Jalan Panjang Karir Will Still: Dari Pelatih di Game Football Manager Sampai Jadi Pelatih di Liga Top Eropa

Jalan Panjang Karir Will Still: Dari Pelatih di Game Football Manager Sampai Jadi Pelatih di Liga Top Eropa

Jalan Panjang Karir Will Still
Image by Sediksi/Ahmad Yani Ali

Karir Still saat ini bisa dibilang baru dimulai dan cukup mengesankan untuk ukuran pelatih muda. Banyak orang menilainya punya potensi jadi pelatih top. Sehingga patut ditunggu, will Will Still still continue his success?

Para penggila game Football Manager (FM) barangkali punya pembelaan saat orang-orang menyindir bahwa memainkan gim simulasi menjadi pelatih sepak bola itu buang-buang waktu belaka. Kisah Will Still rupanya bisa jadi tameng yang tepat untuk menagkalnya.

Will Still, pelatih muda berusia 30 tahun, belakangan jadi buah bibir karena pencapaiannya di Stade de Reims, klub sepak bola di kasta tertinggi liga sepak bola Prancis. Bukan cuma itu, orang-orang juga membincangkannya karena ia punya hubungan unik dengan FM.

Still memang pernah memainkan gim itu, tetapi ia juga tahu bahwa FM belaka tak bakal membuatnya jadi pelatih sepak bola professional. Ia tahu sepak bola di dunia gim simulasi tak pernah sama dengan kenyataan.

FM barangkali hanyalah satu dari sekian banyak usaha yang ditempuhnya untuk memahami sepak bola. Ia tahu tujuan sekaligus cara mewujudkan impiannya jadi pelatih professional.

Siapa Will Still?

William Still lahir di Braine-l’Alleud, Belgia pada 14 Oktober 1992 dari orang tua berkebangsaan Inggris. Still tumbuh besar di kawasan berbahasa Prancis, Walllon Brabant, dan masuk ke akademi sepak bola Sint-Truiden dan Mons. Dia sempat menembus tim reserve Mons dan juga sempat bermain untuk klub amatir, Tempo Overijse.

Di usia 17 tahun, Still pergi ke Inggris dan belajar menjadi pelatih sepakbola di Myerscough College, Preston. Di sini, dia sempat mencicipi pengalaman sebagai pelatih pada tim U14 Preston North End saat mengikuti program magang kuliah.

Setelah menyelesaikan kuliah, Still kembali ke Belgia untuk mengadu nasib. Kecintaannya pada sepak bola membuatnya sama sekali tidak berpikir untuk mencari pilihan karir di bidang lain. Dia paham kalau pekerjaan dalam dunia sepakbola tidak melulu sebagai pelatih atau pemain.

“Ada banyak hal lain yang bisa dikerjakan dalam sepakbola selain sebagai pemain. Anda bisa menjadi analis video, pencari bakat, fisioterapis, pelatih fisik, atau apapun,” ungkap Still.

Still siap diserahi tugas apa saja, selama tidak jauh-jauh dari lapangan dan si kulit bundar. Resiliensi macam itulah yang membuatnya tetap bertahan.

Videografer yang Terobsesi dengan Sepak Bola

Di Belgia, Still mencoba melamar pekerjaan ke beberapa klub profesional. Mulanya, ia tak begitu mujur dan mesti merasakan pahitnya berulang kali ditolak di sana-sini.

Segalanya tampak mulai cerah saat Yannick Ferreira, pelatih Sint-Truiden yang saat itu berada di divisi 2 liga Belgia, menawarinya sebagai videografer. Dia ditugasi merekam pertandingan calon lawan Sint-Truiden, mengklip bagian-bagian penting, serta memberikan feedback terkait pertandingan tersebut.

“Saya pergi merekam pertandingan calon lawan di antah berantah, kemudian mengklip hasil rekaman dan melakukan analisa. Sepertinya saya menonton rekaman tersebut sebanyak 26 kali karena saya ingin membuktikan bahwa saya bisa membaca jalannya pertandingan.”

Ferreira agak terkejut dengan hasil kerja Still dan tertarik untuk memberinya magang sebagai analis video di klub yang pernah ia bela semasa kecil.

Pada tahun 2015, Still mengikuti Ferreira pindah ke Standard Liege, salah satu klub top di Belgia. Namun, setahun kemudian, Ferreira dipecat. Setelahnya, ia pergi ke Lierse pada April 2017 sebagai analis video merangkap pencari bakat.

Standard Liege kembali merekrutnya pada Juni 2017 sebagai analis video. Tetapi, ia hanya bertahan 2 hari sebab gagal mencapai kesepakatan kontrak. Lierse kembali menampungnya sebagai analis video sekaligus asisten pelatih.

Jalan Ganjil Karir Kepelatihan Will Still

Lierse sedang limbung dan pelatih kepala Frederik Vanderbiest dipecat, dan kemudian mengangkat Will Still yang masih 24 tahun sebagai pelatih sementara (caretaker).

Tak dinyana, Lierse yang terancam degradasi,malah meroket di bawah komando Still. Dari 8 pertandingan, Still dan Lierse hanya kalah sekali dan menang 7 kali secara beruntun.

Sayangnya, ia tak bisa melanjutkan jabatannya karena terganjal aturan. Seorang pelatih setidaknya mesti memiliki lisensi kepelatihan UEFA Level A untuk menangani tim lebih dari 60 hari. Ia kemudian kembali jadi asisten pelatih.

Menjelang musim 2018/2019, Still direkrut menjadi asisten pelatih merangkap analis video Beerschot. Di musim itu, Beerschot berhasil meraih promosi ke divisi teratas liga Belgia.

Selang beberapa tahun kemudian, pada Januari 2021, Still ditunjuk jadi pelatih kepala Beerschot setelah pelatih sebelumnya, Hernan Losada, pindah ke klub Amerika Serikat, D.C. United. Still berhasil membawa Beerschot finis di peringkat 9 liga Belgia pada musim 2020/2021.

Akan tetapi, Beerschot memutuskan mengganti Still dengan pelatih lain yang mereka anggap lebih berpengalaman untuk musim selanjutnya. Pemilik klub sebenarnya masih ingin mempertahankan Still dan menunjuknya sebagai asisten pelatih.

Kali ini, Still cukup percaya diri dengan kecakapannya menangani klub. Ia merasa akan sulit menghadapi situasi di mana dia lagi-lagi menjadi asisten pelatih setelah pencapaian impresif di musim 2020/2021.

Stade de Reims datang pada saat yang tepat. Klub Prancis itu menawarinya jadi asisten pelatih. Tentu kali ini berbeda, sebab liga Prancis merupakan satu dari lima liga top di Eropa. Still tak mau menyia-nyiakannya dan menyambar tawaran Reims untuk jadi asisten Oscar Garcia di musim 2021/2022.

Still juga makin yakin bahwa jalan yang ia tempuh ini akan mengantarnya jadi pelatih professional. Ia mengambil kursus kepelatihan UEFA Level A di Belgia.

Bolak-balik Prancis-Belgia dua kali dalam sepekan membuatnya kelelahan. Maka ia kembali ke Standard Liege untuk sekali lagi jadi asisten pelatih mereka sembari menuntaskan kursusnya.

Beruntung Reims masih berkenan menerimanya kembali setelah ia mengantongi lisensi kepelatihan UEFA Level A. Tak lama setelah musim 2022/2023 berjalan, pada Oktober 2022, Garcia dipecat karena Reims hanya sanggup meraih 8 poin dari 10 pertandingan. Untuk kali ketiga dalam karirnya, ia ditunjuk jadi pelatih sementara.

Reims mempermanenkan Still sebagai pelatih kepala setelah mereka tak pernah tumbang dalam lima laga. Di usia 30 tahun, Still jadi pelatih termuda di 5 liga top Eropa saat belum mengantongi lisesi kepelatihan UEFA level Pro.

Aturan UEFA mewajibkan semua pelatih di kasta tertinggi liga sepak bola mesti mengantongi lisensi UEFA Pro. Tanpa lisensi itu, klub dikenai denda 25 ribu Euro atau lebih dari 400 juta Rupiah di tiap pertandingan. 

Reims rupanya tak keberatan dengan denda itu sebab apa yang dipersembahkan Still melampaui apa yang mereka harapkan.

Per 20 Maret 2023, sejak dilatih Still, Reims baru kalah 2 kali dari 21 pertandingan di semua ajang. Catatan itu termasuk 2 kali menahan imbang tim bertabur bintang Paris Saint-Germain (PSG). Jangankan mengalahkan, mengimbangi PSG saja sudah luar biasa untuk semua klub di Prancis.

Pencapaian gemilang bersama Reims ini yang kemudian membuat Still banyak diperbincangkan. Dia tidak pernah merasakan pengalaman sebagai pemain profesional. Dia bahkan belum memiliki lisensi kepelatihan UEFA Pro. Namun, itu semua bukan penghalang baginya untuk mencapai levelnya saat ini.

“Jika sesorang di masa lalu berkata kepada saya bahwa suatu saat nanti, di umur 30 tahun saya akan menjadi pelatih dari sebuah keseblasan di Ligue 1, saya akan menyuruhnya menonjok wajah saya, karena apa yang dia katakan betul-betul konyol,” ungkap Still saat mengingat kembali perjalanan karirnya.

Will Still dan Football Manager

Dalam wawancaranya dengan The Coaches’ Voice, Still tahu FM tak bakal membuatnya jadi pelatih profesional, tetapi apa yang ia pelajari dari FM punya dampak pada karirnya saat ini.

Still mengenal FM saat masih bocah 9 tahun. Orangtuanya tak mengizinkan anak-anaknya memiliki konsol PlayStation di rumah. Ia tak kehabisan akal untuk memainkan gim sepak bola, dan bersama saudaranya memainkan gim di komputer. FM jadi pilihannya waktu itu.

Semasa kuliah, FM juga masih ia mainkan. Dalam wawancara di acara TalkSport, ia mengaku menghabiskan waktu bermain FM hingga kadang tak menyadari jika hari sudah berganti.

Bagi Still sensasi yang ditimbulkan saat bermain FM juga tidak jauh berbeda dengan yang dia rasakan secara langsung di lapangan.

“Kemenangan di kandang melawan Nantes membuat saya merasa sangat senang, begitu juga saat memenangkan liga di Football Manager, saya duduk di kursi dengan perasaan bangga. Kedua pengalaman itu terasa sangat mirip.”

Karir Still saat ini bisa dibilang baru dimulai dan cukup mengesankan untuk ukuran pelatih muda. Banyak orang menilainya punya potensi jadi pelatih top.

Soal ambisinya berikutnya, ia akan mengikuti ke mana arah angin membawanya sembari menambahkan, “bocah kecil dalam diri saya akan menjawab melatih West Ham United suatu hari nanti, sebagai seorang penggemar West Ham, atau memenangkan Liga Champions akan menjadi suatu hal yang luar biasa.”

Sehingga patut ditunggu, will Will Still still continue his success?

Editor: Rifky Pramadani J. W.
Penulis
Gatra Nusantara

Gatra Nusantara

Bakul kopi Omah Diksi yang banyak menulis soal sepak bola di Sediksi.
Opini Terkait
Topik

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-opini-retargeting-pixel