata biru juga.

Jadi inilah mengapa Trutz sangat cocok dengan tugas tersebut. Sebagai pendukung setia gerakan ini, ia menerima saran tersebut dan menawarkan diri dengan sukarelawan bagi Lebensborn.

Pada akhirnya, ribuan bayi akan lahir dan siap diadopsi oleh pasangan-pasangan petingi Nazi. Namun karena ia tidak yakin orang tuanya akan menyetujui rencananya, Trutz memberi tahu mereka bahwa ia akan mengambil kursus Sosialisme Nasional. Mereka dengan senang hati mengucapkan selamat tinggal.

Orang tuanya tidak tahu bahwa ia sebenarnya pergi untuk berpartisipasi dalam program yang seharusnya diikuti wanita “murni” untuk tidur dengan petugas SS dan melahirkan anak-anak untuk mereka.

Hildegard Trutz dengan yakin siap melakukan bagiannya bagi negaranya. Bersama dengan sekelompok gadis lain, ia dibawa ke sebuah kastil di Bavaria yang telah disiapkan untuk program Lebensborn. Begitu tiba, ia menjalani serangkaian tes medis yang dengan mudah dilaluinya serta penyelidikan tentang masa lalunya.

Hal penting adalah bahwa dia tidak memiliki jejak darah Yahudi. Setelah hasilnya positif, wanita itu memilih pasangan dari perwira SS. Trutz mendengarkan dengan antusias pemimpin itu. “Terdengar hebat,” katanya, langsung mendaftar dalam program tersebut.

Hamil dan Melahirkan untuk Nazi

Kisah wanita yang melahirkan anak untuk Hitler ini masih berlanjut, setalah melakukan tes dan investigasi garis keturunan, Langkah terakhir Trutz adalah menandatangani hak-hak atas anaknya setelah lahir. Dia menandatangani dengan sukarela.

Tak lama kemudian, ia dan rekan-rekannya diperkenalkan kepada perwira SS yang akan menjadi ayah bagi anak-anak mereka.

Mengutip dari laman History Defined, dari tulisan dengan judul Having Babies for Hitler: The Life of Hildegard Trutz, sebelum para wanita memilih pria mana yang akan tidur dengannya, para wanita diizinkan untuk “berkencan” dengan para pria.

Setelah pasangan ditentukan, para wanita akan menunggu selama 10 hari dari awal siklus terakhir mereka. Ada pemeriksaan kesehatan terakhir. Setelah itu, para petugas SS diperintahkan unttuk pergi ke kamar-kamar perempuan.

Mungkin berbeda untuk beberapa perempuan lain, tetapi Trutz megaku dikunjungi oleh petugas SS tiga kali dalam minggu pertama. Tak lama kemudian, ia mengetahui bahwa ia sedang hamil.

Kehamilannya itu menandai berakhirnya masa tinggal di kastil Bavaria. Ia dipidahkan ke sebuah rumah bagi para ibu hamil untuk menunggu kelahiran anak mereka masing-masing.

Akhirnya ia melahirkan anak laki-laki yang sehat, namun itu bukanlah pengalaman yang mudah dan masih pertama baginya. Dia tidak diberi Pereda nyeri atau alat bantu apa pun, tapi ia berhasil.

Trutz diizinkan untuk membawa putranya tersebut bersamanya hanya dalam waktu dua minggu saja setalah kelahiran, untuk memberinya waktu untuk menyusui sebelum dibawa  pergi ke keluarga barunya, dan Trutz tidak pernah melihat anak itu lagi.

Setelah Menjalankan Tugasnya

Hidegard Trutz tidak membenci masa-masa ketika ia menjadi ibu “pembibitan” untuk Nazi Jerman tersebut, bahkan ia mempertimbangkan untuk melanjutkan tugasnya bagi bangsanya dan memiliki lebih banyak anak.

Kisah wanita yang melahirkan anak untuk Hitler ini berakhir ketika pada akhirnya ia jatuh cinta dengan seorang perwira lain dan langsung menikahinya. Setelah mengakui perannya dalam program Lebensborn tersebut, ia berharap bahwa suaminya akan bangga, namun kenyataannya tidak.

Namun, memang bagi suami Trutz tersebut tida ada ruang untuk mengkritik walaupun dalam hati tidak merasa senang, karena Trutz baru saja menjalankan tugasnya. Sama seperti ketika ia bertugas di militer Nazi.

Dari program ini diperkirakan ada lebih dari 200 ribu bayi yang dihasilkan. Seperti banyak catatan lainnya yang ikut dihancurkan ketika Nazi sudah jelas bahwa mereka kalah dalam perang, yang membuat ribuan orang tidak mengetahui asal-usul mereka.

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel