Paradoks Salomo: Bijak ke Orang Lain, Lalai ke Diri Sendiri

Paradoks Salomo: Bijak ke Orang Lain, Lalai ke Diri Sendiri

parodoks salomo

DAFTAR ISI

Sediksi.com – Sodik pernah nggak, sih, merasa bisa membantu masalah orang lain dan dapat menemukan titik masalahnya, tetapi berbanding terbalik dengan diri sendiri? Kalau diri sendiri kadang bingung harus menyelasaikannya dari mana dan bagaimana. Kalau iya, mungkin Sodik sedang mengalami paradoks salomo.

Paradoks salomo adalah keadaan di mana seseorang memiliki keahlian dalam memberikan saran atau nasihat terkait masalah orang lain, namun mengalami kesulitan dalam menerapkan nasihat atau saran serupa untuk mengatasi masalah pribadinya.

Hmm… sepertinya situasi ini pernah dialami oleh banyak orang, ya? Daripada kamu makin bingung dengan masalahmu sendiri, yuk, simak artikel kami yang membahas paradoks salomo di bawah ini!

Asal-Usul Istilah Paradoks Salomo

Istilah Paradoks Solomo pertama kali diperkenalkan oleh dua ahli psikologi, Igor Grossman dari University of Waterloo di Kanada dan Ethan Kross yang seorang profesor psikologi dari University of Michigan.

parodoks salomo
Learn Religions

Mereka terinspirasi oleh kisah Raja Solomon, seorang pemimpin ketiga Bangsa Israil yang memerintah pada abad ke-10 SM. Raja Solomon dikenal karena kebijaksanaannya dan banyak orang datang dari berbagai tempat untuk mendengar nasihatnya.

Meskipun dianggap bijak dalam membantu orang lain, Raja Solomon menghadapi kesulitan ketika harus membuat keputusan untuk masalah pribadinya. Kesulitan ini berdampak buruk pada kerajaannya, yang hampir hancur akibat ketidakmampuannya mengelola masalah internal.

Apa Itu Paradoks Salomo?

Paradoks Salomo adalah kecenderungan individu untuk dapat berpikir lebih bijaksana ketika menghadapi masalah orang lain daripada masalah pribadinya.

Seperti yang kita ketahui sebelumnya, Raja Salomo, pemimpin ketiga bangsa Israel, terkenal akan kebijaksanaannya dalam memberikan nasihat kepada orang lain. Sayangnya, paradoks ini tercermin dalam kenyataan bahwa meskipun mampu memberikan pandangan bijak kepada orang lain, Raja Salomo menghadapi kesulitan dalam mengelola kehidupannya sendiri yang akhirnya mengakibatkan kehancuran kerajaannya.

Penyebab Paradoks Salomo

Grossman menjelaskan bahwa Paradoks Salomo mencerminkan fenomena di mana kita cenderung menjadi lebih bijaksana saat memberikan nasihat tentang masalah orang lain, namun mengalami kesulitan saat menerapkannya pada diri sendiri. Hal ini sering terjadi karena kita mengambil posisi sudut pandang pihak ketiga, di mana kita tidak secara langsung terlibat dalam permasalahan tersebut.

parodoks salomo
Pexels: Andrea Piacquadio

Penyebab fenomena ini dapat dijelaskan dengan fakta bahwa ketika kita menempatkan diri pada posisi pihak ketiga, kita dapat melihat masalah dengan lebih objektif dan tidak terpengaruh oleh emosi dan pengalaman pribadi. Dalam uji coba lebih lanjut terhadap Paradoks Salomo, Grossman dan Kross melakukan penelitian dengan hampir 700 partisipan yang memiliki perbedaan usia yang signifikan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijaksanaan yang dimiliki oleh individu yang lebih tua atau lebih muda tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Hal ini menantang anggapan umum di masyarakat bahwa pertambahan usia secara otomatis membawa peningkatan kebijaksanaan.

Setiap orang cenderung memiliki perspektif uniknya sendiri, terutama ketika dihadapkan pada masalah pribadi, di mana sensitivitas dan kesulitan dalam pengambilan keputusan dapat dialami oleh siapa pun, tanpa memandang usia.

Sebaliknya, ketika diminta memberikan pandangan terhadap masalah orang lain, seseorang dapat lebih bijaksana karena dapat memisahkan diri dari situasi tersebut. Pemisahan ini memungkinkan pemikiran yang lebih jernih dan kemampuan untuk mengambil keputusan dengan lebih objektif.

Dalam memberikan solusi, seseorang cenderung lebih berhati-hati karena solusinya berdampak pada orang lain dan pertimbangan terhadap berbagai saran juga menjadi faktor penting.

Tips Mengatasi Parodok Salomo

Kalau Sodik sedang mengalami paradoks salomo, tips di bawah ini mungkin bisa membantumu.

Tetap Berpikir Positif

parodoks salomo
Pexels: Andrea Piacquadio

Berpikir secara jernih dan mengambil keputusan terbaik untuk masalah pribadi seperti yang kita lakukan untuk masalah orang lain dapat dimulai dengan mencoba berpikir lebih positif. Menghadapi permasalahan dengan keyakinan bahwa setiap masalah memiliki solusi adalah langkah awal yang penting.

Posisikan Dirimu Sendiri sebagai Pihak Ketiga

Salah satu cara mengatasi paradoks ini adalah dengan memposisikan diri sebagai pihak ketiga. Hal ini memungkinkan kita untuk menganalisis masalah dengan sudut pandang yang lebih objektif serta membantu dalam menemukan solusi tanpa terpengaruh oleh emosi yang mungkin muncul dalam pengalaman pribadi.

Do Action!

Terlalu larut dalam pemikiran mengenai masalah tanpa mengambil tindakan konkret tidak akan memberikan solusi. Mengidentifikasi langkah-langkah yang harus diambil dan segera mengambil tindakan merupakan langkah penting dalam menghadapi permasalahan.

Berdoa dan Minta Petunjuk

Selain berusaha secara aktif, aspek spiritual juga memegang peran penting. Berdoa dan meminta petunjuk kepada Yang Maha Kuasa dapat memberikan ketenangan batin serta membantu kita dalam menghadapi permasalahan dengan pikiran yang lebih jernih.

Menjadi Fleksibel terhadap Berbagai Kemungkinan

Menerima segala kemungkinan, termasuk kemungkinan terburuk, sambil tetap bersiap dengan solusi alternatif, adalah cara lain untuk menghadapi Paradoks Salomo. Meskipun bertentangan dengan saran untuk berpikir positif, persiapan terhadap berbagai skenario dapat membantu kita merespons dengan lebih tenang dan jernih.

Bagaimana, Sodik, sudah nggak bingung lagi dengan masalah sendiri, kan? Perlu diingat, kalau kita adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan, adanya paradoks salomo nggak berarti kalau kamu harus menyelesaikan semua masalahmu sendiri. Kamu masih bisa, kok, untuk meminta pendapat orang lain tentang masalahmu.

Cari Opini

Opini Terbaru
Artikel Pilihan

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel