Prospek Liga Arab Saudi, Akankah Bernasib Sama dengan Tiongkok?

Prospek Liga Arab Saudi, Akankah Bernasib Sama dengan Tiongkok?

Prospek Liga Arab Saudi, Akankah Bernasib Sama dengan Tiongkok?

DAFTAR ISI

Sediksi.comArab Saudi tengah mengembangkan proyek besar di bidang sepak bola. Melalui dukungan besar pemerintah lewat lembaga pengelola dana investasi negara (PIF), mereka berambisi untuk meningkatkan kualitas liga Arab Saudi serta sepak bolanya secara umum menjadi salah satu yang terbaik di dunia.

Salah satu bagian dari proyek tersebut yang tengah berjalan dan menjadi perbincangan hangat di dunia olahraga kulit bundar ialah terkait perburuan pemain-pemain top Eropa.

Pada bursa transfer musim panas ini, sejumlah pemain top Eropa mulai bergabung dengan klub-klub Arab Saudi. Karim Benzema dan N’Golo Kante diboyong Al-Ittihad. Di lain sisi, Ruben Neves dan Kalidou Koulibaly resmi bergabung ke Al-Hilal.

Gelombang pemain top Eropa yang “hijrah” ke Arab Saudi pada bursa transfer kali ini juga kemungkinan besar bertambah. Pasalnya, nama-nama pemain top Eropa lainnya juga dikabarkan segera menyusul.

Sebelum mereka, ada megabintang sepak bola dunia Cristiano Ronaldo yang bergabung ke Al-Nassr pada Januari 2023.

Dikritik Presiden UEFA

Presiden UEFA Aleksander Ceferin telah memberi komentar terkait aktivitas transfer pemain yang dilakukan oleh klub-klub Saudi Pro League (SPL).

“Saya pikir itu (pembelian pemain dari Eropa) akan menjadi sebuah kesalahan bagi sepak bola Arab Saudi. Mengapa demikian? Sebab, mereka seharusnya berinvestasi pada akademi, mendatangkan pelatih-pelatih, serta mengembangkan pemain mereka sendiri.”

“Kebijakan membeli pemain-pemain yang tengah memasuki penghujung karirnya bukanlah kebijakan pengembangan sepak bola. Ini kesalahan yang sama dengan Tiongkok, di mana mereka membeli pemain-pemain yang berada di masa penghujung karirnya,” ujar Ceferin dikutip dari ESPN.

Pendapat Ceferin tentu saja tidak sepenuhnya benar, sebab baik Chinese Football League (CFL) maupun SPL pernah mendatangkan pemain-pemain yang tengah berada di puncak karirnya (Oscar, Martinez, Teixeira, Neves).

Namun, ‘jalan pintas’ lewat pembelian nama-nama besar sepak bola dunia terbukti belum berhasil—setidaknya di Tiongkok—mendongkrak kualitas liga dan sepak bola negara yang menerapkan kebijakan tersebut.

Selain mendatangkan nama-nama besar Eropa, keseriusan Arab Saudi untuk menjalankan proyek besar pengembangan sepak bola dilakukan dengan melakukan perombakan terhadap liga mereka.

Lembaga pengelola dana investasi milik negara Arab Saudi, PIF, telah mengambil alih kepemilikan mayoritas atas 4 klub terbesar Saudi, yaitu Al-Ittihad, Al-Nassr, Al-Hilal, dan Al-Ahli. Selain mereka berempat, klub-klub lain juga akan segera mendapat dana investasi dari bisnis-bisnis yang mendapat dukungan negara.

Dikutip dari The Athletic, tujuan jangka panjangnya ialah menjadikan SPL sebagai salah satu 10 liga terbaik dunia dengan meningkatkan kualitas, profil, serta pemasukan liga. Selain itu, pengembangan stadion, kualitas broadcasting, cara pengoperasiaan klub, atau secara garis besar profesionalitas liga juga menjadi perhatian utama.

Kebijakan transfer besar-besaran yang dilakukan oleh SPL ini tentu saja mengingatkan kita pada apa yang dilakukan CSL. Namun, terkait apakah Arab Saudi akan menemui kegagalan yang sama, masih belum bisa disimpulkan sekarang.

Sebab, ada beberapa kondisi yang membuat kita tidak bisa serta-merta menyamakan kedua negara, meskipun pendekatan yang diambil agak mirip.

Iklim Sepak Bola Arab Saudi dan Tiongkok Berbeda

Prospek Liga Arab Saudi, Akankah Bernasib Sama dengan Tiongkok? - TELEMMGLPICT000317158246 trans NvBQzQNjv4BqOHNs0Y5vwBZmXiYbjSVrpLeHsZFrEmHQDi0eQN40zhg
Gambar: AFP

Dikutip dari The Athletic, Dr. Jonathan Sullivan dari Asia Research Institute Universitas Nottingham mengatakan bahwa CSL dan SPL tidak bisa disamakan karena beberapa alasan.

Pertama, meskipun kedua kompetisi sama-sama jor-joran, tapi kekuatan finansial SPL agaknya masih melebihi CSL. Selain itu, hierarki tertinggi di Arab Saudi terlihat mendukung penuh model investasi besar-besaran, meskipun motif mereka sesungguhnya belum bisa disimpulkan.

Gelagatnya bisa dilihat terkait apakah seutuhnya untuk pengembangan sepak bola Saudi, atau untuk perbaikan citra internasional, atau sebagai bagian dari kebijakan modernisasi negara.

Sebaliknya, pemerintah Tiongkok sendiri agaknya menentang model pendekatan ‘hambur-hambur uang’ seperti itu, yang akhirnya terbukti dari regulasi finansial yang mereka keluarkan.

Selain itu, menurut Sullivan, pemerintah Tiongkok sebenarnya tidak pernah mendorong model belanja besar-besaran. Aktivitas transfer klub-klub CSL saat itu lebih banyak dipengaruhi oleh para investor yang terlibat langsung dengan kompetisi tersebut.

Kedua, kultur penggemar sepak bola di Arab Saudi lebih kuat daripada Tiongkok. Situs kedutaan besar Arab Saudi menyebutkan sepak bola sebagai olahraga yang paling populer di negara mereka. Sementara itu dikutip dari Sports Brief, dalam soal popularitas, olahraga bola basket dan tenis meja masih lebih digemari ketimbang sepak bola di Tiongkok.

Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah soal kualitas tim nasional kedua negara. Arab Saudi tercatat telah lolos ke Piala Dunia sebanyak 6 kali serta menyabet gelar juara Piala Asia 3 kali. Sementara Tiongkok baru sekali lolos ke Piala Dunia dan prestasi terbaik mereka di level Asia ialah menjadi runners-up sebanyak 2 kali.

Sehingga, Sullivan menyimpulkan bahwa mungkin iklim sepak bola Arab Saudi memang lebih cocok untuk mengembangkan sepak bola ketimbang Tiongkok. Namun lagi-lagi, apakah proyek pengembangan sepak bola di Arab Saudi akan meraih hasil yang lebih baik dari Tiongkok, hanya waktu yang bisa menjawabnya.

Cari Opini

Opini Terbaru
Artikel Pilihan

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel