Mungkin, alasan yang memperkuat sekaligus menyebabkan Ammurabi bangga memilih rumah di Depok adalah soal kesamaan nasib. Ammurabi dan Depok sama-sama sedang berjuang mencari identitas.
Tak dapat dipungkiri bahwa orang Batak memang melihat peluang lebih besar di tempat lain. Tapi, akan menjadi keliru ketika kemudian muncul kesimpulan bahwa di kampung seakan tidak ada apa-apa.
Kesulitan masyarakat menengah sering banget ketutup sama kondisi mereka sendiri karena dianggap masih mampu. Dari luar kelihatannya baik-baik saja. Padahal aslinya luntang-lantung untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Masa bodoh dengan Bhinneka Tunggal Ika. Pasalnya, sebagai perempuan Jawa di tanah Medan, saya hanya dipandang seperti remah-remah debu hasil proyek atasan yang tak kunjung selesai.
Tidak sedikit orang tua yang memasukkan anaknya ke pondok pesantren sebagai upaya lari dari tanggung jawab untuk mendidik anak menjadi generasi yang Islami.
Bapak pun sebenarnya bisa mengalami depresi begitu anaknya lahir. Namun, tak banyak yang sadar, peduli, atau menindaklanjutinya. Dibanding kampanye ibu sejahtera, kampanye bapak sejahtera jauh lebih jarang terdengar.
Saya yakin beberapa orang, dan mungkin termasuk kita pun, pasti merasa aneh jika berpikir ada idola cantik yang kentut atau buang air besar. Selama ini, mereka dilihat sebagai wujud yang sempurna tanpa cacat dan cela.
The Metamorphosis adalah salah satu buku yang meninggalkan bekas begitu kuat untukku. Tidak hanya dari kisahnya yang tragis dan meninggalkan kesan absurd, tapi juga dari bagaimana Kafka merepresentasikan keresahan yang terasa begitu dekat dengan generasi-generasi setelahnya.
Bagi saya, mau cuti 2 hari, 40 hari, atau bahkan setahun pun tidak akan mengubah kondisi jika proses pendidikan kesetaraan tidak berjalan secara masif dan terstruktur.
Tidak jauh beda dengan konten viral dan motivasi lainnya, konten-konten filsafat menggugah sesaat. Orang-orang berbondong-bondong untuk terlihat intelek secara spontan dan instan alias menjadi filsuf abal-abal.