Sediksi.com – Penyerangan yang terjadi Selasa, 23 Mei 2023 di Belgorod, Rusia diklaim oleh warga Rusia anti-Putin. Mereka mengklaim aksi tersebut dilakukan demi membebaskan wilayah Rusia dari Vladimir Putin, Presiden Rusia.
Sebelum diketahui siapa yang bertanggung jawab atas serangan tersebut, selama tiga hari terjadi tuduh-menuduh dari pihak Rusia dan Ukraina.
Rusia menuduh Ukraina karena serangan dilakukan dari arah Ukraina. Kemudian Ukraina membantahnya dan tidak merasa memerintahkan serangan tersebut.
Peristiwa ini bagaimanapun akan menambah eskalasi konflik Rusia-Ukraina yang telah berlangsung selama lebih dari setahun.
Kerusakan akibat serangan
Menurut Komite Investigasi Rusia, target dari penyerangan ini adalah perumahan masyarakat sipil, gedung-gedung administrasi, dan infrastruktur milik sipil.
Berdasarkan pernyataan Vyacheslav Gladkov pada hari Selasa, Gubernur Belgorod tersebut menyatakan sebanyak dua rumah terbakar akibat serangan drone.
Serangan drone tersebut juga membuat sembilan warga di wilayah tersebut terluka dan dibawa ke rumah sakit.Kemudian seorang warga sipil di Kota Kozinka meninggal karena perkelahian yang terjadi di daerah lintas batas antara Rusia dan Ukraina.
Oleh karena situasi yang dirasa menjadi semakin tidak menentu, setidaknya 100 warga yang tinggal di perbatasan Rusia dievakuasi, terutama yang berada di sekitar Glotovo dan Kozinka.
Di hari selanjutnya, Vyacheslav menambahkan bahwa enam titik di kota Belgorod, bahkan seluruh kota Belgorod akan menjadi target selanjutnya.
Rusia dan Ukraina saling bantah
Setelah serangan yang terjadi pada hari Selasa tersebut, Rusia dan Ukraina saling tuduh-menuduh. Pihak Rusia menuduh karena serangan berasal dari arah Ukraina. Sedangkan pihak Ukraina membantah keterlibatannya dan menegaskan tidak memberikan komando atas serangan tersebut.
Kemudian, kelompok anti-Putin ini mengklaim mereka adalah pelaku di balik penyerangan tersebut. Mereka adalah dua kelompok paramiliter Rusia bernama Legiun Kebebasan Rusia dan Korps Relawan Rusia yang berbasis di Kyiv, Ukraina dan sudah memulai operasi ini sejak hari Minggu.
Aleksey Baranovsky, salah satu perwakilan dari kelompok paramiliter tersebut menegaskan bahwa perlawanan ini tidak akan berhenti di serangan yang terjadi beberapa hari lalu, tapi masih akan terus berlanjut hingga tujuan mereka tercapai.
Adapun tujuan kelompok ini adalah membebaskan tanah air mereka, khususnya wilayah Kozinka dan Belgorod dari Putin.
Aksi kelompok paramiliter ini mendapat dukungan dari aktivis pendukung Ukraina di media sosial. Tidak hanya itu, kelompok ini juga berada di garis terdepan dalam serangan Rusia di Bakhmut untuk mendukung Ukraina.
Setidaknya 200 warga Rusia saat ini berada di sisi Ukraina dan siap melawan tentara dari negara mereka sendiri, Rusia. Melihat hal ini, pihak pemerintah Ukraina memilih untuk tidak ikut campur dengan yang aktivitas kelompok ini.
Andriy Yusov, perwakilan intelijen dan pertahanan Ukraina menyampaikan, ”Jika di Ukraina, kelompok ini bisa disebut bagian dari tentara pertahanan dan keamanan. Di Rusia, entitas mereka bersifat independen.”
Di sisi lain, Rusia melihat aksi kelompok anti-Putin atau anti-Kremlin ini sebagai gerakan separatis karena mereka menuntut agar wilayah Kozinka dan Belgorod bisa berdiri sendiri dan keluar dari Rusia.
Oleh karenanya, tindakan tegas akan segera dilakukan oleh pihak Rusia sebelum konflik dengan kedua kelompok paramiliter tersebut meningkat dan menjadi perang saudara.
Rusia terkejut diserang oleh warganya sendiri
Rusia pastinya sudah mengetahui keberadaan kelompok anti-Putin, anti-Kremlin, anti-perang, dan sejenisnya. Mereka juga tahu tujuan dari kelompok paramiliter ini. Namun Rusia tidak punya ekspektasi aksi apa saja yang mungkin dilakukan oleh kelompok anti-Kremlin ini untuk melawan Kremlin.
Hal ini membuat Rusia perlu menindak mereka atas serangan yang telah dilakukan dan kemungkinan serangan-serangan yang akan datang. Bukan soal kekuatan kelompok paramiliter ini, tapi juga kemungkinan serangan ini menjadi hal yang memalukan bagi Presiden Putin.
Sebab, Presiden Putin selama 15 bulan memimpin invasi ini menggaungkan bahwa invasi diperlukan untuk menjaga keamanan Rusia. Padahal, kenyataannya serangan juga datang dari warga Rusia sendiri.
Baca Juga: Ketegangan Global Sebabkan Perdagangan Senjata di Inggris Meningkat, Termasuk Donor ke Ukraina
Rusia janjikan serangan balik
Respon Rusia terhadap serangan yang dilakukan oleh warga Rusia anti-Putin adalah dengan menyerang mereka lebih keras.
“Kami akan terus menanggapi aksi oleh militan Ukraina tersebut dengan cepat dan lebih keras,” ucap Sergei Shoigu, Menteri Pertahanan Rusia berjanji akan memberikan perlawanan yang lebih keras terhadap serangan lintas batas dari Ukraina.
Dari serangan balik tersebut, Sergei mengklaim lebih dari 70 warga Rusia anti-Putin atau militan Ukraina terbunuh dan sisanya sudah dipukul mundur hingga kembali ke Ukraina.