Sediksi.com – Derby Manchester adalah laga yang mempertemukan dua rival sekota, yaitu Manchester United dan Manchester City. Partai dari kedua klub yang hanya berjarak sekitar 6,4 kilometer ini merupakan salah satu pertandingan sepak bola Inggris yang paling dinantikan saat ini.
Hal ini terutama dikarenakan keberhasilan City hadir sebagai salah satu kekuatan paling dominan di Inggris, setidaknya dalam 1 dekade terkahir. Meskipun dari segi total raihan trofi masih tertinggal cukup jauh, The Citizens mulai mampu melawan dominasi setan merah, tidak hanya di Manchester, namun juga di Inggris.
Lalu, bagaimana perkembangan rivalitas sengit derby Manchester dari masa ke masa. Simak ulasannya berikut ini.
Rivalitas Derby Manchester dari Masa ke Masa
Periode Awal
Sejarah pertemuan Manchester United vs Manchester City dapat mulai ditelusuri pada 12 November 1881, ketika St. Mark’s (West Gorton)—yang kemudian dikenal sebagai Manchester City—menjamu Newton Heath LYR FC—yang kemudian dikenal sebagai Manchester United.
Laga tersebut berakhir dengan kemenangan Newton Heath 3-0, dan awalnya tidak ada yang terlalu spesial dari pertemuan keduanya. Setelah itu, baik MU maupun City mengalami perkembangan dan mulai mendominasi kawasan Manchester pada periode akhir abad 19.
St. Mark’s (West Gorton) berganti nama menjadi Ardwick Association FC pada 1887 dan menjadi Manchester City pada 1894. Sementara Newton Heath LYR baru berganti nama menjadi Manchester United pada 1902.
Kedua klub mulai ikut ambil bagian dalam kompetisi Football League (liga Inggris) pada 1892, namun masing-masing klub berada di kasta yang berbeda. Pada musim 1894/95, mereka bertemu untuk pertama kalinya di liga Inggris yang berakhir dengan kemenangan Newton Heath atas City 5-2.
Sementara di kasta teratas liga Inggris (First Division), laga antara Manchester United vs Manchester City pertama kali tersaji pada Desember 1906, di mana The Citizens keluar sebagai pemenang dengan skor 3-0.
Hingga memasuki periode Perang Dunia II, MU tercatat sudah memenangkan 2 gelar First Division, 1 FA Cup, dan 2 Charity Shield/Community Shield. Sementara rival sekotanya berhasi menjuarai 1 First Division, 2 FA Cup, dan 1 Charity Shield/ Community Shield.
Memasuki periode 1950-an, MU bersama skuad ‘Busby Babes’ hadir sebagai salah satu kekuatan dominan di Inggris dan sukses menyabet 3 gelar First Division.
Rivalitas Mulai Memanas
City memulai era keemasannya pada periode 1960-an. Sementara MU, yang membangun ulang skuadnya pasca tragedi Munich, juga merupakan tim unggulan saat itu.
Sehingga, bisa dikatakan bahwa persaingan sengit derby Manchester di sepak bola Inggris pertama kali tercipta di periode ini. Dan musim 1967/68 adalah puncaknya. Kedua klub saat itu bersaing sengit untuk memenangkan trofi First Division hingga memasuki pekan terkahir.
The Citizens berhasil melewati hadangan berat Newcastle United di St James’ Park lewat kemenangan 4-3. Sementara tim setan merah gagal memanfaatkan keunggulan bermain di kandang dan malah takluk 1-2 dari tim papan bawah, Sunderland, membuat City akhirnya dinobatkan sebagai juara liga saat itu.
Memasuki periode 1970-an, kedua klub mengalami penurunan dan lebih sering menempati papan tengah. Namun, rivalitas derby Manchester tidak memudar, terutama pasca kejadian di musim 1973/74.
Tim setan merah menjamu City di Old Trafford pada pekan terakhir liga, di mana mereka sangat membutuhkan kemenangan demi membuka harapan keluar dari jurang degradasi.
Namun apa daya, The Citizens mengirim rival sekotanya itu ke divisi 2 lewat kemenangan tipis 1-0. Dan yang lebih menyakitkannya lagi, gol semata wayang City di laga tersebut dicetak oleh legenda setan merah sendiri, Denis Law.
Si Biru Terpuruk, Si Merah Berjaya
Dekade 1980-an menjadi salah satu periode terburuk City di sepak bola Inggris. Mereka 2 kali terdegradasi, yaitu pada musim 1982/83 dan 1986/87. Sementara MU mengalami periode naik-turun di sini.
Namun secara pencapaian, tim setan merah masih lebih baik. Mereka setidaknya masih mampu menjuarai 3 FA Cup dan 1 Charity Shield/Community Shield.
Pada periode 1990-an dan 2000-an, atau era Premier League, MU tampil sebagai kekuatan paling dominan di Inggris. Sementara rival sekota mereka masih berjibaku di papan tengah dan beberapa kali di papan bawah.
The Citizens kembali turun ke divisi 2 pada musim 1995/96, dan bahkan sempat terlempar hingga ke divisi 3 pada musim 1997/98.
Semusim berselang, di saat City tengah berjuang di kasta ke-3 sepak bola Inggris, MU mengakhiri musim 1998/99 sebagai tim Inggris pertama yang memenangkan treble winners.
Derby Manchester terlihat kehilangan aspek rivalitasnya pada periode ini. Akan tetapi, pada 2008, nasib tim Manchester biru akhirnya berubah menyusul kedatangan investor kaya raya, Abu Dhabi United Group, yang mengambil alih kepemilikan klub.
Kebangkitan City dan Puncak Rivalitas
City mulai bangkit dan mengusik kejayaan MU sebagai penguasa Manchester satu-satunya. Rivalitas sengit derby Manchester kembali muncul ke permukaan dan terus memanas hingga saat ini.
Hal ini dimulai pada 2009/10, kala The Citizens mendatangkan Carlos Tevez yang kontraknya bersama tim setan merah baru saja berakhir. Sebuah billboard bertuliskan “Welcome to Manchester” untuk menyambut kedatangan Tevez ke City memicu reaksi dari pelatih MU, Sir Alex Ferguson.
Dari sinilah panggilan ‘tetangga berisik’ serta ‘klub kecil bermental kecil’ yang ditujukan kepada City bermula.
Momen terbaik dari rivalitas derby Manchester pada dekade kedua abad 21 tercipta di musim 2011/12. Momen terbaik yang dimaksud tentu saja bukan kemenangan skuad asuhan Roberto Mancini 6-1 di Old Trafford.
Tapi, persaingan Manchester United vs Manchester City dalam perebutan gelar juara Premier League saat itu yang—seperti halnya pada musim 1967/68—ditentukan pada pekan terakhir. Kedua klub memasuki pekan 38 dengan sama-sama mengoleksi 86 poin. Namun, City unggul selisih gol (+8) atas rivalnya tersebut.
Laga antara MU menghadapi tuan rumah Sunderland berakhir terlebih dahulu dengan kemenangan tim tamu 0-1 berkat gol tunggal Wayne Rooney di babak pertama.
Beberapa punggawa serta fans setan merah mulai merayakan kemenangan tersebut setelah mengetahui bahwa City masih tertinggal 1-2 dari Queens Park Rangers dan laga telah memasuki injury time.
Edin Dzeko berhasil membuat tim setan merah mulai was-was lewat gol penyama kedudukannya pada menit 92. Dua menit berselang, publik City of Manchester Stadium dibuat bergemuruh kala Sergio Aguero berhasil mencetak gol kemenangan sekaligus mengukir salah satu momen paling bersejarah di Premier League.
Pasca momen ajaib tersebut, MU kembali sukses memenangkan Premier League di musim selanjutnya. Akan tetapi setelahnya, tim setan merah mengalami keterpurukan tanpa satu pun gelar juara liga Inggris.
Sementara di pihak lain, The Citizens memantapkan dominasinya di Inggris. Dalam 10 tahun terkahir, Manchester City telah memenangkan 6 Premier League, 2 FA Cup, 6 EFL Cup, dan 1 Liga Champions.