Makan Siang untuk Anak Sekolah di Jepang, Cocokkah untuk Indonesia?

Makan Siang untuk Anak Sekolah di Jepang, Cocokkah untuk Indonesia?

makan siang untuk anak sekolah di jepang

DAFTAR ISI

Sediksi.com – Apakah kamu pernah penasaran bagaimana makan siang untuk anak sekolah di Jepang? Mungkin kamu sudah sering melihatnya di film, drama, atau anime. Tapi, tahukah kamu bahwa makan siang untuk anak sekolah di Jepang bukan hanya sekadar makan, tetapi juga merupakan sebuah program pendidikan yang unik?

Makan siang sekolah di Jepang disebut kyushoku, yang berarti makan siang sekolah. Program ini sudah ada sejak tahun 1889, ketika pemerintah mulai memberikan makan siang gratis untuk anak-anak dari keluarga miskin di Prefektur Yamagata. Tujuan utama program ini adalah untuk meningkatkan kesehatan fisik dan mental anak-anak, serta mengajarkan mereka tentang shokuiku, yaitu pendidikan makanan.

Mengenal Shokuiku di Jepang

Makan Siang untuk Anak Sekolah di Jepang, Cocokkah untuk Indonesia? - japanese school lunch time
Japanese Food Guide

Shokuiku adalah konsep yang mengacu pada peningkatan kebiasaan makan sehat dan menerapkannya di program pendidikan. Shokuiku juga meliputi pengenalan berbagai jenis makanan, rasa, dan nilai gizi, serta penghormatan terhadap sumber makanan dan lingkungan. Dengan shokuiku, anak-anak diharapkan bisa mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang baik terkait dengan makanan.

Salah satu cara untuk menerapkan shokuiku adalah dengan menyediakan menu makan siang yang sehat, bervariasi, dan menarik. Menu makan siang sekolah di Jepang biasanya terdiri dari nasi, lauk-pauk, sayuran, sup, dan minuman. Menu ini disusun oleh ahli gizi sekolah dengan mempertimbangkan keseimbangan nutrisi, variasi, dan kebersihan. Bahan-bahan makanan juga diusahakan untuk berasal dari daerah lokal atau organik.

Menu makan siang sekolah di Jepang juga sering mengikuti tema-tema tertentu, seperti makanan musiman, festival, hari raya, atau budaya asing. Misalnya, pada bulan Oktober, menu makan siang bisa berisi kastanye, ubi jalar, atau kue bulan, yang merupakan makanan khas musim gugur.

Pada bulan Desember, menu makan siang bisa berisi kue Natal, ayam goreng, atau salad, yang merupakan makanan khas Natal. Pada bulan Februari, menu makan siang bisa berisi sushi, udon, atau mochi, yang merupakan makanan khas Hari Setsubun.

Dengan menu makan siang yang beragam, anak-anak bisa belajar tentang berbagai jenis makanan, rasa, dan nilai gizi, serta budaya dan tradisi Jepang dan dunia. Anak-anak juga bisa menikmati makanan yang lezat dan sehat, yang bisa meningkatkan kesejahteraan mereka.

Keunikan Makan Siang untuk Anak Sekolah di Jepang

Makan Siang untuk Anak Sekolah di Jepang, Cocokkah untuk Indonesia? - japanese school kids
Japanese Food Guide

Selain menu makan siang, program kyushoku juga memiliki keunikan lain, yaitu melibatkan partisipasi aktif dari para siswa. Para siswa bertanggung jawab untuk mengambil makanan mereka sendiri dari dapur sekolah, mengatur meja makan, melayani teman-teman mereka, membersihkan peralatan makan, dan membuang sampah. Para siswa juga diajarkan untuk mengucapkan “itadakimasu” sebelum makan dan “gochisousama” setelah makan, sebagai ungkapan terima kasih kepada orang-orang yang menyediakan makanan.

Dengan partisipasi ini, anak-anak bisa belajar tentang etika, kedisiplinan, kerjasama, dan tanggung jawab. Anak-anak juga bisa berinteraksi dengan teman-teman, guru, dan staf sekolah, yang bisa mempererat hubungan mereka. Anak-anak juga bisa menghargai makanan yang mereka makan, dan menyadari pentingnya menjaga keseimbangan alam.

Makan siang sekolah di Jepang adalah sebuah program pendidikan yang unik, yang tidak hanya memberikan manfaat kesehatan, tetapi juga pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang baik kepada anak-anak. Makan siang sekolah di Jepang adalah sebuah contoh bagaimana makanan bisa menjadi media untuk mendidik anak-anak. Makan siang sekolah di Jepang adalah sebuah pengalaman yang berharga bagi anak-anak.

Implementasi Makan Siang Gratis di Indonesia

Makan Siang untuk Anak Sekolah di Jepang, Cocokkah untuk Indonesia? - 4274094 m
Japan Wonder Travel Blog

Makan siang gratis adalah salah satu program yang dijanjikan oleh pasangan presiden-wakil presiden Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, yang terpilih memimpin Indonesia pada tahun 2024. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan, gizi, dan pendidikan anak-anak Indonesia.

Namun, apakah program ini bisa diterapkan di Indonesia seperti di Jepang? Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan, seperti jumlah penduduk, anggaran, infrastruktur, dan budaya. Berikut adalah beberapa perbandingan antara program makan siang gratis di Indonesia dan Jepang:

  • Jumlah penduduk: Indonesia memiliki jumlah penduduk yang jauh lebih besar daripada Jepang. Menurut data TKN Prabowo-Gibran, program makan siang gratis akan ditujukan bagi 82,9 juta orang, termasuk anak sekolah, anak balita, dan ibu hamil. Sementara itu, menurut data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi Jepang, jumlah siswa sekolah dasar dan menengah di Jepang pada tahun 2020 adalah sekitar 12,5 juta orang. Jadi, program makan siang gratis di Indonesia akan menjangkau lebih banyak orang daripada di Jepang.
  • Anggaran: Program makan siang gratis membutuhkan anggaran yang besar untuk menyediakan makanan yang sehat, bervariasi, dan menarik. Menurut perhitungan TKN Prabowo-Gibran, program makan siang gratis akan memakan dana sekitar Rp 400 triliun setiap tahun1. Angka ini nyaris setara dengan anggaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada tahun 2021, yaitu Rp 419,2 triliun. Sementara itu, menurut data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi Jepang, anggaran untuk program makan siang sekolah di Jepang pada tahun 2019 adalah sekitar 1,2 triliun yen, atau sekitar Rp 165 triliun. Jadi, program makan siang gratis di Indonesia akan membutuhkan anggaran yang lebih besar daripada di Jepang.
  • Infrastruktur: Program makan siang gratis memerlukan infrastruktur yang memadai untuk menyimpan, mengolah, dan mendistribusikan makanan. Di Jepang, infrastruktur untuk program makan siang sekolah sudah terbangun dengan baik, seperti dapur sekolah, ruang makan, peralatan makan, dan transportasi makanan. Di Indonesia, infrastruktur untuk program makan siang gratis masih perlu dikembangkan, terutama di daerah-daerah terpencil, terluar, dan tertinggal. Selain itu, program makan siang gratis juga harus memperhatikan aspek kebersihan, keselamatan, dan kualitas makanan.
  • Budaya: Program makan siang gratis juga harus sesuai dengan budaya dan kebiasaan masyarakat. Di Jepang, program makan siang sekolah sudah menjadi bagian dari pendidikan, yang mengajarkan anak-anak tentang etika, kesehatan, budaya, dan kerjasama. Di Indonesia, program makan siang gratis masih perlu diterima dan dimengerti oleh masyarakat, terutama orang tua, guru, dan siswa. Program ini juga harus menghormati keberagaman agama, suku, dan daerah, serta menyediakan menu makanan yang halal, sehat, dan bergizi.

Apakah makan siang untuk anak sekolah di Jepang bisa diterapkan juga di negara kita?

Baca Juga
Topik

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel