Sediksi.com – Meningkatnya ketegangan global membuat perdagangan senjata di Inggris meningkat. Peningkatan ini terjadi pada ekspor senjata produksi Inggris. Diketahui, pembeli senjata Inggris terbanyak adalah negara-negara teluk seperti Qatar dan Arab Saudi.
Inggris juga mendonor senjata untuk Ukraina. Serangan rudal Rusia terhadap Ukraina yang terjadi 18 Mei lalu pun diatasi oleh Ukraina menggunakan senjata buatan Inggris. Sejumlah rudal yang diarahkan Rusia ke Ukraina sanggup diatasi oleh Ukraina.
Meningkat dua kali selama 2022
Ekspor senjata Inggris pada tahun 2022 mencapai 136 triliun rupiah. Angka tersebut meningkat dua kali dibanding tahun sebelumnya.
Ketegangan global dan utamanya invasi Rusia ke Ukraina menjadi penyebab utama meningkatnya ekspor senjata Inggris.Â
Kebanyakan senjata Inggris ini diekspor ke negara-negara yang sedang berkonflik dan negara dengan rezim otoriter. Keputusan tersebut tentunya dengan persetujuan pemerintah Inggris.
Qatar, Arab Saudi, Amerika Serikat pembeli senjata Inggris terbanyak
Pada tahun 2022, negara pembeli senjata buatan Inggris diurutkan dari yang paling banyak adalah Qatar, Arab Saudi, Amerika Serikat, Turki, dan Ukraina. Biasanya, Arab Saudi menempati posisi pertama sebagai pembeli senjata Inggris terbanyak.
Namun tahun 2022, Qatar menempati posisi pertama setelah membeli pesawat tempur berjenis Eurofighter Typhoons dan peralatan terkait dari perusahaan multinasional Inggris bernama BAE Systems yang menyediakan pesawat, senjata, dan peralatan yang berkaitan dengan fungsi keamanan.
Pembelian yang dilakukan oleh Qatar tersebut dikirim Agustus, beberapa bulan sebelum Piala Dunia 2022. Hal ini telah disampaikan oleh Campaign Against Arms Trade (CAAT), organisasi yang bergerak di upaya menghentikan perdagangan senjata internasional berbasis di Inggris.Â
Mengutip laporan departemen perdagangan internasional Inggris yang merilis data terkait lisensi ekspor produk militer dan penggunaan ganda antara bulan April-Juni 2022, total Qatar belanja senjata dari Inggris adalah 41 triliun rupiah.
Di posisi kedua, Arab Saudi belanja senjata Inggris sebanyak 12 triliun rupiah. Berdasarkan analisis CAAT, senjata yang dibeli oleh Arab Saudi dari Inggris adalah komponen-komponen bom yang juga digunakan untuk membom Yaman. Â
Tidak tanggung-tanggung, total pembelian komponen bom tersebut senilai lebih dari tiga per empat total belanja senjata Arab Saudi atau sekitar 11 triliun rupiah.
Seiring gencatan senjata antara Arab Saudi dan Yaman terjadi sejak April 2022, Arab Saudi sudah tidak pernah lagi memanfaatkan senjata ataupun perlu membeli senjata lagi.
Amerika Serikat menempati posisi ketiga dengan total belanja sebanyak 6 triliun rupiah. Kebanyakan senjata yang dibeli tergolong kecil atau senapan dengan total lebih dari 50.000 senapan. Pembelian terbanyaknya untuk senjata-senjata yang tergolong kecil seperti senapan penembak jitu 28.150.
Baca Juga: Persiapan KTT G7 2023 di Hiroshima: Bahas Ancaman Nuklir hingga Mempromosikan Okonomiyaki
Pendonor kedua terbanyak di konflik Rusia-Ukraina
Ukraina membeli senjata ke Inggris sekitar 6 triliun rupiah dengan perbedaan yang tipis jika dibandingkan dengan total Amerika Serikat.
Di sisi lain, Inggris juga merupakan pendonor senjata terbesar kedua untuk Ukraina setelah Amerika Serikat. Senjata-senjata tersebut digunakan untuk pertahanan dan perlawanan terhadap Rusia akibat konflik Rusia-Ukraina.
Meskipun Ukraina menerima donor senjata banyak dari Inggris dan Amerika Serikat, Ukraina tetap saja berada di nomor kelima sebagai pembeli senjata Inggris terbanyak. Jika dihitung keseluruhan, jumlah senjata Inggris yang diekspor ke Ukraina pada tahun 2022 bisa seharga 37 triliun rupiah.
Oleh karena senjata yang diekspor tersebut adalah stok yang dimiliki oleh militer Inggris, ekspor tersebut tidak membutuhkan lisensi ekspor.
Dari total donor senjata sebanyak itu, Inggris mengekspor berbagai senjata. Mulai dari rudal jarak jauh dan dekat, tank, beberapa jenis drones, roket, kendaraan berlapis baja, sampai dengan helm untuk tentara, dan masih banyak lagi.
Seperti serangan rudal yang dilakukan Rusia pada 18 Mei dan waktu-waktu sebelumnya, diketahui Ukraina beberapa kali melawan serangan-serangan tersebut menggunakan rudal dan senjata Inggris.
Konflik Rusia-Ukraina yang masih memanas sampai saat ini bisa membuat Inggris bisa bersiap-siap untuk pembelian atau donasi senjata lagi di kloter selanjutnya.
Berbeda dengan konflik Arab Saudi-Yaman yang sedang dalam masa gencatan senjata. Sehingga Arab Saudi tidak perlu lagi belanja senjata dari Inggris pada tahun 2022. Akhirnya, berujung pada laporan CAAT dimana pada tahun tersebut Arab Saudi bukan lagi pembeli terbanyak senjata Inggris.