Kontroversi Startup Greenland Jual Es Glasier ke Uni Emirat Arab

Kontroversi Startup Greenland Jual Es Glasier ke Uni Emirat Arab

greenland jual es glasier ke uni emirat arab

DAFTAR ISI

Sediksi.com – Arctic Ice, sebuah startup dari Greenland mengekspor es glasier Greenland langsung ke Uni Emirat Arab. Mereka bukan yang pertama punya ide ini, tapi Arctic Ice adalah perusahaan pertama yang berhasil mengirim 20 metrik ton es pertamanya. 

Es glasier ini dikirim ke Uni Emirat Arab untuk dicampur dengan koktail yang disajikan di bar-bar eksklusif di Dubai. Alasannya? Untuk memberikan pengalaman yang berbeda bagi pengunjung bar.

Salah satu pendirinya sudah mendapat ancaman pembunuhan

Kontroversi Startup Greenland Jual Es Glasier ke Uni Emirat Arab - image 40
Malik V Rasmussen (dok. Arctic ice)

Startup Arctic Ice sudah berdiri sejak tahun 2022 dan baru beroperasi secara efektif akhir-akhir ini setelah berhasil mengirim 20 metrik ton es pertamanya ke Uni Emirat Arab. 

Sejak itu, mereka mendapat sejumlah kritik, khususnya dari media sosial tentang bisnis yang mereka jalankan. 

Bermunculan komentar-komentar seperti, “tidakkah kalian seharusnya mengkhawatirkan dampak pemanasan global daripada menjual air gletser?” 

Kritik tidak hanya dilayangkan pada media sosial perusahaan tersebut, tapi juga akun-akun pribadi orang yang terlibat dalam bisnis ini, termasuk salah satu pendiri Arctic Ice. 

Malik V Rasmussen, salah satu pendiri Arctic Ice bahkan mengaku sudah mendapat ancaman pembunuhan di media sosialnya.

Arctic Ice klaim produknya ramah lingkungan 

Kontroversi Startup Greenland Jual Es Glasier ke Uni Emirat Arab - image 41
Kapal Arctic Ice (dok. Arctic Ice)

Menurut pernyataan Arctic Ice, mereka sudah menerapkan bisnis yang ramah lingkungan dan mengikuti nilai-nilai sosial yang ada.

Teluk-teluk yang ada di sekitar Greenland biasanya dipenuhi oleh gunung es dengan gletser yang sudah pecah dan terhubung ke lapisan es Greenland.

Kemudian Arctic Ice punya kapal khusus yang dilengkapi dengan derek, dan mereka bawa ke Nuup Kangerlua, sebuah teluk yagn berada di sekitar ibu kota Greenland, Nuuk. 

Tujuannya untuk mencari es tipe khusus yang bukan berada di bagian paling bawah ataupun atas gletser.

Berdasarkan klaim startup ini, es yang mereka panen lebih murni dan sulit ditemukan di dalam air karena sepenuhnya transparan, dan oleh penduduk setempat dikenal sebagai ‘es hitam’ karena alasan ini. 

Baru setelah menemukan bagian yang cocok, mereka akan mengambilnya dengan derek tersebut. Lalu menaruhnya di dalam peti plastik biru. 

Jika kapal sudah penuh, es tersebut kemudian dikirim kembali ke Nuuk yang sudah dilengkapi dengan peti kemas berpendingin agar suhu es tersebut terjaga selama proses ekspor. 

Tahap pertama pengiriman dari Greenland ke Denmark, Arctic Ice menggunakan jasa pengiriman perusahaan Eimskip. 

Baru kemudian menggunakan kapal lain menuju Dubai. Di Dubai, es tersebut dijual ke distributor lokal bernama Natural Ice, yang sudah berjualan es jenis lainnya di Dubai. 

Dalam tahap pertama tersebut, Arctic Ice mengklaim bahwa mereka menggunakan intensitas karbon yang rendah. 

Dengan alasan sebagian besar kontainer pengiriman berpendingin yang meninggalkan Greenland akan kosong, karena negara tersebut mengimpor lebih banyak barang beku daripada mengekspornya. 

Komitmen Arctic Ice dalam menjaga lingkungan

Arctic Ice juga menyatakan sudah berkomitmen untuk sepenuhnya netral karbon. Setelah rantai pasokan terbentuk dan jejak karbon Arctic Ice telah dihitung, semua kelebihan emisi akan dihitung dan diberi kompensasi, baik melalui penangkapan dan penyimpanan karbon, atau melalui teknologi baru yang menyedot CO2 keluar dari udara. 

“Membantu Greenland dalam transisi hijau sebenarnya adalah hal yang saya yakini harus saya lakukan,” kata Rasmussen. 

“Kami memang mempunyai agenda tersebut di seluruh perusahaan. Namun kami mungkin belum mengkomunikasikannya dengan cukup baik,” lanjutnya. 

Tujuan Rasmussen sendiri adalah menciptakan aliran pendapatan baru bagi Greenland, yang selama ini sangat bergantung secara finansial pada Denmark. 

Selama ini, Greenland bergantung pada dana hibah Denmark mencapai 55% per tahunnya.

Sehingga Arctic Ice berharap agar bisa mengantarkan Greenland memperoleh kemandirian yang lebih besar, baik secara politik maupun ekonomi.

“Di Greenland, kita memperoleh penghasilan dari perikanan dan pariwisata,” kata Rasmussen. 

“Sudah sejak lama, saya ingin kita menemukan cara lain untuk menghasilkan pemasukan,” tutupnya. 

Penduduk Greenland terbiasa mengonsumsi es gletser

Kebiasaan penduduk Greenland mengolah es gletser menjadi air siap minum sebenarnya bisa dibilang baru terbentuk puluhan tahun belakangan. 

Inovasi ini dilakukan agar penduduk Greenland yang pada tahun 2022 mempunya populasi sebanyak lebih dari 56 ribu penduduk ini bisa mengakses air minum dengan mudah dan efisien sepanjang tahun. 

Meskipun terlihat bersih dan jernih, es gletser harus dikelola dulu agar bisa dikonsumsi sebagai air minum dengan aman.

Berdasarkan artikel dari Outside Magazine tahun 2022, terdapat kotoran manusia di dalam air gletser. 

Hal ini didukung dengan temuan ahli geologi dari National Parks Service Michael Loso tahun 2012 bahwa kotoran manusia dan bakteri cenderung bertahan lebih lama di es yang tertimbun. 

Baca Juga
Topik

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel