Brone UB, Maskot Satire untuk Mahasiswanya?

Brone UB, Maskot Satire untuk Mahasiswanya?

brone UB
brone maskot satir ub

Brone UB adalah maskot baru untuk Universitas Brawijaya. Brone ini berbentuk robot. Sungguh sebuah bentuk sindiran bagi mahasiswanya.

“ Hidup itu sederhana, yang hebat adalah tafsir-tafsirnya,”

Pramoedya Ananta Toer

Asian Games 2018 yang akan diadakan di Jakarta-Palembang masih dua tahun lagi namun sudah mulai gaduh dari sekarang. Pasalnya, Maskot Asian Games 2018 mengundang polemik. Kritik keras datang dari kalangan seniman.

Maskot Burung Cendrawasih bersarung yang dinamakan Drawa dianggap kurang kekinian dan kurang komersil untuk even sekelas Asian Games. Melihat bentuknya maskotnya lebih cocok buat even PON daripada Asian Games. Gambar maskot seperti dibuat oleh amatir, tak jelas itu maskot bergambar singa laut, berang-berang, atau Burung Cendrawasih.

Maskot ini mengundang reaksi netizen di dunia maya, mendorong pemerintah untuk segera merevisi maskot mumpung Asian Games masih belum dimulai.

Polemik Brone UB

BRONE UB
Sumber Gambar: Official Web UB

Namun kali ini saya tidak akan panjang lebar membahas maskot Asian Games. Menurutku, tuh maskot memang sudah gagal dan layak diganti. Mari kita membahas yang lebih lokal dan lebih dekat dengan maskot yang baru saja memenangkan sayembara Maskot resmi UB,  Si Brone namanya.

Robot betoga dan beralmamater UB. Maskotnya keren, saya akui, bahkan menurutku lebih bagus dari maskot burung jadia-jadian punya Asian Games. Filosofi maskotnya juga luar biasa. Coba tengok deskripsi di gambar bawah ini. Alasan kreator Brone UB mengambil bentuk robot karena merupakan bentuk dari inovasi, wujud yang kuat dan kokoh, serta mempunyai daya saing yang kuat.

Pertanyaanya, kenapa Juri sayembara memilih robot sebagai maskot UB? Citra apa yang ingin ditampilkan UB melalui Brone UB ini? Kalau ada pihak juri sayembara atau pihak terkait, yang kebetulan baca tulisan ini sudi kiranya untuk membuat tulisan balasan, nanti kami muat juga di blog ini.

Saya agak risih dengan deskripsi “inovasi” serta “daya saing kuat” yang disematkan kepada robot bertoga dan beralmamater ini. Kalau dengar kata Inovasi kok yang saya bayangkan Apple ya. Katanya orang-orang Apple merupakan inovator yang revolusioner dalam bidang teknologi, tapi logonya cuma Sebuah apel, itupun sudah hilang sebagian kecil digigit entah sama siapa.

Saya jadi berpikir apakah lema inovasi itu selalu dikaitkan dengan robot? Lalu frasa “Daya saing kuat”, memperlihatkan bagaimana UB makin larut dalam logika pasar bebas. UB menjadi pabrik intelektual semu yang memuja keefektifan dan keefisienan ala kapitalisme, menghasilkan robot-robot intelektual yang bisa dipekerjakan terus menerus. Tanpa perlu takut robot akan berserikat dan mendemo si pemilik robot.

Saya tak ada maksud menyalahkan sang kreator Brone UB. Saya juga belum tentu bisa bikin maskot sebagus Brone ini. Ya, kalau seandainya masih tetap ingin make maskot Brone ini, dan sudah pasti terpakai, wong udah diresmikan kok, ya jangan dipakein Toga sama almamater dong.

Kok saya jadi membayangkan, sarjana-sarjana bertoga yang berkumpul tiap Sabtu dan Minggu di Gedung Samantha Krida UB saya seperti melihat kumpulan robot yang siap dipakai pabrik-pabrik, kan gak enak ya.

Masa manusia disamain kayak robot. Manusia kan punya hati cuy, yang rawan retak. Robot kan gak punya. Jika saja ada lomba atau sayembara membuat logo satir tentang UB dan kebetulan saya menjadi jurinya, maka si Brone bertoga ini yang jadi juaranya.

Saran saya untuk maskot ini, lebih baik almamater dan toga yang dipakai Brone dihilangkan saja. Brone yang polosan gak pake baju bakalan lebih bagus. Alasannya? Pertama karena Brone gak mungkin malu, masa robot punya kemaluan.

Alasan kedua, Brone UB dalam bentuk polos tanpa baju, mudah diaplikasikan dan dikreasikan ulang untuk kebutuhan tertentu. Misal, UB mau mengucapkan selamat Natal. Brone bisa dipakein Topi Santa Klaus, itupun kalo gak diharamin sama anak-anak Lembaga Dakwah Kampus. Tapi hey, masa robot ikutan Sholat sih? Kan kalo wudhu nanti si Brone konslet.

Sebagai penutup, saya ingin menyimpulkan jika ingin mendapatkan logo atau maskot yang keren jangan percayakan urusan maskot dan logo kepada birokrat pemerintahan. Nanti hasilnya kayak maskot burung jadi-jadian Asian Games. Kalau mau bikin logo, desain, atau maskot keren, kekinian, dan komersil, percayakanlah kepada designer andal nan kreatif, Ahmad Yani Ali.

Penulis
sdk-men-placeholder

Fadrin Fadhlan Bya

Berkacamata dan pemakai ear hook. Banyak yang bilang mirip Sholeh Sholihun.
Opini Terkait
Pinjol ini Membunuhku: Cerita dari ITB
Budaya Toksik Pasca Sidang Tugas Akhir
Kampanye Politik di Kampus dan Dampak Undangan BEM UI
Topik

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-opini-retargeting-pixel