Bagaimana Cara Membentuk Perilaku Asertif?

Bagaimana Cara Membentuk Perilaku Asertif?

perilaku asertif

DAFTAR ISI

Tahukah kamu apa itu asertif? Sebelum mengetahui makna dari perilaku asertif, kita terlebih dahulu perlu mengenal beberapa perilaku seseorang berdasarkan kontrol diri. Perilaku-perilaku tersebut, antara lain pasif, agresif, pasif-agresif, dan asertif.

Seseorang dengan perilaku pasif cenderung menghindari konflik dalam kehidupan. Ia akan menyetujui sesuatu meski pun hal tersebut bertentangan dengan kemauannya. Bahkan, orang yang pasif akan tetap diam meski pun dihadapkan dengan suatu keadaan yang mengesalkan.

Lain lagi dengan orang yang memiliki perilaku agresif. Seseorang yang agresif akan berusaha memegang kendali dalam suatu keadaan. Bahkan orang dengan perilaku ini tak segan untuk melakukan intimidasi untuk memperoleh sesuatu yang ia inginkan.

Ada lagi, perilaku pasif-agresif yang bisa dibilang merupakan kombinasi dari dua perilaku di atas. Seseorang dengan perilaku ini acap kali dianggap munafik, karena tak berterus terang dengan apa yang mereka lakukan. Memiliki perilaku ini, seseorang akan berusaha memegang kendali, tapi tak ingin terlibat konflik.

Baca Juga: Yang Bisa Kita Pelajari dari Negative Self Talk Anna Sasaki dalam “When Marnie Was There”

Selain tiga perilaku di atas yang memiliki kesan negatif, ada satu perilaku yang dapat kita terapkan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Perilaku yang tepat untuk berkomunikasi dengan orang lain adalah perilaku asertif. Apa itu perilaku asertif?

Asertif adalah suatu kemampuan untuk menyampaikan pemikiran dan perasaan pada orang lain dengan kontrol diri yang baik, tanpa maksud melukai lawan bicara. Bisa dibilang perilaku ini adalah perilaku paling ideal dalam berkomunikasi dengan seseorang. Berikut adalah beberapa cara untuk berperilaku asertif.

Kiat Membentuk Perilaku Asertif

1. Memahami Diri Sendiri

Cara pertama untuk berperilaku asertif adalah dengan memahami diri sendiri. Ketika dihadapkan dalam suatu keadaan, kita sebaiknya memahami tanggapan diri sendiri terhadap keadaan tersebut. Apakah kita suka, setuju, atau tidak.

Dengan memahami diri sendiri, maka akan lebih mudah dalam mengungkapkan pemikiran dengan percaya diri. Selain itu, hal ini juga melatih diri kita dalam berpikir dan mengambil keputusan. Sehingga, kita tidak akan merasa menyesal dengan segala risiko yang terjadi atas pilihan yang kita tentukan.

2. Berani Berkata Tidak

Banyak sekali orang yang tidak berani atau tidak tega berkata tidak atas permintaan atau pertanyaan orang lain. Padahal, dalam hati kita benar-benar menolak dan tidak menyukai apa yang telah dikatakan atau diperbuat.

Jika kamu adalah salah satu orang yang memiliki sifat tersebut, mulai saat ini berani-lah berkata tidak. Pahami bahwa diri kamu sepenuhnya adalah milik kamu sendiri.

Kamu memiliki hak untuk menolak atau menerima setiap hal yang ditawarkan oleh orang lain. Berkata tidak bukan berarti kita telah melakukan kejahatan dan menyakiti orang lain. Lakukan penolakan atas hal yang tidak kamu sukai dengan sopan.

Kita juga perlu paham bahwa penolakan ini tidak dimaksudkan untuk melukai orang lain, melainkan hasil keputusan yang diambil secara sadar. Jangan merasa bersalah atas penolakan yang dilakukan, karena hal itu justru akan membuat kita menjadi goyah.

3. Mengungkapkan Pemikiran Secara Tegas

Dari pada merasa bersalah dan tampak tidak yakin ketika mengungkapkan suatu keputusan dan pemikiran, lebih baik kita mengungkapkannya secara tegas dan sopan.

Kecil kemungkinan orang lain akan mendesak kita kembali jika dinyatakan secara tegas. Sebaliknya, mereka akan belajar menghargai pendapat orang lain. Selain itu, cobalah untuk menyesuaikan kalimat, ekspresi, dan bahasa tubuh yang dilakukan ketika mengungkapkan sesuatu.

Dalam hal ini, kita harus jujur pada diri sendiri untuk menghasilkan ekspresi yang alami dan sesuai, baik dalam suatu penolakan maupun persetujuan. Ekspresi yang sesuai membuat orang lain melihat kesungguhan dan keteguhan kamu dalam mengambil keputusan.

4. Memberi Alasan yang Singkat, Padat, dan Jelas

Dalam suatu keputusan tentu ada alasan. Banyak yang berpikir bahwa seseorang tak perlu menjelaskan alasan di balik keputusan yang diambil. Padahal, alasan itulah yang nantinya akan membuat orang lain memahami keputusan yang kita ambil.

Oleh sebab itu, jelaskan alasan yang mendasari setiap keputusan kamu secara singkat, padat, dan jelas. Penjelasan yang terlalu panjang dan menaruh banyak emosi di dalamnya membuat alasan yang kita ungkapkan terkesan dibuat-buat. Berikan alasan yang jelas dan mencakup pokok masalah sehingga orang lain tak salah mengartikan keputusan kita.

5. Mengendalikan Emosi

Berbicara tanpa terbawa emosi merupakan salah satu cara untuk membentuk perilaku asertif. Pahami bahwa setiap orang memiliki perspektif atau sudut pandang yang berbeda dalam menanggapi suatu masalah. Siapa pun lawan bicara kamu, jangan pernah mencampuradukkan masalah lain di luar konteks permasalahan.

Berbicara tanpa amarah atau menangis adalah salah satu wujud dari komunikasi yang baik. Tak bermaksud menunjukkan kepalsuan, hal ini adalah salah satu bentuk dari pengendalian diri dalam berkomunikasi.

Pahamilah bahwa kita tidak dapat mengendalikan orang lain, tapi kita mampu mengendalikan diri sendiri. Setiap orang memiliki hak dalam berpendapat, begitu pula kamu.

Oleh sebab itu, jangan pernah merasa bersalah atas setiap keputusan yang kamu pilih. Terlebih lagi, jangan pernah merasa bertanggungjawab atas kebahagiaan orang lain. Kita tidak akan bisa menyenangkan setiap orang, karena setiap orang memiliki sudut pandang masing-masing dalam menanggapi suatu hal.

Tujuan dari belajar membentuk perilaku asertif adalah supaya kita lebih leluasa dan jujur dalam mengemukakan pendapat. Lebih dari itu, hargai pula hak dan pendapat orang lain, agar kamu terhindar dari perilaku suka mengintimidasi.

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel