Sediksi.com – Korea Utara menembakkan sekitar 200 peluru artileri ke perairan Korea Utara di utara Pulau Baengnyeong dan Pulau Yeonpyeong pada 5 Januari 2024. Atas tindakan provokasi yang dipicu oleh Korea Utara, Kementerian Pertahanan Korea Selatan perintahkan warga yang tinggal di Pulau Yeonpyeong untuk segera menyelamatkan diri.
1. Lebih dari 200 peluru artileri yang ditembakkan ke laut adalah ‘tindakan provokasi’
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengadakan pengarahan darurat pada pukul 1.30 siang waktu setempat (5/1).
Dia mengumumkan bahwa pihak militer Korea Utara menembakkan lebih dari 200 peluru artileri dari sekitar pukul 9 hingga 11 pagi di kawasan Tanjung Jangsan, sebelah utara Pulau Baengnyeong dan Tanjung Sansan, sebelah utara Pulau Yeonpyeong.
Semua peluru artileri yang ditembakkan tersebut tidak ada yang masuk ke wilayah teritorial Korea Selatan karena mendarat di zona penyangga antara kedua negara.
Tindakan yang dilakukan oleh Korea Utara ini disampaikan oleh Kepala Staf Gabungan Korea Selatan tidak “menimbulkan kerugian pada warga maupun militer kami.”
“Ini adalah tindakan provokasi yang meningkatkan ketegangan dan mengancam perdamaian di Semenanjung Korea,” tambahnya.
2. Perintah evakuasi diumumkan sampai 3 kali
Pihak Kementerian Pertahanan Korea Selatan memerintahkan penduduk Pulau Yeonpyeong untuk segera mengevakuasi diri sebanyak dua kali. Pertama pada pukul 12.02 siang dan kedua pukul 12.30.
Setelah perintah tersebut dirilis, pihak pemerintah Yeonpyeong lanjut untuk memperluas dan menyebarkan siaran evakuasi tersebut ke penduduk yang tinggal di Yeonpyeong.
Siaran evakuasi tersebut meminta para penduduk Yeonpyeong untuk mengamankan diri dengan pindah ke tempat perlindungan bom di pulau itu atas permintaan pihak militer Korea Selatan.
Pulau Yeonpyeong ini terletak tepat di sebelah selatan perbatasan laut Garis Batas Utara (NLL) yang disengketakan oleh Korea Utara.
Perintah evakuasi yang ketiga diumumkan untuk penduduk yang tinggal di Pulau Baengnyeong. Pulau ini terletak di sebelah barat Yeonpyeong dan dekat perbatasan laut. Berdasarkan pernyataan pemerintah atau pejabat setempat, mereka juga diminta untuk mengungsi.
Beberapa waktu yang lalu sekitar pukul 1 siang, sebuah pesan teks dikirim ke penduduk Pulau Yeonpyeong yang memberitahukan mereka bahwa pihak militer Korea Utara akan melakukan penembakan di daerah Yeonpyeong sekitar pukul 3 sore.
Pesan tersebut juga disebarkan di situs web pemerintah yang juga meminta para penduduk untuk tidak beraktivitas di luar ruangan sementara.
Selain mengungsi ke tempat perlindungan bom, beberapa penduduk duduk di dalam ruangan dan yang lain masih berkeliaran di luar.
3. Korea Selatan balas dengan latihan penembakan maritim
Sebagai respon atas tindakan provokatif Korea Utara, militer Korea Selatan membalas dengan mengadakan latihan penembakan maritim pada Jumat sore.
Pihak Kementerian Pertahanan mengonfirmasi keputusan ini dengan mengatakan bahwa tindakan ini dilakukan untuk “merespon tindakan provokasi Korea Utara dengan menembakkan peluru artileri di dalam zona yang seharusnya bebas dari serangan.”
Dia juga menambahkan “tidak ada pergerakan yang tidak biasa” yang dilakukan oleh militer Korea Utara selama latihan penembakan tadi.
4. Kejadian lebih buruk pernah terjadi di tahun 2010
Provokasi yang dilakukan oleh Korea Utara terhadap Korea Selatan pada 1 Januari 2024 di daerah sengketa tersebut bukan yang pertama kali.
Tahun 2010, militer Korea Utara sengaja menargetkan peluru artileri ke Pulau Yeonpyeong dan menyebabkan jatuhnya korban jiwa, termasuk warga sipil. Tindakan Korea Utara ini didasarkan pada provokasi yang dilakukan oleh Korea Selatan.
Sebelum itu, pihak militer Korea Selatan melakukan latihan penembakan dan pelurunya jatuh ke wilayah perairan Korea Utara.
5. Konflik berpotensi mengalami eskalasi
Insiden terbaru ini terjadi beberapa bulan setelah Korea Utara sepenuhnya menangguhkan perjanjian militer dengan Korea Selatan yang bertujuan untuk meningkatkan hubungan.
Perjanjian yang telah disepakati itu memburuk setelah pihak Korea Utara mengklaim telah berhasil meluncurkan satelit mata-mata ke luar angkasa pada November 2023. Keangkuhan ini menyebabkan Korea Selatan segera menangguhkan sebagian isi dari perjanjian tersebut.
Kendati eskalasi konflik tetap diwaspadai, beberapa analis berpendapat bahwa dengan Korea Utara menarik diri dari perjanjian ini, tidak akan ada perubahan yang signifikan.
“Karena Korea Utara tidak menaati perjanjian tersebut sejak awal, kemungkinan terjadinya konflik di perbatasan tersebut selalu ada,” kata analis Institut Pertahanan Korea Jo Beeyun.