Kelebihan dan Kekurangan Franchise League dalam Liga Sepak Bola Amerika Serikat (MLS)

Kelebihan dan Kekurangan Franchise League dalam Liga Sepak Bola Amerika Serikat (MLS)

Kelebihan dan kekurangan franchise league MLS

DAFTAR ISI

Sediksi.com – Sistem kompetisi berbasis franchise merupakan hal yang umum ditemui dalam olahraga di Amerika Serikat. Liga sepak bola negeri Paman Sam atau Major League Soccer (MLS) yang akan kedatangan Lionel Messi dalam waktu dekat pun menerapkan sistem yang sama.

Lalu, bagaimana sih model sistem franchise ini? Apa yang membedakannya dengan liga-liga sepak bola kebanyakan, khususnya di Eropa? Kemudian apa saja kelebihan dan kekurangan franchise league itu sendiri?

Untuk lebih memahami mengenai seluk-beluk model kompetisi yang diterapkan MLS ini, khususnya terkait kelebihan dan kekurangan franchise league MLS, simak ulasannya berikut ini.

Sistem Franchise League dalam MLS

Kelebihan dan Kekurangan Franchise League dalam Liga Sepak Bola Amerika Serikat (MLS) - capture
Gambar: Lex Sportiva

Model kompetisi berbasis franchise menjadi salah satu hal yang membedakan MLS dengan banyak kompetisi sepak bola lainnya di berbagai belahan dunia. Liga-liga profesional di tempat lain, khususnya di Eropa, umumnya beroperasi sebagai sebuah asosiasi yang di dalamnya terdapat klub-klub yang dimiliki secara independen oleh perorangan ataupun grup.

Sementara MLS menerapkan struktur entitas tunggal. Struktur ini membuat klub-klub serta kontrak para pemain di dalamnya dimiliki secara terpusat oleh liga. Pengoperasian tiap-tiap klub sendiri dilakukan secara sendiri-sendiri oleh para investor sekaligus shareholder liga.

Terdapat 29 pengelola (investor-operators) dalam MLS saat ini yang mengelola 29 klub. Sebelumnya satu investor dapat mengelola lebih dari satu klub.

Namun pada 2006, saat MLS berupaya meningkatkan jumlah profit dan mengembangkan rencana ekspansi, klub-klub kemudian didorong untuk memiliki investor-operatornya masing-masing. Semakin banyak investor masuk, maka keuntungan akan semakin meningkat.

Selain MLS, kompetisi-kompetisi dari cabang olahraga lain di AS dan Kanada seperti bola basket (NBA), American Football (NFL), Canadian Football (CFL), Baseball (MLB), dan Ice Hockey (NHL) juga menerapkan model franchise league. Sehingga, sistem franchise league juga tidak jarang disebut sebagai North American System.

Lalu, apa saja kelebihan dan kekurangan franchise league yang diterapkan MLS?

Kelebihan dan Kekurangan Franchise League

Tidak Ada Sistem Promosi-Degradasi

Kelebihan dan Kekurangan Franchise League dalam Liga Sepak Bola Amerika Serikat (MLS) -
Gambar: Youtube/The Kickoff Lounge

Selain struktur liga, perbedaan mencolok lainnya antara MLS dengan liga-liga sepak bola pada umumnya ialah tidak adanya sistem promosi-degradasi dikarenakan karena keanggotaan tetap (fixed membership) pada klub-klub peserta MLS.

Kompetisi sepak bola AS sendiri sebenarnya memiliki divisi lain di luar MLS. Kompetisi tersebut antara lain USL Championship (divisi 2), USL League One (divisi 3), National Independent Soccer Association/NISA (divisi 3), serta MLS Next Pro (divisi 3).

Absennya degradasi dapat menjadi kekurangan dalam model tertutup franchise league, sebab kesan kompetitif di antara klub-klub papan bawah cenderung tidak akan terasa. Ini tentu saja berbeda dengan kompetisi yang menerapkan ‘ganjaran’ degradasi, di mana kesan kompetitif akan terasa sangat kental demi mempertahankan posisi di kasta tertinggi.

Salary Cap

Kelebihan dan Kekurangan Franchise League dalam Liga Sepak Bola Amerika Serikat (MLS) - MLS Players Salaries 2022
Gambar: totalsportal

Aturan salary cap menyangkut soal berapa banyak total dana yang dapat dianggarkan untuk gaji pemain (salary budget) dalam satu tim. Hal ini dilakukan untuk mencegah klub memberikan gaji sangat tinggi kepada satu atau beberapa pemain, atau dengan kata lain mencegah pengeluaran berlebih. Hal ini dapat berdampak positif dalam menciptakan kestabilan finansial bagi MLS.

Meskipun demikian, terdapat pengecualian yang dikenal sebagai aturan ‘designated player’ (DP). Aturan ini memperbolehkan sebuah klub mengontrak maksimal 3 orang pemain yang jumlah gajinya melebihi limit salary cap. Namun, sepersekian persen dari total gaji DP tetap dimasukkan/dicharge ke dalam salary cap.

David Beckham merupakan pemain pertama di MLS yang masuk ke dalam kategori designated player, sehingga aturan ini juga dikenal sebagai ‘Beckham Rule’. Aturan DP ini sempat dikritisi akibat menciptakan ketimpangan gaji di antara pemain, yang selanjutnya dapat berdampak pada keharmonisan ruang ganti.

MLS sendiri terus berupaya memperbaiki hal ini, salah satunya dengan terus memperbesar batas maksimum salary cap seiring dengan pertumbuhan liga serta peningkatan charge gaji DP ke dalam salary cap secara bertahap. Batas anggaran gaji pemain MLS untuk tahun 2023 sendiri sebesar 5.210.000 Dollars per klub.

Selain aturan itu, terdapat mekanisme lain untuk mengatasi persoalan salary cap, yaitu lewat aturan dana alokasi (allocation money). Dana alokasi sendiri terbagi ke dalam dua jenis, yaitu general dan targeted allocation money.

Aturan ini membuat klub dapat menggunakan sejumlah tertentu uang untuk membayar pemain tanpa harus melanggar aturan limit gaji. Terdapat beberapa aturan terkait penggunaan dana alokasi serta beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh klub, yang nantinya dapat berpengaruh pada jumlah dana alokasi yang boleh digunakan.

Salary cap dilihat sebagai kelebihan dan kekurangan franchise league sekaligus. Meskipun dapat menjaga kestabilan finansial liga, tidak sedikit yang menganggap bahwa aturan ini membatasi potensi klub-klub MLS untuk membangun skuad berkualitas bertabur bintang.

Sebagai contoh, pada kompetisi antar klub-klub terbaik Amerika Utara, Tengah, dan Karibia (Liga Champions CONCACAF), Seattle Sounders menjadi satu-satunya tim MLS yang pernah menjadi juara, yaitu pada 2022.

Roster

Kelebihan dan Kekurangan Franchise League dalam Liga Sepak Bola Amerika Serikat (MLS) -
Gambar: MLS Soccer

Kelebihan dan kekurangan franchise league juga terkandung pada cara klub membangun skuad atau roster. Dalam hal ini, terdapat banyak langkah yang dapat ditempuh oleh klub-klub MLS. Mereka bisa mendatangkan pemain domestik, internasional, serta akademi. Namun, tetap ada aturan yang harus dipatuhi terkait komposisi pemain dalam sebuah klub.

Selain itu, tiap klub MLS juga dapat memperoleh pemain lewat sistem draft yang diadakan tiap tahun. Para talenta-talenta terbaik dari kompetisi universitas dikumpulkan, dan tiap-tiap klub akan memperoleh kesempatan untuk memilih/pick pemain yang mereka anggap terbaik.

Umumnya, klub-klub papan bawah dari musim sebelumnya akan memperoleh kesempatan terlebih dahulu untuk memilih pemain, memperbesar peluang mereka untuk mendapatkan pemain terbaik pada draft.

Hal ini merupakan salah satu keunggulan dalam MLS, di mana klub-klub papan bawah diberi kesempatan untuk memperbaiki kualitas skuadnya, dengan harapan terciptanya keseimbangan kompetisi.

Kekurangannya ialah klub-klub yang, entah di awal, di tengah, atau menjelang akhir musim, merasa sudah tidak dapat bersaing dengan klub lain yang lebih berkualitas cenderung akan bersikap tidak kompetitif demi memperbesar peluangnya memperoleh jatah draft pick terbaik. Toh tidak akan terdegradasi.

Demikian ulasan terkait kelebihan dan kekurangan franchise league yang diterapkan pada MLS. Model yang umum diterapkan di Amerika Utara ini sepertinya terlihat asing serta cukup rumit bagi para fans yang terbiasa dengan liga-liga Eropa.

Sehingga, tidak menutup kemungkinan jika kompleksitas format dan aturan franchise league dapat membuat para penggemar sepak bola di belahan dunia lain enggan untuk mengikutinya.

Kelebihan dan kekurangan franchise league ala MLS juga kerap diperbandingkan dengan format kompetisi Eropa. Ditambah lagi dengan kualitas liganya yang masih berada di bawah liga-liga Eropa.

Cari Opini

Opini Terbaru
Artikel Pilihan

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel