Mengenal Lingkaran Kematian Semut: Fenomena Alam yang Unik

Mengenal Lingkaran Kematian Semut: Fenomena Alam yang Unik

Mengenal Lingkaran Kematian Semut

DAFTAR ISI

Sediksi – Bayangkan kamu sedang berjalan-jalan di hutan dan menemukan pemandangan yang aneh: sekelompok semut berputar-putar tanpa henti, membentuk bentuk spiral di tanah.

Kemungkinan akan bertanya-tanya apa yang mereka lakukan dan mengapa mereka melakukannya. Apakah mereka sedang melakukan semacam ritual? Apakah mereka terjebak dalam lingkaran?

Mari mengenal lingkaran kematian semut, yang juga dikenal sebagai gilingan semut. Ini adalah fenomena di mana koloni semut tentara, yang terpisah dari kelompok utama yang mencari makan, kehilangan jejak feromon dan mulai mengikuti satu sama lain, membentuk lingkaran yang terus berputar.

Lingkaran ini umumnya dikenal sebagai “ant death spiral” atau lingkaran kematian semut, karena semut-semut tersebut pada akhirnya akan mati karena kelelahan karena terus-terusan berputar tanpa henti.

Jadi mari mengenal lingkaran kematian semut ini lebih dalam, yang juga akan dijelaskan dalam artikel ini mengenai fenomena ini, mengapa semut melakukannya.

Mengenal Lingkaran Kematian Semut

Mengenal Lingkaran Kematian Semut: Fenomena Alam yang Unik - Semut tentara
Image from pixels

Di atas kertas, semut tentara adalah beberapa semut yang paling Tangguh saat ini, mengutip dari National Geographic istilah semut tentara ini digunakan untuk merujuk sekitar 150 spesies semut.

Menurut Harvard University, semut tentara menciptakan ‘masyarakat serangga terbesar di bumi’. Semut ini juga terlibat dalam ‘penggerebekan’ besar-besaran yang berkerumun, di mana ribuan bahkan jutaan ‘menyapu’ lantai hutan untuk berburu makanan.

Jika secara kolektif, semut tentara mampu mengalahkan makhluk yang jauh lebih besar dari diri mereka sendiri dan merobek mereka dengan rahang bawah yang tajam yang mereka punyai.

Untuk mengenal lingkaran kematian semut ini mari kita mulai dengan fakta ini, semut tentara sebenarnya buta, untuk bernavigasi semut tentara dapat menemukan makanan dan bergerak bebas dengan mengikuti aroma satu sama lain.

Dalam arti semut ini mempunyai indra penciuman yang tajam. Mereka menghasilkan feromon yang menarik semut lain untuk mengikutinya.

Mengutip dari The New York Times, semut tidak memiliki hidung, jadi indra penciuman yang tajam itu bukan dari hidung, tapi mereka mendeteksi feromon melalui antena mereka. Jadi kira-kira ‘bau’ bukan kata yang tepat tapi feromon.

Feromon ini menciptakan komunitas “hive mind“, di mana setiap semut mengikuti semut di depannya, yang bekerja hingga terjadi sedikit penyimpangan, biasanya oleh pemicu lingkungan, dan terbentuklah sarang semut.

Spiral kematian semut pertama kali dijelaskan pada tahun 1921 oleh William Beebe, ia mengamati fenomena di mana sekelompok semut tentara dipisahkan dari kelompok mencari makanan utama, yang kehilangan jejak feromon dan membentuk lingkaran yang terus berputar.

Mengapa semut melakukannya?

Sampai sini pasti ada pertanyaan, lalu bagaimaana lingkaran kematian semut ini bermula? Apa hubungannya dengan indra penciuman dan feromon tadi?

Nah, mari mengenal lingkaran kematian semut lebih dalam, dari apa yang menyebabkannya. Perlu dicatat bahwa lingkaran kematian semut bukanlah perilaku yang disengaja, tetapi merupakan efek samping dari struktur pengorganisasian diri koloni semut.

Semut mengandalkan aturan dan isyarat sederhana untuk mengoordinasikan tindakan mereka, tanpa otoritas atau rencana pusat, singkatnya setiap semut mengikuti semut di depannya tanpa pertanyaan sama sekali.

Hal ini memungkinkan mereka untuk mencapai tugas-tugas yang kompleks seperti membangun sarang, berburu mangsa, dan mempertahankan diri dari predator. Namun, hal ini juga membuat mereka rentan terhadap kesalahan dan gangguan, seperti lingkaran kematian semut.

Spiral kematian semut terjadi ketika semut pemimpin menghadapi rintangan atau perubahan arah, dan semut-semut lain yang berada dalam barisan gagal menyesuaikan diri.

Semut pemimpin kemudian mulai mengikuti aroma semut lain, dan seluruh koloni berputar tanpa henti. Semut-semut tersebut tidak dapat keluar dari lingkaran tersebut, karena mereka diprogram untuk mengikuti jejak feromon terkuat, yaitu jejak yang mereka ciptakan sendiri.

Mari kita analogikan supaya lebih mudah untuk memahaminya, bayangkan kamu adalah semut tentara yang ikut dalam mencari makan. Kamu mengikuti jejak feromon yang ditinggalkan semut di depanmu.

Tetapi sesuatu terjadi, keadaan di mana melemahkan atau menghalangi jejak aroma itu, dan kamu tiba-tiba membelok, dan mungkin menelusuri jejak feromon, lalu semut belakang pasti mengikutimu.

Dari keadaan mencari jejak feromon tadi yang pudar, lalu tiba-tiba kamu (yang paling depan dari barisan terpisan) menemukan jejak feromon segar!

Tapi ternyata itu bukan jejak feromon dari rombongan di depanmu, akan tetapi justru romonganmu sendiri dan akhirnya menjadi rantai semut yang berputar tanpa henti.

Dari ulasan mengenal lingkaran kematian semut  di atas, ini adalah fenomena alam yang menarik dan sangat unik, yang menunjukkan kekuatan dan kelemahan koloni semut.

Semut adalah makhluk luar biasa yang dapat mencapai prestasi luar biasa dalam hal kerja sama dan koordinasi, tetapi mereka juga dapat menjadi korban dari naluri dan keterbatasan mereka sendiri.

Lingkaran kematian semut adalah pengingat akan keindahan dan kompleksitas kehidupan, serta tantangan dan bahaya yang dihadapinya. Sekian artikel mengenal lingkaran kematian semut ini, semoga dapat menambah wawasanmu, terimakasih telah membaca!

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel