Kehidupan Sehari-hari di Tiongkok Kuno: Zaman Prasejarah hingga Perunggu

Kehidupan Sehari-hari di Tiongkok Kuno: Zaman Prasejarah hingga Perunggu

Kehidupan Sehari-hari di Tiongkok Kuno

DAFTAR ISI

Sediksi.com – Membicarakan China atau Tiongkok sama artinya membicarakan sebuah peradaban dengan sejarah yang sangat panjang. Tiongkok kuno adalah salah satu peradaban tertua dan terbesar di dunia.

Selama ribuan tahun, masyarakat Tiongkok kuno mengembangkan kebudayaan yang kaya dan beragam, yang mencakup seni, sastra, filsafat, arsitektur, dan tradisi kehidupan sehari-hari.

Bagaimana kehidupan sehari-hari di Tiongkok kuno? Apa saja aktivitas, pekerjaan, dan kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang Tiongkok kuno?

Walau Tiongkok kuno adalah periode yang amat luas untuk bisa dibahas, namun dari catatan arkeologi hanya memberiikan sekilas gambaran tentang kehidupan masa lampau, seperti apa itu? Dalam artikel ini akan membahas tentang kehidupan sehari-hari di Tiongkok kuno, simak ulasannya untuk mengetahuinya.

Kehidupan Sehari-hari di Tiongkok Kuno

Sebagai cara membahas kehidupan sehari-hari di Tiongkok kuno akan sangat panjang, karena dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti geografi, iklim, sejarah, politik, sosial, dan budaya.

Jadi, ulasan berikut hanya rangkuman dari hal-hal yang khusus dan khas dari masyarakat Tiongkok kuno. Berikut adalah rekapan kehidupan sehari-hari di Tiongkok kuno dari berbagai zaman, mulai prasejarah hingga zaman perunggu.

Zaman Prasejarah

Babak awal bagaimana masyarakat Tiongkok kuno terbentuk dari zaman ini. Pada masa prasejarah, masyarakat Tiongkok kuno sudah mengenal pertanian. Pertanian di Tiongkok dimulai lebih dari delapan ribu tahun hingga sepuluh ribu tahun yang lalu.

Bukti awal yang mendukung dari hal ini adalah penanaman padi yang ditemukan di dekat Sungai Yangtze dan berasal dari masa delapan ribu tahun lalu.

Bukti pertanian millet telah berumur sekitar tujuh ribu tahun yang lalu di sepanjang Huang he Valley (lembah sungai kuning), lalu tanaman kedelai menyusul pada abad-abad selanjutnya.

Kehidupan sehari-hari di Tiongkok kuno pada masa prasejarah selain sebagai petani yang membudidayakan biji-bijian dan kacang-kacangan ini, masyarakat awal mengumpulkan buah-buahan liar seperti aprikot dan pir. Mereka juga mencari biji pohon ek, kastanye dan akar-akaran yang dapat dimakan.

Setelah masyarakat mulai mengenal pertanian, mereka juga mulai mendomestikasi anjing, burung, sapi dan babi. Tapis elain itu mereka juga masih berburu hewan liar, untuk diambil dagingnya maupun ikan, Mereka menggunakan alat berburu seperti panah, tombak dan jaring ikan.

Setelah terbentuknya tatanan masyarakat dari mengenal pertanian dan peternakan, kehidupan mulai lebih komplek lagi. Desa-desa mulai bermunculan.

Terdapat desa-desa yang menetap di seluruh Tiongkok. Pertanian yang mengharuskan masyarakat harus menetap dan tak lagi nonmaden, membuat adanya desa mulai bermunculan.

Desa-desa ini biasanya masih terdiri dari rumah-rumah kayu bundar dengan atap jerami. Beberapa desa, seperti Banpo dan Jiahu, dikelilingi oleh parit-parit lebar, yang kemungkinan digunakan sebagai bentuk dari pertahanan desa.

Benteng ini nampaknya telah menjadi penangkal yang efektif digunakan untuk menghalau kelompok-kelompok yang mungkin mengancam mereka, dan ini umum ada waktu ini.

Lainnya mengenai kehidupan sehari-hari di Tiongkok kuno, lebih dari delapan ribu tahun yang lalu, orang-orang Jiahu mulai mengukir seruling dari tulang sayap burug bangau. Ini merupakan alat musik tertua yang pernah ditemukan.

Selain alat music, ada bukti lain bahwa masyarakat ini telah membuat alcohol dengan menggunakan beras, madu dan daun hawthorn.

Beberapa desa Neolitikum, mungkin telah mencakup hingga delapan ratus orang sekaligus di dalamnya, dan mereka juga menguburkan orang yang meninggal di desanya di kuburan umum di dekat desa.

Mengutip laman Historydefined, kerika situs arkeologi Banpo pertama kali digali pada tahun 193, sejarawan Marxist percaya bahwa orang-orang yang mendiami desa kuno ini memiliki budaya matriarkal. Walau pandangan ini juga banyak yang tidak sejutu, juga karena hanya ada sedikit informasi tentang struktur sosial desa yang diketahui.

Tiongkok Zaman Perunggu

Budaya erlitou, mungkin ini adalah budaya pada zaman perungu yang paling awal di Tiongkok, yang diketahui. Ini dimulai di Huang he Valley, sekitar 1900 SM dan menyebar ke seluruh wilayah.

Kebudayaan Erlitou adalah masyarakat kota – untuk ukuran saat itu – dan kebudayaan arkeologis yang tinggal di Lembah Sungai Kuning.

Kota utama Erlitou memiliki populasi sekitar 24.000 orang pada puncaknya, dan mendukung kompleks megah yang besar. Masyarakat ini menghasilkan banyak perunggu. Benda-benda perunggu hias sering bertatahkan pirus.

Kehidupan sehari-hari di Tiongkok kuno pada zaman ini mulai kompleks, walau simbol semakin umum, akan tetapi belum diuraikan seperti tulisan. Meskipun simbol ini mungkin terkait dengan karakter China awal, ini mungkin masih merupakan bentuk proto-tulisan.

Dalam catatan, tulisan China berasal dari Dinasti Shang sekitar 1250 SM. Contoh yang tertua ditemukan tulisan yang ditulis pada tulang oracle seperti cangkang kura-kura dan scapula hewan.

Untuk makanan yang dikonsumsi dari masyarakat zaman ini juga mulai beragam, perkembangan dari zaman prasejarah ke zaman perunggu sangat pesat.

Menu yang umum dimakan adalah nasi dengan sayuran, dan ditambah dengan telur dan ikan. Cara memasak dilakukan dalam wadah panci dari logam berkaki tiga yang diletakkan di atas api, yang disebut dings.

Untuk pakaian dalam masa ini juga beragam, untuk masyarakat umum biasanya memakai pakaian dari bahan rami, dan para bangsawan yang punya kedudukan tinggi akan mengenakan pakaian mewah dari bahan sutra.

Itulah dia ulasan tentang kehidupan sehari-hari di Tiongkok kuno, masyarakat ini adalah masyarakat yang penuh dengan tradisi dan inovasi.

Orang-orang Tiongkok kuno memiliki kebudayaan yang kaya dan beragam, yang mencerminkan kearifan, kreativitas, dan semangat mereka. Kehidupan sehari-hari di Tiongkok kuno juga memberikan inspirasi dan pengaruh bagi peradaban lain di dunia.

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel