Sediksi.com – Ballon d’Or merupakan penghargaan tingkat individu paling prestis di dunia sepak bola. Jika ingin tahu siapa pesepakbola terbaik dunia saat ini, orang-orang umumnya akan merujuk pada peraih penghargaan tahunan ini. Lalu, bagaimanakah sejarah Ballon d’Or?
Penghargaan Ballon d’Or selalu menjadi perdebatan di antara para penggemar dan pengamat sepak bola. Bahkan sebelum daftar calon penerima resmi diumumkan, banyak orang yang sudah mulai membahas siapa kira-kira pemain yang akan membawa pulang penghargaan ini.
Setelah pemenang diumumkan, bukan berarti pembahasan terkait Ballon d’Or akan berhenti. Tidak sedikit yang masih akan memperdebatkan penghargaan ini. Fokus perdebatan biasanya akan berkutat pada siapa yang lebih pantas memenangkannya atau mengapa sang penerima Ballon d’Or layak memenangkannya.
Memang tak dapat dipungkiri bahwa penghargaan ini merupakan salah satu topik yang paling banyak dibahas di dunia sepak bola. Tapi, apakah banyak yang mengetahui terkait sejarah Ballon d’Or?
Nah, artikel berikut akan mencoba mengulas terkait sejarah Ballon d’Or. Simak ulasannya berikut ini.
Sejarah Ballon d’Or
Ballon d’Or atau ‘Bola Emas’ merupakan penghargaan yang diberikan kepada pesepakbola terbaik dunia tiap tahunnya. Ia sering disebut sebagai titik tertinggi pencapaian individual seorang pesepakbola.
Majalah sepak bola mingguan asal Prancis, France Football, menjadi pihak yang berada di balik penyelenggaraan Ballon d’Or. Penghargaan ini sendiri mulai diberikan secara rutin sejak tahun 1956 hingga sekarang (kecuali tahun 2020 akibat pandemi COVID-19)
Dikutip dari laman History of Soccer, editor France Football yang juga mantan pesepakbola internasional, Gabriel Hanot, beserta rekannya Jacques Ferran merupakan pihak-pihak yang pertama kali mengonsepkan Ballon d’Or.
Pemilihan pemenang sendiri awalnya ditentukan berdasarkan voting para jurnalis saja. Namun sejak 2007, para pelatih serta kapten tim nasional juga memperoleh hak voting.
Di antara tahun 2010 hingga 2015, penghargaan Ballon d’Or sempat melakukan merger dengan penghargaan Pemain Terbaik Dunia FIFA atau FIFA World Player of the Year (berdiri pada 1991) dengan nama FIFA Ballon d’Or.
Kerja sama keduanya berakhir pada 2016. Penghargaan bola emas kembali ke nama asalnya, yaitu Ballon d’Or, sementara penghargaan FIFA berganti nama menjadi The Best FIFA Men’s Player.
Pemenang Pertama
Pada pagelaran debutnya, pemain asal Inggris yang bermain untuk Blackpool FC, Stanley Matthews, terpilih sebagai peraih Ballon d’Or pertama mengungguli dua pemain Real Madrid, Alfredo Di Stefano dan Raymond Kopa.
Selain itu, Matthews juga menjadi pemain tertua sepanjang sejarah yang memenangi penghargaan ini, di usia 41 tahun.
Pemain Non-Menyerang yang Meraih Ballon d’Or
Selama 67 tahun penyelenggarannya, Ballon d’Or sering dimenangkan oleh pemain menyerang. Meskipun demikian, beberapa pemain bertahan—termasuk kiper—terhitung pernah dianugerahi penghargaan bola emas ini.
Pada 1963, penjaga gawang Uni Soviet yang bermain untuk klub Dynamo Moscow, Lev Yashin, menjadi kiper pertama—dan satu-satunya hingga saat ini—yang berhasil menyabet penghargaan Ballon d’Or.
Pada 1972, legenda Jerman, Franz Beckenbauer, menjadi pemain bertahan pertama yang meraih Ballon d’Or. Sosok berjuluk Der Kaiser ini kembali memenangkannya pada 1976.
Pada 1996, pemain Borussia Dortmund, Matthias Sammer, mengulangi pencapaian kompatriotnya tersebut sebagai pemain bertahan yang meraih Ballon d’Or.
Fabio Cannavaro menjadi pemain bertahan terakhir yang dianugerahi penghargaan ini pada 2006 menyusul keberhasilannya membawa timnas Italia menjuarai Piala Dunia.
Baca Juga: Mengapa Posisi Kiper Ikonik Banget di Rusia?
Inklusivitas Ballon d’Or
Meskipun saat ini umum dikenal sebagai penghargaan pemain terbaik dunia, sejarah Ballon d’Or menunjukkan bahwa penghargaan ini ternyata awalnya hanya diperuntukkan untuk pesepakbola terbaik benua Eropa saja.
Inilah yang mengakibatkan 2 nama, yaitu Pele dan Diego Maradona, tidak pernah sekalipun meraih penghargaan prestis tersebut, meskipun keduanya sering masuk ke dalam perdebatan pesepakbola terbaik sepanjang masa.
Hal ini baru berubah pada tahun 1995. Penghargaan bola emas akhirnya dibuat terbuka untuk para pesepakbola dari seluruh penjuru dunia. Akan tetapi, nama-nama ini tetap dikhususkan bagi mereka yang bermain di kompetisi benua biru saja.
Tahun 1995 juga menjadi kali pertama dalam sejarah Ballon d’Or di mana pemain non-Eropa berhasil memenangkannya. Pemain AC Milan asal Liberia, George Weah, menjadi pemain non-Eropa sekaligus pemain Afrika pertama—dan satu-satunya—yang meraih Ballon d’Or.
Setelahnya, nama-nama seperti Ronaldo, Rivaldo, Ronaldinho, Kaka (Brazil), serta Lionel Messi (Argentina), mengikuti jejak Weah sebagai pemain luar Eropa yang merengkuh penghargaan Ballon d’Or.
Pada 2007, sejarah Ballon d’Or kembali memasuki babak baru. Kali ini, semua pemain di semua kompetisi seluruh dunia dapat dipilih sebagai pemenang.
Meskipun demikian, sampai saat ini belum ada pemain yang berkompetisi di luar Eropa yang pernah memenangkan Ballon d’Or atau bahkan sekedar finis di 3 besar.
Neymar menjadi pemain luar kompetisi Eropa yang terhitung berhasil meraih peringkat tertinggi di daftar pendek (shortlist) Ballon d’Or. Ia berhasil finis di peringkat 10 (2011) dan 13 (2012) saat masih memperkuat Santos.
Nama-nama non-kompetisi Eropa lain yang pernah mengisi shortlist penghargaan ini, antara lain Juan Roman Riquelme (Boca Juniors/2007), Rogerio Ceni (Sao Paulo/2007), Guillermo Ochoa (Club America/2007), dan Younis Mahmoud (Al-Gharafa/2007).
Messi vs Ronaldo
Salah satu rivalitas tersengit antar dua individu dalam sejarah sepak bola ini bisa dibilang benar-benar terwujud tidak hanya di atas lapangan, namun juga dalam sejarah Ballon d’Or.
Nama Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo berturut-turut mendominasi daftar pemenang penghargaan ini selama satu dekade. Di sepanjang periode 2008-2017, keduanya sama-sama menyabet 5 Ballon d’Or.
Dominasi keduanya baru mereda setelah Luka Modric keluar sebagai pemenang Ballon d’Or pada 2018. Namun, di tahun 2019 dan 2021, La Pulga kembali membawa pulang penghargaan bola emas secara dua kali beruntun dan ia punya kans cukup besar untuk kembali meraihnya di tahun ini.
Ballon d’Or Feminin
Perjalanan sejarah Ballon d’Or memasuki babak baru pada tahun 2018. Penghargaan ini diikutsertakan dalam sepak bola perempuan dengan nama Ballon d’Or Feminin yang juga diadakan oleh majalah France Football.
Sebelumnya, ada penghargaan FIFA Women’s World Player of the Year (2001-2015) yang diberikan kepada pesepakbola perempuan terbaik dunia. Penghargaan ini kemudian berganti nama menjadi The Best FIFA Women’s Player pada 2016 dan masih terus diselenggarakan hingga saat ini.
Pemain asal Norwegia yang bermain di klub Lyon, Ada Hagerberg, menjadi pemenang pertama Ballon d’Or Feminin pada 2018. Di tahun berikutnya, pemain timnas Amerika Serikat, Megan Rapinoe, meraih penghargaan ini.
Setelah absen pada 2020, dua Ballon d’Or Feminin terakhir (2021 dan 2022) berhasil disapu bersih oleh pemain andalan Barcelona, Alexia Putellas.
Itu tadi ulasan mengenai sejarah Ballon d’Or. Penghargaan individual tertinggi di dunia sepak bola ini akan kembali digelar tahun ini. Shortlist 30 nama calon pemenang sudah resmi diumumkan. Peraih Ballon d’Or 2023 sendiri akan diumumkan pada tanggal 30 Oktober nanti. Siapa kira-kira pemenangnya?