Sediksi.com – Harga bahan pokok cenderung naik akhir-akhir ini. Dikutip dari Pusat Informasi Harga Strategis (PIHPS) Nasional, beberapa harga bahan pokok melonjak naik, dan terus akan melonjak di beberapa daerah Indonesia.
Harga telur misalnya, wilayah Kalimantan timur mengalami kelonjakan harga sampai 8,54% pada 21 Mei kemarin. Dikutip dari Tempo, menurut Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) menyatakan salah satu penyebab harga telur naik adalah proses distribusi yang tidak normal.
Lebih lanjut, Reynaldi Sarijowan sebagai Sekertaris Jenderal DPP IKAPPI, menjelaskan bahwa proses distribusi saat ini tidak sesuai dengan kebiasaan. Sebelumnya pasokan selalu didistribusikan langsung ke pasar, malah sekarang banyak pihak yang melakukan pendistribusian ke luar pasar.
Lain pihak, mengutip dari Tirto, Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) yakni Dwi Andreas mengatakan kenaikan harga telur saat ini akan terus berangsur naik hingga Agustus mendatang.
Menurutnya, fenomena kenaikan saat ini khususnya telur merupakan pola bulanan yang ia amati secara terus-menerus. Ia memprediksi kira-kira sampai Juli harga akan naik dengan pola seperti ini lalu bulan Agustus akan mencapai puncaknya, dan setelahnya akan turun.
Diperkirakan salah satu alasan utama mengapa harga telur naik adalah karena adanya siklus DOC, yakni siklus pemotongan induk dan juga beberapa hal lainnya yang membuat kenaikan harga kian tak terbendung.
Alasan lain adalah kenaikan harga pakan ternak yang relatif mahal juga sangat mempengaruh. Ditambah besarnya permintaan di luar pasar telah membuat suplly dan demand komoditas ini terganggu di pasar.
Persebaran kenaikan harga, khususnya telur lebih dominan di luar Jawa. Di daerah Pulau Jawa, dari data PIHPS hanya Jawa Barat, daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah trennya cenderung turun. Sedangkan di Pulau Sulawesi, keseluruhannya harga naik dengan nilai 1,78-1,88% di setiap daerah.
Pulau Kalimantan dan Sumatera juga sama, dominan di banyak daerah harga naik seperti di Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Riau, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat.
Bahan pokok lain yang harganya naik
Per 21 Mei kemarin, selain harga telur, semua jenis cabai juga merangkak naik. Cabai rawit saat ini sudah tembus Rp 47.000 yang sebelumnya Rp.38.000. Tak hanya cabai, bawang merah juga mengalami kenaikan.
Dikutip dari Tirto, Adbullah Mansuri sebagai Ketua Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) menyatakan kalau untuk harga bawang merah hingga saat ini terus mengalami kenaikan dan tembus hingga Rp 49.000 per kilogram hingga Rp 51.000 per kilogram di kawasan Jabodetabek.
Kedua komoditas diatas, diperkirakan naik karena alasan oleh faktor cuaca. Pola seperti ini memang kerap terjadi katanya, jika terkendala oleh cuaca musim atau kondisi tertentu, kedua komoditi tersebut naiknya biasanya barengan.
PIHPS merilis datanya, banyak komoditi lainnya naik, per hari ini selain cabai dan bawang ada gula pasir dan Minyak goreng.
Upaya menjaga harga yang wajar
Pemerintah telah dan terus akan berupaya untuk menjaga harga bahan pokok agar tetap stabil, utamanya telur.
Dikutip dari Badan Pangan Nasional, upaya pemerintah terus dilakukan untuk menjaga harga telur yang wajar di tingkat peternak, pedagang, sampai konsumen.
Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA), yakni Arief Prasetyo Adi pada 22 Mei di Jakarta, menyampaikan bahwa dinamika harga telur saat ini harus dilihat dari berbagai sisi, upaya menjaga keseimbangan harga telur harus dimulai dari hulu secara sistematis akan turut membentuk harga di tingkat hilir
Menurutnya ekosistem perunggasan sangat erat kaitannya dengan jagung sebagai komponen utama pakan ternak. Maka daripada itu NFA akan tingkatkan fasilitas distribusi pangan (FDP) utamanya komoditas jagung dari petani atau gapoktan kepada peternak.
Lebih lanjut, berdasarkan Struktur Ongkos Usaha Tani (SOUT), biaya pakan berkontribusi hingga sebesar 67% dari biaya pokok untuk produksi telur, dengan setengahnya atau 50% nya adalah jagung giling.
Tak hanya itu, pemerintah juga berupaya memberikan bantuan pangan telur dan daging ayam untuk menurunkan stunting yang saat ini tengah digelontorkan pemerintah kepada 1,4 juta keluarga Resiko Stunting untuk mengendalikan keseimbangan harga telur dari hulu hingga hilir.