Sediksi.com – Band punk asal Kanada, Sum 41, baru saja mengumumkan rencana bubar setelah 27 tahun aktif bermusik. Kabar ini disampaikan melalui akun-akun media sosial resmi band pada Senin (8/5/2023).
“Sum 41 akan dibubarkan. Kami masih tetap akan menyelesaikan seluruh agenda tur kami tahun ini, dan akan merilis album terakhir “Heaven and Hell,” yang nantinya akan disertai dengan tur dunia untuk merayakannya. Untuk detailnya akan diumumkan segera,” tulis akun Instagram resmi Sum 41.
Di akhir pesan, mereka menyampaikan rasa terima kasih kepada para penggemarnya. “Terima kasih untuk 27 tahun terakhir Sum 41.”
Untuk mengenang band yang sangat populer di era kejayaan musik pop-punk pada akhir 90an dan 2000an ini, berikut profil perjalanan karir Sum 41.
Profil Perjalanan Karir Sum 41
Awal Perjalanan
Sum 41 dibentuk pada 1996 di Ajax, Toronto, Kanada. Awalnya band yang dibentuk oleh dua remaja SMA Exeter, Steve Jocz dan Deryck Whibley, bersama dua orang teman lainnya, Richard Roy dan Jon Marshall, ini bernama Kaspir.
Namun, pada hari ke-41 musim panas 1996, mereka memutuskan mengganti nama band menjadi Sum 41.
Di tahun yang sama, Sum 41 menggelar konser perdana mereka dengan nama baru, yang mana dihadiri oleh Greig Nori, seorang gitaris band pop-punk, Treble Charger. Greig kelak akan menjadi manager serta produser Sum 41 hingga 2004.
Pada 1997, Jon Marshall keluar dari band, dan digantikan oleh Dave Baksh, yang juga masih satu sekolah dengan Whibley dan Jocz. Baksh, yang sebelumnya bermain di band yang terinspirasi oleh Rage Against the Machine bernama 747, mengisi posisi gitar sekaligus backing vokal Sum 41.
Pada 1998, bassis Richard Roy meninggalkan Sum 41 pasca kecelakaan yang dialaminya. Jason McCaslin, yang juga bersekolah di SMA Exeter, kemudian mengisi posisi yang ditinggalkan Roy. Whibley, Jocz, Baksh, dan McCaslin menjadi formasi inti Sum 41 yang bertahan hingga 2006.
Di tahun ini, Whibley dkk. juga mulai merekam beberapa demo tape yang dikirimkan ke perusahaan-perusahaan rekaman dengan harapan mendapatkan kontrak.
Setahun kemudian, Sum 41 resmi menandatangani kontrak dengan Island Records.
Pada Juni 2000, di bawah naungan anak perusahaan Island dan Aquarius, Big Big Records, Sum 41 merilis EP pertama mereka yang berjudul Half Hour of Power. Dari sini, Sum 41 mulai meniti karir ke tingkat selanjutnya. Mereka juga mulai tampil di beberapa acara Warped Tour.
All Killer No Filler (2001)
Dalam mempersiapkan album debut, Sum 41 merekrut Jerry Finn, seorang produser yang sudah berpengalaman dengan berbagai album hits, macam Dookie (Green Day), …And Out Come the Wolves (Rancid), Enema of the State (Blink-182), dan lain-lain.
Pada tahun 2001, Whibley dkk. meraih popularitasnya lewat album debut mereka All Killer No Filler yang dirilis pada bulan Mei. Album ini sempat mencapai ranking 13 Billboard serta ranking 9 Canadian Album Chart. Sementara itu, single andalan album ini “Fat Lip”, sempat bertengger di urutan 1 US Modern Rock chart.
Selain itu, hit-hit lain seperti “In Too Deep” dan “Motivation” juga berhasil menembus Modern Rock chart.
All Killer No Filler berhasil meraih sertifikat platinum di Amerika Serikat dan Inggris, triple platinum di Kanada, serta gold di Jepang.
Sum 41 kemudian beberapa kali tampil sebagai pembuka band-band ternama, seperti Blink-182, the Mighty Mighty Bosstones, Offspring, dan Social Distortion.
Does This Look Infected? (2002)
Pada November 2002, band merilis album kedua yang juga meraih kesuksesan, Does This Look Infected? Ian Gormely dalam situs Exclaim! menyebut album ini lebih berat, baik secara tema maupun musik, dari pendahulunya. Lirik-liriknya banyak yang membahas berbagai isu sosial, mulai dari HIV dan penyalahgunaan zat-zat adiktif, hingga perang.
Meskipun secara penjualan masih lebih rendah dari All Killer No Filler, album ini berhasil mencapai ranking 32 Billboard 200. Beberapa singlenya seperti “Still Waiting” dan “Hell Song” masing-masing berhasil menembus peringkat 7 dan 13 chart Alternative Songs.
Baca Juga: Menjadi Jomblo Idealis Seperti Morrissey
Chuck (2004)
Pada 2004, manager Greig Nori dipecat. Di tahun ini juga Sum 41 merilis album Chuck, sebagai tribut kepada Charles “Chuck” Pelletier, seorang anggota penjaga perdamaian asal Kanada. Pelletier sendiri berperan membantu proses evakuasi para member Sum 41 serta beberapa orang lainnya yang terjebak pada sebuah hotel di wilayah Republik Demokratik Kongo yang saat itu tengah dilanda konflik.
Kunjungan mereka ke Republik Demokratik Kongo sendiri merupakan bagian dari agenda War Child Canada yang bertujuan mendokumentasikan keadaan pasca perang saudara di negara tersebut.
Album Chuck sendiri berhasil menembus peringkat 2 Canadian album charts dan duduk di peringkat 10 Billboard 200. Lagu “We’re All To Blame” sempat menduduki peringkat 10 Alternative Airplay chart, sementara “Pieces” berhasil mencapai berbagai top chart di Kanada.
Pada 2006, gitaris Dave Baksh meninggalkan Sum 41 dan membentuk band baru bernama Brown Brigade. Gitaris Gob, Tom Thacker, direkrut untuk mennggantikan posisi Baksh sementara. Pada tahun ini juga vokalis Deryck Whibley menikah dengan penyanyi idola remaja, Avril Lavigne.
Underclass Hero (2007)
Pada Juli 2007, Sum 41 merilis album Underclass Hero. Album ini merupakan album pertama band sebagai trio. Terkait album ini, dikutip dari laman Exclaim!, Whibley mengatakan bahwa ia ingin menciptakan album punk rock paling artistik.
Underclass Hero sendiri membahas isu-isu terkait agama, penyalahgunaan obat-obat terlarang, serta hubungan Whibley dengan ayahnya.
All the Good Shit: 14 Solid Gold Hits, 2000-2008 (2009)
Pada 2009, album kompilasi hits-hits Sum 41 dirilis dengan judul All the Good Shit: 14 Solid Gold Hits, 2000-2008. Selain itu, masih di tahun yang sama, Tom Thacker resmi menjadi member tetap, dan Whibley berpisah dengan Avril.
Screaming Bloody Murder (2011)
Dua tahun berselang, album Screaming Bloody Murder dirilis pada bulan Maret. Album ini menembus peringkat 9 di Kanada dan 31 di Billboard 200. Selain itu, lagu “Blood In My Eyes” dalam album ini masuk nominasi Best Hard Rock/Metal Performance pada pagelaran Grammys Awards.
Pada 2013, drummer Steve “Stevo” Jocz meninggalkan Sum 41 dan kemudian menjadi makelar di area Palm Springs. Setahun kemudian, Deryck Whibley mengalami gagal ginjal dan liver serta pendarahan internal dan muntah darah, yang disebabkan oleh kebiasaan mengonsumsi alkohol secara berlebihan selama bertahun-tahun. Ia sempat koma selama tiga hari.
Pada 2015, pasca menjalani pemulihan, Whibley kembali perform bersama band. Posisi Jocz kali ini diisi oleh drummer Frank Zummo. Selain itu, gitaris Dave Baksh mengumumkan comeback ke Sum 41.
13 Voices (2016)
Pada Oktober 2016, album 13 Voices yang membawa warna hard-rock yang lebig agresif dirilis. Album ini sendiri didahului dengan perilisan single berjudul “Fake My Own Death”. 13 Voices langsung menempati peringkat 6 chart album Kanada dan 22 pada Billboard 200.
Album ini menjadi yang pertama bagi Sum 41 tanpa diperkuat Jocz dan yang pertama bagi Baksh sejak 2006.
Order in Decline (2019)
Pada 2019, album studio ketujuh mereka berjudul Order in Decline dirilis. Album ini diproduseri oleh Whibley dan dirilis di bawah payung Hopeless Records. Dalam sebuah review di situs Kerrang!, album ini dianggap melanjutkan perubahan arah musik Sum 41 yang beranjak dari pop-punk, yang dimulai dari album Screaming Bloody Murder pada 2011.
Order in Decline melanjutkan perubahan arah musiknya lewat dinamika musik rock bernuansa punk dengan metal sebagai fondasinya.
Heaven and Hell (TBA)
Pada Maret 2022, band mengumumkan rencana perilisan album studio kedelapan berjudul Heaven and Hell. Dikutip dari Blabbermouth, Whibley dalam sebuah wawancara mengatakan bahwa album ini akan menggabungkan aspek ‘heaven’ (nuansa pop-punk) dan ‘hell’ (nuansa metal) dari Sum 41.
Akan tetapi, sebelum album ini resmi rilis, Sum 41 keburu mengumumkan rencana pembubaran band setelah final tour mereka untuk merayakan album Heaven and Hell.
Demikian ulasan perjalanan karir Sum 41, band legendaris asal Kanada yang telah menjadi salah satu ikon musik pop-punk, khususnya pada era 2000an.
Bagi para skumfuks, yang tumbuh mendengarkan band ini di era tersebut hingga sekarang, pasti sudah tidak asing dengan beberapa tembang andalan seperti, Fat Lip, In to Deep, Motivation, Still Waiting, Pieces, The Hell Song, We’re All to Blame, Walking Disaster, Underclass Hero, With Me, Screaming Bloody Murder, Faked My Own Death, dan masih banyak lagi.
Nah, untuk mengenang lagi perjalanan 27 tahun band legendaris satu ini, yang mungkin dapat sekaligus membawa kalian bernostalgia, memutar kembali lagu-lagu Sum 41 favorit kalian sambil membaca artikel ini sepertinya merupakan pilihan yang tepat.
Thank u for ur music, Sum 41.
Baca Juga: Sandiwara Cinta Para Penguasa