Sediksi.com – Setelah Rusia menarik diri dari perjanjian ekspor biji-bijian minggu lalu, harga bahan pangan global naik (18/7).
Tindakan sabotase pangan Rusia tidak hanya sampai situ, mereka juga menghancurkan gudang gandum milik Ukraina di Sungai Danube yang akan diekspor ke berbagai negara pada Senin dini hari (24/7).
Menteri Luar Negeri Ukraina minta masyarakat global segera sikapi invasi Rusia
“Rusia mencoba mendapatkan konsesi dengan cara menyandera 400 juta orang. Saya mendesak semua negara, terutama di Afrika dan Asia yang paling terpengaruh oleh kenaikan harga pangan, untuk bersatu melawan terorisme pangan,” tulis Dmytro Kuleba, Menteri Luar Negeri Ukraina di Twitter seusai kejadian pada hari Senin.
Senin dini hari, drone Rusia diluncurkan selama empat jam menyerang Pelabuhan Reni dan Izmail yang terletak di Pelabuhan Danube, Ukraina.
Serangan tersebut menghancurkan gudang gandum dan fasilitas lainnya yang kemudian dinilai sebagai upaya Rusia mencekik peran Ukraina yang merupakan salah satu pengekspor gandum terbesar di dunia.
Menurut pernyataan pihak Ukraina, 15 drone berjenis Shahed-136 diluncurkan dan melukai enam orang.
Tidak tanggung-tanggung, ledakan yang terjadi pelabuhan tersebut hanya berjarak 5 km dari batas wilayah dengan Rumania, salah satu negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Oleh Kiper, Gubernur Odesa, ikut mengomentari kejadian tersebut melalui sebuah stasiun TV Ukraina karena kedua pelabuhan tersebut berada dalam wilayah pemerintahannya, “Rusia berusaha memblokir sepenuhnya jalur ekspor gandum kami dan membuat seluruh dunia kelaparan.”
Kota Odesa sendiri merupakan target serangan Rusia selama seminggu belakangan setelah sebelumnya dikira konflik menurun karena pasukan Rusia terlihat tidak menunjukkan aktivitas.
Rupanya Rusia justru melancarkan serangan setiap hari sejak 18 Juli dan menargetkan berbagai infrastruktur di Odesa.
Dalam serangan paling parah minggu ini, Russia tidak hanya menghancurkan gudang gandum yang merupakan produk penting bagi Ukraina tapi juga rudalnya telah menghancurkan katedral di Odesa pada hari Minggu (23/7).
Yaitu Katedral Transfigurasi, gereja ortodoks dan salah satu katedral tua di Ukraina yang dilindungi oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) dan sudah dikategorikan sebagai situs warisan dunia yang terancam.
Dampak kerusakan gudang gandum Ukraina
Menurut pernyataan polisi di sekitar, gudang tempat penyimpanan gandung dihancurkan oleh Rusia, tank yang digunakan untuk menyimpan kargo jenis lainnya juga dirusak.
“Kebakaran yang terjadi di salah satu tempat produksi juga akhirnya sudah dipadamkan,” ucapnya.
Dengan kerusakan yang besar ini, Ukraina pun gagal mengekspor gandum tersebut. Adapun tujuan ekspor Ukraina adalah negara-negara berkembang di Asia dan Afrika.
Ketika infrastruktur di sepanjang Sungai Danube rusak, maka hilanglah rute alternatif yang penting bagi kelancaran ekspor biji-bijian Ukraina.
Pihak Kyiv kemudian mengatakan bahwa serangan ini adalah salah satu upaya Rusia memperluas kekuasaannya setelah menarik diri dari perjanjian biji-bijian.
Dampak dari keputusan Rusia tersebut, Ukraina tidak bisa mengakses Laut Hitam sejak 17 Juli yang selama ini digunakan sebagai jalur untuk mengekspor biji-bijian.
Perjanjian biji-bijian ini sendiri meliputi ekspor yang di antaranya gandum, jelai, jagung, dan minyak bunga matahari.
Oleh karenanya, kerusakan infrastruktur di Danube berarti semakin mengurangi kapasitas pelabuhan Odesa hingga lebih dari 50% karena pada dasarnya, daerah ini merupakan daerah dengan perairan dangkal.
Harga bahan pangan melonjak utamanya di negara berkembang
Harga gandum sudah melonjak hingga 14% sejak Rusia mengundurkan diri dari perjanjian biji-bijian. Sedangkan harga jagung naik hingga lebih dari 10%.
“Baik Rusia maupun Ukraina memiliki peran penting dalam keamanan pangan global,” ucap Antonio Guterres, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam pidatonya di acara tiga hari pertemuan pangan di Roma pada hari Senin.
Untuk menstabilkan aliran ekspor ke negara-negara berkembang terutama Afrika dan Timur Tengah, PBB dan Turki ikut mengintervensi.
Penarikan Rusia dari perjanjian ini bahkan ikut membuat kesal sekutunya, Tiongkok dan negara-negara berkembang yang bergantung pada ekspor gandum atau biji-bijian lainnya untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyat mereka.