Tragedi Terbaliknya Kapal Imigran di Yunani Seharusnya Bisa Dicegah

Tragedi Terbaliknya Kapal Imigran di Yunani Seharusnya Bisa Dicegah

79 orang tewas pada tragedi kecelakaan kapal di Yunani

DAFTAR ISI

Sediksi.com – Hanya jika penjaga pantai Yunani segera melakukan tindakan penyelamatan sebelum kapal imigran itu terbalik, tragedi ini tidak akan terjadi.

Pada 14 Juni, kapal penangkap ikan yang ditumpangi imigran menuju Eropa terbalik di lepas pantai selatan Yunani. Dari kejadian itu, 104 orang selamat sedangkan 500 lainnya diperkirakan tewas atau hilang di laut.  

Investigasi gabungan dilakukan untuk menyelidiki penyebab tragedi

Tragedi Terbaliknya Kapal Imigran di Yunani Seharusnya Bisa Dicegah - 2944
Rekonstruksi kejadian dilakukan mengunakan model 3D (Dok.Forensis)

Hasil dari investigasi terhadap tragedi ini menunjukkan bahwa penjaga pantai Yunani bertanggung jawab atas tenggelamnya kapal imigran tersebut.

Investigasi dikerjakan oleh reporter dan peneliti dari The Guardian (media Inggris), ARD/NDR/Funk (penyiar Jerman), Solomon (media Yunani), dan lembaga penelitian Forensis.

Penyelidikan dilakukan dengan mewawancarai 20 penyintas tragedi dan analisis terhadap dokumen pengadilan serta pemaparan dari penjaga pantai secara langsung.

Berdasarkan pernyataan beberapa penyintas tragedi, upaya penjaga pantai untuk menarik kapal tersebut lah yang menyebabkan tenggelam. Pernyataan ini bertentangan dengan penyangkalan penjaga pantai terkait upaya menarik kapal.

Tim investigasi kemudian memanfaatkan model 3D interaktif yang dibuat oleh Forensis untuk merekonstruksi kejadian tersebut.

Upaya tersebut dilakukan untuk menunjukkan apa saja yang terjadi dari sebelum hingga sesudah kapal tenggelam. Sehingga bisa mengungkap penyebab terbaliknya kapal dan banyaknya korban jiwa.

Dari rekonstruksi tersebut, terungkap bahwa kapal yang datang dari Libya tersebut bergerak ke barat setelah bertemu kapal penjaga pantai Yunani.

Sedangkan dalam pernyataan resmi penjaga pantai Yunani sebelumnya, mengatakan bahwa kapal imigran langsung belok setelah bertemu kapal penjaga pantai.

Hasil investigasi juga menunjukkan upaya penjaga pantai menarik kapal untuk yang kedua kalinya, yang menurut pernyataan penyintas justru menjadi penyebab tenggelamnya kapal. 

Kesaksian para penyintas dan dokumen pengadilan mendukung penemuan itu karena adanya bukti tali dan tindakan penarikan kapal.

Sayangnya, dikarenakan ketiadaan bukti visual, situasi pasti yang menyebabkan tenggelamnya kapal tidak bisa dibuktikan. Beberapa penyintas tragedi mengatakan mereka sudah merekam video sebelum kapal tenggelam, tapi ponsel mereka disita oleh pihak berwajib.

Dengan minimnya dokumentasi video yang bisa digunakan sebagai bahan bukti, tim investigasi juga menjadi mencurigai para penjaga pantai yang bertugas pada waktu itu.

Sebab, kapal patroli yang digunakan dan baru didapat dari pendanaan Uni Eropa (UE) tersebut dianggap seharusnya sudah merekam kejadian sesuai pedoman Frontex, badan manajemen pengawas pantai dan batas negara UE.

Nyatanya, dokumentasi operasi pada kamera termal tersebut sangat kurang. 

Ketika penjaga pantai diminta keterangan soal ketiadaan dokumentasi operasi penyelamatan, mereka beralasan para kru sibuk dan fokus pada operasi penyelamatan.

Tapi seorang penjaga pantai lainnya mengatakan secara anonim bahwa kamera selalu nyala secara otomatis dan sudah di posisi yang tepat untuk menangkap kejadian.

Tim investigasi menuntut transparansi penyelidikan

Para penjaga pantai Yunani adalah salah satu tokoh kunci yang bisa menjawab kebenaran tragedi ini. 

Satu bulan setelah kejadian, rupanya kemauan mereka untuk menyeriusi kasus ini sangat rendah. 

Bagaimanapun, tekanan terhadap mereka dan Frontex dari berbagai organisasi kemanusiaan untuk menyelesaikan masalah dan memastikan akuntabilitas semakin meningkat.

Sementara itu, para penyintas tragedi dan keluarga korban masih mencari jawaban. Organisasi hukum yang mewakili penyintas telah melaporkan kesaksian mereka, yang berbeda dengan pernyataan penjaga pantai sebelumnya kepada jaksa pengadilan.

Penyintas: kalau mereka tidak menginginkan imigran ilegal, deportasi kami, tapi jangan tenggelamkan kami

Ahmed Farouq, salah satu penumpang selamat yang kehilangan anaknya karena tenggelamnya kapal. 

Terkait dugaan upaya penarikan kapal, warga negara Pakistan ini mengatakan, “mereka ingin kita tenggelam. Kenapa mereka tidak menyelamatkan orang lebih dulu? Kalau mereka tidak menginginkan imigran ilegal, deportasi kami, tapi jangan tenggelamkan kami.”

Mereka yang selamat dari tragedi ini mengaku bukan imigran ilegal seperti tuduhan pihak berwajib Yunani. Saudara salah satu penyintas yang tertuduh sebagai penyelundup migran bahkan mengaku membayar 49 juta rupiah untuk naik kapal tersebut.

Setelah operasi penyelamatan, sembilan orang Mesir ditangkap atas tuduhan pembunuhan tanpa disengaja, menyebabkan kerusakan kapal, dan penyelundupan migran, yang kemudian dibantah.

Selain itu, pihak berwajib Pakistan mengatakan bahwa setengah dari perkiraan total 750 penumpang kapal tersebut adalah orang Pakistan yang akan bermigrasi ke Italia. 115 di antaranya berasal dari Gujranwala, daerah bagian timur Pakistan yang dikenal sebagai penghasil padi dan kapas, tapi juga paling terdampak oleh krisis ekonomi Pakistan.

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel