Sediksi.com – Niger dan Nigeria adalah dua negara berbeda yang terletak di Kawasan Afrika Barat. Kudeta yang berlangsung sejak Rabu lalu ini terjadi di Niger, bukan Nigeria (26/7).
Empat hari berlalu sejak Jenderal Abdourahmane Tchiani atau lebih dikenal sebagai “Omar” mengumumkan dirinya sebagai pemimpin baru Niger di stasiun TV nasional pada hari Jumat (28/7).
Di hari yang sama dengan deklarasi tersebut, Mohamed Bazoum, presiden resmi Niger ditahan sejak pagi oleh pasukan militer pro Omar.
Hingga kini, Bazoum masih ditahan dan tidak ada yang mengetahui di mana ia ditahan. Tapi pasukan Omar mengatakan kondisi Bazoum baik-baik saja.
Belum ada yang mendukung tindakan militer Niger
Setelah deklarasi tersebut, berbagai negara segera merespon dan mengumumkan suara yang sama, tidak mengakui Omar sebagai pemimpin baru Niger.
Demikian halnya dengan Prancis yang pernah mengkolonisasi Niger hingga 1960. Bahasa Prancis ditetapkan sebagai bahasa nasional resmi Niger hingga sekarang.
Kerja sama militer terakhir antara Niger dan Prancis adalah menyepakati pengiriman pasukan Prancis ditempatkan di Niger demi melawan kelompok jihad.
Selain menolak mengakui Omar, Prancis juga mengatakan menahan bantuan dan subsidi dana kepada negara Afrika Barat.
Amerika Serikat mendukung Bazoum dan mengancam militer Niger pro Omar jika tetap melanjutkan upaya kudeta, bantuan dana sebesar ratusan juta dolar akan dibatalkan.
Uni Eropa juga mengumumkan segera menangguhkan kesepakatan kerja sama keamanan tidak terbatas dengan Niger.
Uni Afrika, organisasi kawasan Afrika yang menaungi Niger dan beranggotakan 54 perwakilan negara mengatakan memberikan militer Niger waktu dua minggu untuk memulihkan otoritas konstitusional.
Menolak Barat, meminta dukungan Rusia
Sebelum Niger, tren upaya kudeta militer telah didahului oleh dua negara Afrika Barat lainnya, Burkina Faso dan Mali. Militer mengambil alih kepemimpinan masing-masing sejak Agustus 2020 dan Januari 2022.
Dalam video deklarasi Omar, ia juga menyebutkan agar junta militer Burkina Faso dan Mali bisa diajak kerja sama untuk melawan musuh yang sama, yakni kelompok pemberontak Islam di kawasan Sahel, daerah perbatasan antara Padang Pasir Sahara ke utara dengan Padang Rumput Sudan ke selatan.
Sebagai upaya mendapatkan dukungan dan pengakuan dari negara lain, keduanya mendekat pada Rusia dan aliansinya.
Pro militer Niger juga mengikuti langkah yang sama.
Demo pro militer Niger pada 30 Juli diramaikan oleh spanduk berisi dukungan terhadap Rusia.
Para demonstran yang datang dari berbagai daerah tersebut mengangkat tinggi-tinggi bendera Rusia dan Niger menuju gedung parlemen nasional.
Selain dukungan terhadap Rusia, spanduk lainnya berisi peringatan agar Prancis meninggalkan Niger dan Economic Community of West African (ECOWAS) tidak melakukan intervensi.
Wagner siap mengintervensi
Ribuan pasukan Wagner diyakini berasal dari Republik Afrika Tengah dan Mali.
Usai mendeklarasikan pemimpin Niger yang baru, baik Niger maupun Omar berada di situasi yang penuh ketidakpastian. Enam hari berlalu sejak upaya kudeta, Omar masih belum menyampaikan kelanjutan dari apa yang sudah dimulai.
Fase tidak stabilnya pemerintahan Niger yang berdaulat atau yang lebih condong pada kondisi kekosongan pemerintah ini berpotensi menjadi kesempatan bagi Wagner atau Rusia untuk melakukan intervensi.
Yevgeny Prigozhin, Bos Wagner yang memimpin pemberontakan gagal terhadap pro Kremlin bulan lalu, menyambut upaya kudeta Niger sebagai kabar bahagia dan tanpa ragu menawarkan pasukannya untuk Niger.
Berdasarkan pesan suara yang dibagikan di Telegram, Prigozhin siap menjamin keamanan di Niger dan memberantas terorisme di Sahel.
“Ribuan pasukan Wagner sudah sangat cukup untuk menertimbangkan dan menghancurkan teroris, serta memastikan tidak ada warga sipil yang terluka,” ucapnya dengan bangga.
Wagner sendiri juga sudah menjalani hubungan baik dengan Burkina Faso, Republik Afrika Tengah dan Mali sejak upaya kudeta militer berhasil. Ketiganya dengan tegas lebih memilih meminta bantuan kepada Wagner daripada pasukan Barat.
Adapun kepentingan Wagner di Afrika sendiri yaitu memperkaya diri dan di sisi lain, secara tidak langsung cukup selaras dengan kepentingan Rusia dalam hal memperluas pengaruh Kremlin.
Semakin banyak negara yang memusuhi Barat dan berubah haluan ke Rusia, semakin besar pengaruh yang dimiliki Rusia.
Baca Juga: Pemberontakan Wagner, Ancaman Terbesar Putin
Omar adalah Paspampres Bazoum
Pemilihan siapa yang memimpin Niger setelah kudeta ini ditentukan oleh Omar sendiri.
Jenderal Omar Tchiani, Kepala Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) sudah mengabdi sejak 2015, jauh sebelum Bazoum bahkan terpilih sebagai presiden pada 2 April 2021.
Sedangkan terpilihnya Bazoum pada tahun tersebut menandai pertama kalinya pemindahan kekuasaan diselesaikan secara damai dan demokratis sejak Niger merdeka dari Prancis.
Diangkatnya Bazoum sebagai presiden Niger, ia juga yang memilih Omar agar tetap pada posisinya sebagai Kepala Paspampres, unit khusus di pemerintahan berisikan sekitar 2.000 tentara.
Omar juga merupakan loyalis Mahamadou Issoufou, Mantan Presiden Niger dengan masa jabatan sepuluh tahun, sejak 7 April 2011 hingga 2 April 2021. Yaitu sosok yang memberikan Omar posisi sebagai Kepala Paspampres pertama kali.