10 Mitos Tentang Hujan dari Berbagai Negara, Unik Banget

10 Mitos Tentang Hujan dari Berbagai Negara, Unik Banget

Mitos tentang hujan

DAFTAR ISI

Sediksi.com – Sebelum bisa dijelaskan secara ilmiah, hujan dipercaya sebagai fenomena supranatural yang memiliki makna tertentu. Pemikiran manusia berkembang dan mitos tentang hujan mulai beroleh penjelasan.

Mitos adalah suatu kepercayaan secara lisan yang telah terbentuk di dalam masyarakat. Berasal dari bahasa Yunani, mitos memiliki arti sebagai sesuatu yang diungkapkan. Mitos diartikan juga sebagai sebuah cerita yang memiliki sifat simbolik dan mengisahkan rangkaian cerita secara nyata maupun imajiner.

Dalam kehidupan sosial budaya, mitos biasa digunakan untuk mengembangkan simbol-simbol yang penuh makna serta menjelaskan fenomena alam, salah satunya hujan. Berikut ini kumpulan mitos tentang hujan yang berkembang di beberapa negara.

Mitos tentang Hujan yang Berkembang di Berbagai Negara

Mesir kuno

Dalam kepercayaan masyarakat Mesir kuno, hujan dianggap sebagai simbol kebangkitan dan kesuburan yang diberikan oleh para dewa. Salah satunya ialah Osiris, dewa kematian dan kehidupan yang dianggap memiliki peran dalam memberikan kehidupan kepada tanah melalui turunnya hujan.

Selain itu, hujan juga juga dianggap sebagai air mata dewa Re, dewa matahari. Jatuhnya air mata alias hujan ini dianggap cara dewa matahari memberikan kesuburan kepada bumi.

Australia

Masyarakat aborigin mempercayai bahwa turunnya hujan ke bumi karena melibatkan makhluk legendaris bernama Tiddalik. Menurut legenda, Tiddalik adalah katak raksasa yang menyerap semua air di dunia. Ketika makhluk itu tertidur, para hewan bekerja sama untuk membuatnya tertawa sehingga air tersebut dimuntahkan kembali ke dunia.

Turunnya hujan menjadi hal sangat penting bagi masyarakat aborigin untuk pertumbuhan tanaman dan kelangsungan hidup masyarakat.

Baca Juga: 5 Tradisi Unik Menyambut Musim Hujan, Ada yang Bikin Merinding!

China 

Selanjutnya China juga memiliki mitos tentang hujan. Mitos hujan yang berkembang di budaya China, salah satunya berkaitan dengan cerita tentang dewi pencipta bernama Nüwa.

Menurut legenda, Dewa Nüwa menggunakan tanah liat untuk memperbaiki langit yang retak dan menyatukan langit dengan bumi. Saat proses menggabungkan kembali langit dan bumi, air mata Nüwa terjatuh dan dianggap sebagai hujan. 

Inggris 

Hewan dinilai memiliki insting yang lebih kuat dari manusia, yang tak jarang perilakunya memberi manusia petunjuk akan terjadinya suatu peristiwa alam.

Masyarakat inggris memiliki salah satu mitos unik terkait sapi yang duduk berarti akan turun hujan. Sapi menjadi salah satu hewan yang dapat menandakan datangnya hujan. Saat hujan dirasa akan tiba, sapi-sapi tersebut akan mulai duduk di tanah.

Korea 

Melakukan pindahan saat cuaca hujan dianggap mendatangkan keuntungan. Walaupun terdengar ribet, masyarakat Korea senang jika pindahan saat hujan. Hal ini karena menurut orang-orang tua dulu, pindahan saat hari sedang hujan akan membawa banyak rezeki.

Tidak hanya rezeki berupa materi, melakukan pindahan saat turun hujan dihubungkan juga dengan kejadian dan memori baik yang akan dialami seseorang saat memulai hidupnya di lingkungan baru.

Jepang 

Jepang termasuk negara yang banyak percaya akan mitos. Shachihoko, makhluk mitologi yang merupakan perpaduan dari ikan dan harimau yang dipercaya oleh masyarakat Jepang dapat menurunkan hujan dan mencegah terjadinya kebakaran. Oleh sebab itu tidak heran banyak bangunan tradisional di jepang yang memajang patung binatang di atap rumah. 

India 

Tidak ketinggalan, India juga memiliki mitos unik terkait hujan. Masyarakat di Desa Bhopal, India percaya dengan menyatukan dua katak dan mengawinkan mereka dapat membuka langit sehingga menurunkan hujan.

Perkawinan katak ini memiliki hubungan dengan kepercayaan masyarakat yang dapat menyenangkan Dewa Hujan, yaitu Indra.

Thailand

Thailand memiliki salah satu mitos yang diyakini dapat mengusir hujan. Dalam melakukan pengusiran hujan ini, masyarakat Thailand biasanya memakai tanaman serai dan gadis perawan.

Ritual ini dimulai dengan  menancapkan batang serai ke tanah oleh warga setempat, kemudian dilanjutkan dengan meminta gadis perawan untuk berdoa agar hujan segera berhenti.

Tidak hanya menangkal hujan, bahkan mitos ini dipercaya juga bisa menangkal awan badai dan membuat cuaca menjadi cerah.

Filipina

Hujan turun mendadak saat cuaca panas rasanya memang sedikit membingungkan. Begitu juga bagi masyarakat Filipina. Jika turunnya hujan secara mendadak saat cuaca panas, mereka mempercayai bahwa saat itu telah terjadi pernikahan makhluk halus yaitu Tikbalang.

Tikbalang merupakan salah satu makhluk halus dalam kepercayaan budaya Filipina yang berbentuk siluman kuda.

Indonesia 

Tidak hanya Thailand, Indonesia juga memiliki mitos yang banyak dipercayai salah satunya terkait hujan saat cuaca panas.

Terkhusus bagi masyarakat jawa, mereka mempercayai bahwa turunnya hujan secara mendadak saat cuaca panas adalah perwujudan dari keringat genderuwo atau kuntilanak yang sedang melahirkan.

Kenapa Mitos Bisa Muncul? 

Penerimaan mitos oleh masyarakat dapat terjadi karena pada saat itu adanya keterbatasan penginderaan dan penalaran serta rasa ingin tahu yang perlu segera dipenuhi.

Keberadaannya mudah dipercaya karena mitos berkaitan dengan religiusitas karena mengandung nilai spiritual yang cukup tinggi. Bahkan jika dilanggar bisa membawa malapetaka bagi para penganutnya. 

Menurut Prof. Brian Cronk seorang profesor psikologi dari Missouri Western State University, mitos bisa ada karena otak manusia selalu mencari alasan di balik suatu peristiwa. Namun, ketika tak mendapat alasan yang jelas, kita cenderung membuat penjelasan aneh lainnya.

Hal ini dilakukan agar tak muncul rasa penasaran sehingga terkadang diakhiri dengan mitos.

Itu dia beragam mitos terkait hujan yang terdapat di berbagai negara. Bagaimana, menarik bukan?

Cari Opini

Opini Terbaru
Artikel Pilihan

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel